Ramadan 2024
Kamus Lengkap Istilah Populer Selama Ramadan: Iftar, Saum, Imsak, Takjil, Jangan sampai Salah Arti!
Selama bulan Ramadan, kita seringkali mendengar istilah-istilah populer yang sering dijumpai di media sosial maupun percakapan langsung.
TRIBUNJATIM.COM - Umat Muslim seluruh dunia akan menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan.
Adapun biasanya puasa dijalani selama 29 hingga 30 hari.
Sebagai informasi puasa adalah ibadah menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas tertentu dengan sengaja mulai dari fajar hingga terbenam matahari.
Selama bulan Ramadan, kita seringkali mendengar istilah-istilah populer yang sering dijumpai di media sosial maupun percakapan langsung.
Istilah-istilah ini kebanyakan memiliki asal dari bahasa Arab.
Namun sayangnya, masih belum banyak orang tahu apa arti dari istilah-istilah tersebut.
Berikut adalah arti dari istilah-istilah populer yang muncul setiap bulan Ramadan, dikutip dari kompas.tv pada Rabu (6/3/2024).
Baca juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Surabaya, Sidoarjo dan Gresik 1 Ramadan 1445 H, Serta Doa Awal Ramadan
Kamus Istilah Populer Selama Ramadan
1. Saum, merupakan istilah lain dari berpuasa yang memiliki asal kata dari bahasa Arab.
2. Iftar, diartikan sebagai momen berbuka puasa.
3. Ramadhan Kareem, bermakna Ramadan yang mulia atau Ramadan yang diberkati.
4. Takjil, merujuk pada makanan untuk berbuka puasa atau juga dapat diartikan sebagai menyegerakan berbuka puasa.
5. Sahur, merupakan kegiatan makan dan minum yang dilakukan sebelum puasa, biasanya pada waktu dini hari.
6. Tarawih, merujuk pada salat sunah malam yang dilakukan setelah salat isya, khususnya di bulan Ramadan.
7. Ngabuburit, merupakan kegiatan menunggu azan maghrib menjelang berbuka puasa, umumnya dilakukan pada waktu bulan Ramadan.
8. Tadarus, berarti membaca Alquran secara bersama-sama.
9. Lailatulqadar, adalah malam turunnya wahyu Allah, terjadi pada malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadan.
10. Imsak, adalah waktu untuk berhenti makan sahur dan bersiap untuk memulai berpuasa.
11. Tarawih, adalah ibadah yang dilakukan khusus pada bulan Ramadan setelah menjalankan salat isya di setiap malam.

1 Ramadan 2024 Diprediksi Berbeda
Awal Ramadan 1445 H diprediksi berbeda antara pemerintah dan ormas Islam seperti Muhammadiyah.
Prediksi ini mengacu hasil perhitungan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) dan pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Berdasarkan perhitungan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), hilal penentu 1 Ramadan 2024 tidak mungkin terlihat pada 29 Syakban 1445 Hijriah atau Minggu (10/3/2024).
Awal puasa Ramadan 1445 H diperkirakan akan jatuh pada Selasa (12/3/2024), sesuai posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya.
"Untuk awal Ramadan tahun ini, dengan memperhatikan posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya, secara pengalaman atau tajribah, hilal tak mungkin dapat dirukyat pada Ahad sore 10 Maret," ujar Kepala LF PBNU Sirril Wafa, dikutip dari NU Online, Jumat (23/2/2024).
Wakil Sekretaris LF PBNU Marufin Sudibyo menjelaskan, awal Ramadan akan terjadi jika pemantauan hilal (rukyah hilal) melaporkan keterlihatan Bulan sabit yang sahih.
"Sebaliknya, apabila tidak ada laporan yang sahih, dengan merujuk pada Keputusan Muktamar Ke-34 NU di Lampung maka bulan Syakban 1445 H akan digenapkan 30 hari (ikmal)," papar Marufin, saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/2/2024).
Ketinggian hilal Ramadan 2024 belum memenuhi kriteria Menurut Marufin, LF PBNU secara resmi menggunakan kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama atau kriteria IRNU sebagai ambang batas keterlihatan hilal.
