Debat Capres Cawapres di Pilpres 2024
Pantas Dikutip Mahfud MD, Pilu Cerita Lagu Berita Kepada Kawan Karya Ebiet G Ade: 1 Desa Hilang
Pantas Mahfud MD mengutip lagu karya Ebiet G Ade yang berjudul Berita Kepada Kawan. Ternyata, menyimpan kisah pilu di balik pembuatan lagu itu
Penulis: Ignatia | Editor: Torik Aqua
TRIBUNJATIM.COM - Pantas Mahfud MD mengutip lagu karya Ebiet G Ade yang berjudul Berita Kepada Kawan.
Ternyata, menyimpan kisah pilu di balik pembuatan lagu Berita Kepada Kawan.
Ebiet G Ade mengakui tak menyangka jika lagu Berita Kepada Kawan bisa abadi sampai saat ini.
Sebab, lagu tersebut adalah lagu yang ditulis saat dirinya sedang suka menulis lagu.
Diketahui, Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 Mahfud MD pada Debat Keempat Pilpres 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024), sempat menyanyikan sepenggal lagu dari Ebiet G Ade tersebut.
Hal itu diungkap saat Mahfud MD memberikan closing statement mengutip lagu Ebiet G Ade bersama dengan pesan Gus Dur.
Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Berita Kepada Kawan yang Dinyanyikan Mahfud MD, Ciptaan Ebiet G Ade
Mahfud kembali teringat kutipan surat Ar-Rum ayat 41 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia….” yang dilanjutkan dengan lagu Ebiet G. Ade.
“Saya teringat lagu Ebiet G. Ade yang berbunyi begini: Barangkali disana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkat kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, dan seterusnya. Itu bukti kerusakan lingkungan pesan kepada kawan,” ujar Mahfud.
Ditambahkannya, masalah-masalah yang telah diperdebatkan sangat penting untuk masa depan bangsa. Masalah utamanya lanjut Mahfud, adalah pedang hukum kita tumpul.
“Apabila pedang hukum kita tidak tumpul, kita bisa tabrak habis-habisan dan program pembangunan akan berjalan dengan baik,” tegasnya.
Mahfud manyampaikan permohonan maafnya kepada para ibu dan anak cucu yang telah ikut terlibat, atau tanpa bisa berbuat apa-apa ketika terjadi perusakan alam yang ibu dan para cucu huni.
“Mas Ganjar dan saya minta maaf kepada para ibu dan cucu,” katanya.
Ganjar dan Mahfud, tambah dia, berjanji bahwa mereka akan mengembalikan secara bertahap hak rakyat, dan untuk ibu-ibu dan para anak cucu.
Demikian halnya, Ganjar-Mahfud akan menagih kepada dunia internasional untuk membayar utang-utang yang telah merusak pembangunan.
“Sebagai santri NU, saya ingin mengutip dalil Gus Dur, Tasarruf al Imam manutun bil maslahah, tugas pemerintah terhadap rakyatnya adalah kesejahterannya, selesai,” pungkas Mahfud.
Kisah di Balik Lagu Berita Kepada Kawan Ebiet G Ade
Terkenal sebagai musisi Indonesia yang mempunyai kepekaan sosial yang sangat tinggi, Ebiet G Ade kerapkali menutaskan kretaivitasnya melalui lirik-lirik lagu yang puitis dan melankolis.
Paduan lirik puitis dan melodi yang syahdu membuat lagu-lagu , Ebiet G Ade melintasi zaman.
Hal yang sama juga tercermin dari lagu Berita Kepada Kawan.
Lagu ini seolah abadi, karena tetap diperdengarkan meskipun lagunya sudah menginjak usia sekitar 40 tahun.
Ebiet tidak menyangka lagu Berita Kepada Kawan bisa seabadi itu.
“Saat itu saya sedang senang-senangnya bikin lagu dan saya tidak berpikir lagu jenis ini akan dinikmati bahkan usianya cukup panjang. Setidaknya saya sudah ikut mengungkapkan rasa perhatian terhadap situasi pada saat itu,” kata Ebiet dikutip dari Narasi TV.
Mengalirlah kisah bagaimana lagu Berita Kepada Kawan tercipta.
Lagu itu tercipta saat terjadi bencana alam, yakni peristiwa Kawah Sinila yang mengeluarkan racun dan membuat korban sekitar 150 orang.
Ebiet yang sedang berada di Yogyakarta merasa gelisah dan menuliskan kegelisahan itu di buku catatannya.
Lagu Berita Kepada Kawan oleh Majalah Rolling Stone Indonesia dipilih sebagai salah satu Lagu Indonesia terbaik sepanjang masa.
Dikutip dari Kompas.com, tragedi Kawah Sinila 1979 di Dieng tercatat sebagai salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah yang diakibatkan oleh peristiwa keluarnya gas beracun.
Kawah Sinila atau juga kerap disebut Telaga Sinila adalah sebuah kenampakan alam di kawasan Dieng, tepatnya berada di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Kawasan Dieng memang memiliki setidaknya delapan kawah aktif yang meliputi Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, Kawah Sinila, Kawah Sikidang, Kawah Timbang, dan Kawah Sikendang.
Kawah Sinila adalah satu dari tiga kawah yang berpotensi mengeluarkan gas beracun.
Selain Kawah Sinila, ada juga Kawah Timbang, dan Kawah Sikendang.
Kawah Sinila memiliki diameter kurang lebih 100 meter dan merupakan sebuah bekas letusan gunung berapi. Kawah ini pernah membawa petaka saat meletus pada sekitar tahun 1979.
Bencana letusan yang disertai keluarnya gas beracun ini juga dikenal sebagai Tragedi Kawah Sinila Dieng 1979.
Tragedi tersebut memakan banyak korban jiwa yang sebagian besar meninggal setelah menghirup gas beracun.
Kronologi Tragedi Kawah Sinila Dieng 1979
Dilansir dari publikasi Rencana Kontijensi Gas Beracun Erupsi Gunung Api Dieng yang dirilis BPBD Jateng pada 2019, letusan tersebut terjadi pada 20 Februari 1979 tengah malam pukul 01.55 WIB.
Saat itu terdengar suara ledakan yang berasal dari Kawah Sinila disertai guncangan gempa bumi.
Sebelum erupsi tersebut terjadi, temperatur Kawah Sinila dinyatakan normal dan tidak ada tanda-tanda tremor atau getaran.
Sementara arsip pemberitaan Harian Kompas, 22 Februari 1979 memberitakan bahwa pada Selasa dini hari (20/2/1979), penduduk Desa Kepucukan dikejutkan dengan adanya serangkaian gempa.
Saat itu, Desa Kepucukan diketahui merupakan salah satu wilayah dengan posisi paling dekat dengan kawah tersebut.
Pemda tingkat I Semarang mencatat bahwa gempa mulai terjadi pada pukul 01.55 WIB yang membuat seluruh penduduk desa terbangun dan berlarian keluar rumah.
Saat itu, udara terasa sangat panas dan bau belerang tercium dan menyesakkan nafas.
Tiba-tiba terdengar dentuman keras yang menggemuruh dan kegelapan malam terkuak oleh kobaran api dari sebuah bukit.
Rangkaian letusan itu juga dibarengi hujan abu, sehingga warga menyadari yang dihadapinya adalah sebuah letusan gunung berapi.
Diungkap pula bahwa warga yang berusaha lari menemukan bahwa desa mereka sudah terkepung lahar.
Sebagian penduduk bisa menyelamatkan diri melalui bukit-bukit yang lebih tinggi dan jalan-jalan setapak yang belum tertutup lahar.
Namun penduduk yang tidak dapat menyelamatkan diri kemudian meninggal karena menghirup gas beracun.
Kondisi jasad korban ditemukan tergeletak di jalanan.
Dikatakan sejumlah warga bahwa jasad tersebut sudah tidak seperti mayat, karena hancur ketika dipegang.
Jumlah Korban Terus Bertambah
BPBD Jateng menyebut bahwa dalam tragedi letusan Kawah Sinila pada 1979 ini menyebabkan jatuhnya korban meninggal dunia sebanyak 149 jiwa, sementara 15.000 jiwa dari 6 desa di Dieng harus diungsikan.
Sementara arsip pemberitaan Harian Kompas, 22 Februari 1979 menyebut bahwa pada awalnya jumlah korban tewas akibat letusan Kawah Sinila yang berjumlah 136 jiwa.
Kemudian Harian Kompas pada (26/02/1979) melaporkan bahwa korban gas beracun Dieng akibat letusan Kawah Sinila bertambah menjadi 149 orang dengan jumlah pengungsi tercatat 998 orang.
Gas beracun akibat letusan tersebut diketahui masih terdeteksi hingga sebulan setelahnya.
Dihapusnya Nama Desa Kepucukan
Dilansir dari laman TribunBanyumas.com, saat ini nama Desa Kepucukan tidak lagi bisa ditemukan di peta.
Ternyata setelah tragedi yang memakan korban jiwa tersebut, nama Desa Kepucukan tidak lagi bisa ditemukan di peta karena telah dihapus secara administratif.
Dikutip dari Kompas.id, memang pasca kejadian tersebut, Desa Kepucukan dinyatakan tidak layak huni akibat adanya gas beracun di kawasan tersebut.
Selain karena tidak layak huni, warga setempat juga banyak yang telah direlokasi baik di sekitar Kecamatan Batur maupun yang diikutkan ke dalam program transmigrasi.
Setelah itu, nama dan lokasi Desa Kepucukan hanya diingat oleh para korban selamat, saksi mata, dan warga setempat yang pernah mendengar tentang tragedi tersebut.
Kandungan Gas Beracun Kawah Sinila
Ahli Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Sachrul Iswahyudi ST, MT sempat menjelaskan tentang adanya gas beracun di Dieng kepada TribunBanyumas.com.
Ia menyebut bahwa kandungan panas bumi yang mengandung gas beracun memang menjadi potensi berbahaya di Dieng.
Sachrul menyebut, beberapa gas beracun yang ditemukan dan terkandung tinggi di Dieng di antaranya CO2, H2S, dan SO2.
Lebih lanjut, BPBD Jateng menyebut bahwa gas vulkanik atau gas beracun berupa karbon dioksida (CO2) dapat tersimpan pada permukaan bumi yang lebih dangkal dan terlepas ke permukaan seiring dengan peningkatan kegempaan.
Gas CO2 ini tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mudah terbakar atau bahkan dapat mematikan api.
Selain itu, gas CO2 memiliki berat jenis yang lebih tinggi dari udara sehingga akan selalu berada di bagian bawah dari lapisan udara dan akan berkumpul pada elevasi yang lebih rendah.
Diketahui konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) di Kawah Sinila Dieng pada tahun 1979 tercatat sebesar 200.000 ppm, sementara konsentrasi maksimum CO2 yang tidak membahayakan adalah sebesar 5.000 ppm.
Lirik Lagu Berita Kepada Kawan
Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk disampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Berita Artis dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
Debat Capres Cawapres di Pilpres 2024
Mahfud MD
Ebiet G Ade
Tribun Jatim
TribunJatim.com
Kawah Sinila
Jawa Tengah
Pendukung Prabowo dan Anies Ikut Nobar Debat Ketiga Capres 2024 Relawan Ganjar-Mahfud Bojonegoro |
![]() |
---|
TPD Jatim Puas dengan Performa Ganjar Pranowo dalam Debat Ketiga Capres : Menguasai Bidang |
![]() |
---|
Debat Cawapres Bakal ada Hal yang Berbeda, Cak Imin, Gibran dan Mahfud MD Hanya Boleh Bawa Dua Alat |
![]() |
---|
Jelang Debat Cawapres: Cak Imin Deg-degan, Gibran Dalami Materi, Mahfud MD Tanpa Persiapan Khusus |
![]() |
---|
Sosok Alfito Deannova & Liviana Cherlisa, Moderator Debat Kedua Pilpres 2024, Cawapres Bahas 8 Tema |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.