Nasib Mantan Karyawan Pinjol Hidup Tak Tenang Meski Gaji Rp27 Juta, Kini Justru Sukses Jualan Bantal
Meski gaji jadi karyawan pinjol saat itu mencapai puluhan juta, namun perasaan selalu tak tenang.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Nasib mantan karyawan pinjaman online alias pinjol hidup tak tenang, akhirnya ia keluar.
Ya, meskipun gaji jadi karyawan pinjol saat itu mencapai puluhan juta, namun perasaan selalu tak tenang.
Akhirnya ia pun keluar dari pekerjaan pinjolnya dan menjadi wirausahawan.
Kini ia pun sukses jadi juragan jualan bantal.
Kisah tersebut dialami Dhafi Adam yang membagikan pengalamannya pernah menjadi karyawan pinjol.
Diakui Dhafi Adam, kerja jadi karyawan pinjol, ia bisa mendapat gaji fantastis mencapai Rp27 juta per bulan.
Namun siapa sangka, meski gajinya fantastis, namun Dhafi Adam tak merasakan hidup tenang dan bahagia.
Kini setelah memutuskan resign dan memilih berjualan bantal, Dhafi Adam justru sukses jadi juragan.
Dhafi Adam kini memiliki tiga pabrik.
Kisah Dhafi Adam ini dibagikan dalam tayangan di kanal YouTube JagaLilin, beberapa waktu lalu.
Saat kuliah, Dhafi Adam memilih jurusan desain grafis pada salah satu perguruan tinggi di Surabaya.
"Cari freelance-an untuk bayar kosan, makan, sama bayar SPP," ungkapnya.
Setelah lulus, Dhafi Adam bekerja di salah satu perusahaan leasing dengan fokus pada pinjaman online alias pinjol.
Tugas Dhafi Adam cuma mencari nasabah, dan satu nasabah akan mendapatkan komisi Rp300 ribu.
Baca juga: Nasib Artis Dulu Terkenal Kini Jadi Sopir, Tak Malu Jualan di Kantin Sekolah Anak: Hasilnya Lumayan
Dhafi Adam mengaku, dalam sehari dirinya mampu mendapatkan tiga hingga lima seorang nasabah.
Dengan pendapatan tersebut, Dhafi Adam bisa menyentuh Rp27 juta per bulan.
Meski demikian, ia merasa heran karena tidak bisa menabung dan justru terlilit utang.
Akhirnya Dhafi Adam memutuskan untuk resign.

"Padahal saya enggak nipu orang. Apa mungkin karena riba ya?" ucap Dhafi Adam, melansir Surya.co.id.
"Akhirnya saya flashback. Dan akhirnya saya ingin keluar dari pekerjaan," imbuhnya lagi.
Setelah keluar, akhirnya Dhafi Adam menjalankan bisnis online dengan berjualan handphone, bantal, dan lain sebagainya.
Berkat bisnis bantal yang dijalani Dhafi Adam, akhirnya ia punya tiga pabrik dengan kapasitas produksi rata-rata 25 ribu per hari.
Kisah sukses serupa juga datang dari seorang pria Nganjuk yang kini malah jadi miliarder usai resign jadi karyawan swasta.
Ia kini mampu meraih omzet Rp4 miliar per bulan gegara usaha laundry yang ditekuninya.
Padahal dulunya ia hanya seorang karyawan di perusahaan provider Indosat.
Saat ini, ia sukses punya 300 cabang usaha laundry-nya.
Pria asal Nganjuk, Jawa Timur, tersebut adalah Apik Primadya.
Kisah hidupnya viral dan memotivasi banyak orang.
Sebelum sukses jadi pengusaha laundry, Apik Primadya merupakan karyawan swasta.
Namun bekerja di kantoran tidak membuatnya betah, hingga akhirnya kemudian memilih resign.
Pria asal Nganjuk ini bercerita, kala itu dirinya mencoba peruntungan dengan merantau ke Jakarta sejak 2001 lalu usai lulus SMK.
Saat itu Apik Primadya menjadi karyawan di perusahaan Indosat.
Apik Primadya mengaku terkejut dengan biaya hidup di Ibu Kota yang jauh berbeda dengan di kampung halamannya.
"Hidup di Jakarta pastinya kaget, saya masih inget dulu tahun 2002 harga es teh itu di Malang masih 500 rupiah," ucapnya.
"Di Jakarta itu udah 2000, kaget," ungkapnya, dikutip dari tayangan di kanal YouTube PecahTelur, Selasa (26/12/2023).
Bukan hanya itu, kondisi Jakarta yang padat penduduk dan seringkali macet, membuat Apik Primadya berusaha keras untuk bertahan hidup.

Namun siapa sangka, kehidupan di Jakarta justru membuat Apik Primadya berpikir untuk membuka usaha.
Belajar dari diri sendiri yang kerap mengeluarkan uang Rp200 ribu per bulan untuk laundry baju, pria ini pilih buka usaha sendiri.
Ia melihat adanya peluang usaha laundry.
Apik Primadya lantas patungan dengan teman-temannya untuk membuka usaha laundry.
Saat itu ia dan teman-temannya bermodal Rp20 juta dan membuka usaha laundry pada tahun 2008.
"Akhirnya hayuk dijadiin aja dan akhirnya kita buka laundry. Nah, dari situ Rp20 juta beli mesin cuci dan mesin pengering," jelas Apik Primadya.
Meski sudah memiliki modal, Apik Primadya belum mengetahui tips bisnis laundry.
Termasuk segi mencuci, bahkan mengeringkan pakaian.
Sementara terkait penamaan bisnis laundry-nya, Apik Primadya mengikuti trend bahasa pada saat itu.
Namun lagi-lagi Apik Primadya belum menentukan jenis laundry apa yang dijalankan.
"Nah, akhirnya 'apique' lah (nama laundry). Sesimpel itu sebenarnya."
"Abis itu enggak ada tulisan ini laundry apa, ini kiloan kah atau apa," lanjutnya.

Apik Primadya juga masih belum percaya diri untuk mempromosikan bisnisnya saat itu.
Seiring berjalannya waktu, Apik Primadya mulai promosi hingga akhirnya mendapatkan pelanggan.
Karyawan Apik Primadya pun kian bertambah.
Kini Apik Primadya memiliki 300 cabang laundry.
"Ya kalo sekarang 300, dan ini masih berjalan masih 300-an titik lebih."
"Jadi tiap minggu kita bisa opening empat lokasi, tiga lokasi," tutur Apik Primadya.
Selain itu ia juga punya tiga swalayan khusus perlengkapan laundry.
Dari sosok yang buta dunia bisnis, kini Apik Primadya bisa mengantongi omzet minimal Rp4 miliar per bulan.
VIRAL TERPOPULER: Ikan Hiu Goreng Jadi Menu MBG - Pria Emosi Servis Motor Rp20 Juta Langsung Rusak |
![]() |
---|
Timbunan Sampah di Jombang Capai 530 Ton per Hari, DLH Hanya Mampu Tangani Sekitar 157 Ton |
![]() |
---|
Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan, Trenggalek Raup 2 Kategori Penghargaan SIPP Award 2025 |
![]() |
---|
JATIM TERPOPULER: MBG di Kota Batu Dihentikan Sementara - Kasus DBD Tuban Meningkat Pada 2025 |
![]() |
---|
417 Warga Sampang Berangkat Jadi Pekerja Migran, Arab Saudi dan Turki Jadi Tujuan Favorit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.