Baca juga: LINK Live Streaming Sidang Isbat Ramadan 2024, BMKG Prediksi Perbedaan Tanggal Awal Puasa Tahun Ini
Kriteria IRNU adalah ambang batas posisi Bulan, di mana hilal berpotensi dapat dilihat, terutama melalui moda kasat teleskop dan kasat kamera.
"Ambang batas tersebut terjadi manakala tinggi hilal mar’ie minimal 3 derajat dan elongasi hilal haqiqy minimal 6,4 derajat," kata dia.
Pada batas tersebut, cahaya hilal sebagai pantulan cahaya Matahari oleh bagian cakram Bulan yang menghadap ke Bumi, terbukti lebih kuat dan lebih kontras dibanding cahaya senja yang mewarnai langit latar belakangnya.
Cahaya yang lebih kuat dan lebih kontras, kata Marufin, merupakan kunci keterlihatan hilal dan benda-benda langit lain pada saat senja setelah Matahari terbenam.
"Jadi, angka-angka tersebut bukan angka-angka asal comot. Namun, memiliki landasan pengetahuan fisis optika di baliknya," ucapnya.
Selain telah memenuhi kriteria IRNU, kredibilitas laporan pemantauan hilal juga harus ditunjang oleh faktor meteorologis.
Di antaranya, titik pemantauan tidak hujan, langit barat tidak tertutupi mendung, dan ufuk barat masih bisa mendeteksi Matahari menjelang terbenam.
"Untuk rukyah dengan moda kasat kamera, kredibilitas laporan juga harus melalui analisis geometri citra," papar Marufin.
Marufin menambahkan, posisi hilal pada Minggu (10/3/2024) petang di seluruh Indonesia memiliki tinggi kurang dari 3 derajat dan elongasi kurang dari 6,4 derajat.
"Secara keilmuan, kami di Lembaga Falakiyah PBNU sudah bisa memprakirakan hasilnya. Akan tetapi, sesuai dengan etika maka keputusan formal terkait hal tersebut menanti hasil rukyah hilal pada Ahad 10 Maret mendatang," tuturnya.
Baca juga: LINK PDF Bacaan Bilal Tarawih 11 Rakaat, Amalan yang Dikerjakan Selama Bulan Ramadan 1445 H/2024

Penampakan Hilal Masih Sangat Kecil
Koordinator Bidang Tanda Waktu BMKG Himawan Widiyanto menjelaskan, keterlihatan hilal pada Minggu (10/3/2024), masih sangat kecil, sekitar kurang dari nol derajat.
Ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara minus 0,33 derajat di Jayapura, Papua sampai 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.
Sementara elongasi hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara 1,64 derajat di Denpasar, Bali sampai 2,08 derajat di Jayapura.
Tinggi dan elongasi tersebut, menurut Himawan, belum memenuhi kriteria baru sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Kriteria baru MABIMS mengharuskan ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.
"Jika dilihat dari peta ketinggian hilal dan kriteria MABIMS yang baru, maka pemerintah akan menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1445 H pada tanggal 12 Maret 2024," jelas Himawan, Jumat (23/2/2024).
"Kita tunggu keputusan dari lembaga yang berhak memutuskan kapan tanggal 1 Ramadhan, yaitu dari Kementerian Agama Republik Indonesia," imbuhnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
puasa
Ramadan
istilah populer
Kamus Istilah Populer Selama Ramadan
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
Bacaan Doa Akhir Ramadan yang Dianjurkan Nabi Muhammad SAW, Tulisan Arab Latin dan Terjemahan |
![]() |
---|
Kurang 2 Hari Lebaran, Masih Ada Waktu Bayar Zakat Fitrah, Cek Besarannya untuk Wilayah Jawa Timur |
![]() |
---|
Waktu Itikaf Mulai Jam Berapa? Amalan untuk Meraih Lailatur Qadar, Berikut Penjelasan Ulama Mesir |
![]() |
---|
Sebaiknya Itikaf Mulai Jam Berapa? Amalan 10 Hari Terakhir Ramadan untuk Mendapatkan Lailatul Qadar |
![]() |
---|
Waktu Paling Utama Bayar Zakat Fitrah yang Dianjurkan Nabi Muhammad, Disertai Besaran Zakat Fitrah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.