Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ramadan 2024

Bolehkah Membaca Niat Puasa Qadha Ramadan setelah Subuh? Yuk Simak Hukum dan Penjelasannya!

Bolehkah niat puasa qadha dibaca setelah subuh? Jawabannya, niat puasa qadha harus dilakukan pada malam hari karena sifat puasa ini adalah wajib.

Editor: Elma Gloria Stevani
Unsplash
Sama seperti puasa Ramadan, puasa qadha juga harus diawali dengan membaca niat. 

TRIBUNJATIM.COM - Umat Islam yang sempat meninggalkan puasa Ramadan harus menggantinya dengan puasa di bulan lain yang disebut puasa qadha.

Puasa ini juga diawali dengan niat.

Namun, bolehkah niat puasa qadha setelah subuh?

Puasa Ramadan adalah suatu kewajiban bagi setiap Muslim. Hal ini disampaikan melalui firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:
 
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
 
Namun, ada beberapa kondisi yang membolehkan umat Muslim untuk tidak berpuasa, seperti musafir, perempuan haid dan nifas, dan orang sakit. Namun, mereka tetap bisa menggantinya dengan puasa qadha.

Apa itu puasa qadha dan bagaimana tata caranya?
 
Apa Itu Puasa Qadha

Kata qadha adalah bentuk masdar dari kata dasar قَضَى - يقْضي (qadha - yaqdhu) yang artinya menyelesaikan, memenuhi, mencapai, menyempurnakan, melakukan, melaksanakan, mengabulkan, dan menuntaskan.

Jadi, puasa qadha artinya menyelesaikan puasa Ramadan yang tidak dapat dilakukan secara penuh di bulan tersebut.

Dalam buku Fikih Puasa Serial Kajian Ramadhan oleh Mohammad Hafid, Lc., M.H. (2022), pengecualian puasa Ramadan diberikan untuk perempuan haid, nifas, dan menyusui, serta orang sakit.
 
Pasalnya, jika orang hamil dan menyusui berpuasa secara penuh, bisa jadi gizi yang didapat saat sahur akan cepat habis pada siang hari.

Akibatnya, akan muncul efek negatif bagi kesehatan dirinya maupun bayinya.

Niat Puasa Qadha

Sama seperti puasa Ramadan, puasa qadha juga harus diawali dengan membaca niat.

Seperti yang dijelaskan dalam salah satu hadit, umat Muslim dianjurkan untuk berniat saat akan melakukan segala sesuatu,
 
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
 

Arti: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Bacaan niat puasa qadha adalah sebagai berikut:
 
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
 
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
 
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
 
Lalu, bolehkah niat puasa qadha dibaca setelah subuh?

Jawabannya, niat puasa qadha harus dilakukan pada malam hari karena sifat puasa ini adalah wajib.

Berbeda dengan puasa sunnah di mana umat Muslim boleh membaca niat pada waktu setelah fajar selama belum makan dan minum.

Khusus untuk puasa wajib seperti Ramadan, qadha, dan puasa nazar, ulama menyepakati bahwa niat dibaca pada malam hari.

Lantas, bolehkah membaca niat puasa Ramadan setelah Subuh atau siang hari?

Berikut hukumnya berdasar sabda Rasulullah SAW.

Niat puasa Ramadan menjadi pondasi utama seorang muslim untuk menjalankan ibadah.

Dianjurkan, niat puasa Ramadan dibaca untuk satu bulan penuh, agar menghindari kelupaan atau terlambat bangun.

Namun, jika niat puasa Ramadan dibaca secara harian, baiknya dibaca saat malam hari.

 

Dalil wajibnya berniat adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)

Jika niat puasa wajib baru dimulai setelah terbit fajar Subuh, maka puasanya tidaklah sah.

Dalilnya adalah hadits dari Hafshah—Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha–, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

“Siapa yang belum berniat di malam hari sebelum subuh, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR. An-Nasai, no. 2333; Ibnu Majah, no. 1700; dan Abu Daud, no. 2454. Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini).

Sedangkan untuk puasa sunnah, boleh berniat di pagi hari asalkan sebelum waktu zawal (tergelincirnya matahari ke barat).

Dalilnya sebagai berikut,

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ عَلَىَّ قَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ طَعَامٌ ». فَإِذَا قُلْنَا لاَ قَالَ « إِنِّى صَائِمٌ »

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menemuiku lalu ia berkata, “Apakah kalian memiliki makanan?” Jika kami jawab tidak, maka beliau berkata, “Kalau begitu aku puasa.” (HR. Muslim, no. 1154 dan Abu Daud, no. 2455).

Penulis Kifayah Al-Akhyar berkata, “Wajib berniat di malam hari. Kalau sudah berniat di malam hari (sebelum Shubuh), masih diperbolehkan makan, tidur dan jimak (hubungan intim).

Jika seseorang berniat puasa Ramadhan sesudah terbit fajar Shubuh, maka tidaklah sah.” (Kifayah Al-Akhyar, hlm. 248).

Niat Puasa Ramadhan Setiap Hari

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i fardhi syahri Ramadhâni hâdzihis sanati lillâhi ta'âla.

Artinya: "Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah ta'ala."

Sedangkan Madzhab Maliki membolehkan membaca satu kali niat untuk puasa satu bulan penuh.

Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ كله ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma syahri ramadhaana kullihi lillaahi ta’aalaa

Artinya: Aku niat berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta'ala.

Syarat Wajib Puasa

Berikut syarat wajib puasa dan syarat sahnya puasa, dilansir kemenag.go.id:

1. Islam

2. Berakal

3. Orang yang gila tidak wajib berpuasa.

4. Balig (umur 15 tahun keatas) atau ada tanda yang lain.

5. Kuat berpuasa

Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit, sehingga tidak wajib puasa.

Syarat Sah Puasa

1. Islam

Orang yang bukan islam tidak sah puasa.

2. Mumayis

Artinya dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik.

3. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan).

Orang yang haid ataupun nifas itu tidak sah berpuasa, tetapi keduanya wajib membayar kewajiban sesudah lewat waktunya.

4. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id

Berita seputar Ramadan 2024 lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved