Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pantas Pegawai Resign Meski Gaji 40 Juta, Stres Grup Chat Kantor 600, Kini Nyaman Jual Sosis di Desa

Seorang karyawan resign dan memilih jualan sosis di desa meski gaji Rp40 juta viral di media sosial.

Unsplash
Ilustrasi berita wanita resign karena stres kantor memiliki 600 grup chat. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang karyawan resign dan memilih jualan sosis di desa meski gaji Rp40 juta viral di media sosial.

Ia resign karena dipicu stres.

Bagaimana tidak, kantornya memiliki lebih dari 600 grup chat.

Hal ini membuatnya merasa tertekan hingga akhirnya memutuskan hengkang dari tempat kerjanya dan memilih kembali ke desanya.

Ini dialami oleh wanita asal China.

Kisah karyawan perempuan bernama Tang Ying ini sempat viral di media sosial pada Desember 2023 lalu.

Baca juga: Ibu Nangis Syok Anak Angkat yang Dirawat 13 Tahun Mendadak Diambil Paksa Ibu Kandung, Rela Sujud

Saat itu, dikutip dari China Daily via Kompas.com pada Rabu (24/1/2024), Tang Ying bekerja sebagai seorang desainer di salah satu perusahaan real estate di Beijing, China.

Tang Ying merasa tidak bahagia selama menjalankan pekerjaannya itu.

Sebab terlalu banyak tekanan yang diberikan padanya.

Salah satu tekanan itu berasal dari banyaknya pesan dari sekitar 600 grup dalam aplikasi chat yang ia gunakan.

Tang Ying lalu memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan kembali pulang ke kampungnya.

Baca juga: RSUD Bojonegoro Siapkan Ruang Khusus bagi Caleg Stres karena Kalah Pemilu 2024, Punya Desain Khusus

Ilustrasi wanita resign karena stres kantor memiliki 800 grup chat.
Ilustrasi wanita resign karena stres kantor memiliki 800 grup chat. (Unsplash)

Telah bekerja selama 4 tahun

Wanita berusia 33 tahun itu mengaku telah bekerja sebagai desainer toko di sebuah perusahaannya selama empat tahun.

Dan kantornya memiliki lebih dari 600 grup chat kelompok kerja.

"Kalau sedang sibuk, dulu ada lebih dari 10 grup chat yang akan bunyi."

"Sampai-sampai saya harus membawa komputer sambil makan siang, cuma untuk meladeni grup chat itu saja," kata Tang Ying.

Menurut Tang, hal tersulit yang pernah ia temui dalam pekerjaannya adalah bertanggung jawab mendekorasi toko di 7-8 department store.

Setiap department store memiliki ratusan toko, dan untuk setiap toko, perusahaan mewajibkannya untuk masuk ke dalam grup chat untuk masing-masing toko tersebut.

Kebisingan yang terus-menerus ia dengar di aplikasi chatting juga membuat Tang Ying merasa ketakutan.

Di sisi lain, dia tidak berani mematikan teleponnya atau bahkan berhenti memeriksa grup.

Dia takut akan melewatkan hal penting jika tidak memeriksa grup chat tersebut.

Bahkan risiko terburuknya jika dia sampai tak membuka grup chat adalah dapat mempengaruhi pembukaan toko baru.

“Pergi makan atau makan saja masih harus buka grup," kata Tang Ying.

Selain itu, dia juga selalu membawa laptopnya dan selalu memeriksa pesan grup setiap waktu.

Banyaknya pesan di grup masih membuat Tang Ying selalu khawatir dan membuatnya merasa tertekan.

Bahkan, butuh waktu sekitar seminggu sebelum akhirnya ia benar-benar bisa tenang keluar dari pekerjaannya.

Baca juga: Stres Gaji Kecil, Dosen Nekat Jadi Petugas Kebersihan, Kaya Raya saat Pulang Kampung: Tak Menyesal

Merasa seperti robot

Selama bekerja di perusahaan tersebut, Tang Ying diketahui mendapat gaji bulanan sekitar 20.000-30.000 Yuan atau sekitar Rp 40 juta per bulan.

Akan tetapi, besaran gaji itu tidak menjamin Tang merasa sejahtera dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang desainer.

Dikutip dari ECSN, Tang bertanggung jawab mengawasi desain interior sejumlah properti komersial dan mengelola beberapa pusat perbelanjaan.

Banyaknya desain toko yang harus diawasi itu berdampak buruk pada kesehatannya.

Tidak berhenti di situ, Tang juga setiap hari dibombardir oleh banyaknya pesan dari lebih dari 600 grup kerjanya.

Tang mengatakan, ia merasa seperti robot karena tidak bisa memikirkan dirinya sendiri dan hanya terpaku pada pekerjaan dan grup kerjanya saja.

Biasanya ketika ada pembukaan toko baru, akan dibuat sebuah grup kerja yang isinya adalah Tang sendiri, karyawan toko, karyawan manajemen properti, teknisi, pemilik toko, dan pekerja dekorasi.

Terlalu banyaknya beban kerja yang harus ditanggung membuat Tang yang merasa lelah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, dan kembali ke kampung halamannya di Nanchong, Provinsi Sichuan, China.

Ia juga keluar dari lebih dari 600 grup kerjanya tersebut.

Prosesnya sendiri memakan waktu sekitar tiga setengah jam, dari pukul 03.00 hingga 06.30 pagi.

Ilustrasi wanita jualan sosis di desa ketimbang kerja gaji Rp40 juta tapi stres.
Ilustrasi wanita jualan sosis di desa ketimbang kerja gaji Rp40 juta tapi stres. (Shutterstock/Alex Photo Stock)

Menjalankan bisnis

Kabarnya setelah kembali ke desanya, Tang memulai bisnis penjualan sosis buatannya sendiri dan penjualan daging yang diawetkan.

Dengan dukungan dari keluarganya, Tang berhasil mendirikan fasilitas pengolahan kecil di halaman belakang kediaman kakek dan neneknya.

Sementara itu, sang ayah membantu membangun rumah asap dengan menggunakan kayu dari pohon cedar lokal.

Tujuannya adalah agar bisa menciptakan merek untuk produk dagingnya yang diawetkan.

Informasi lengkap dan menarik lainnnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved