Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ramadan 2024

Nyemil Takjil Dulu atau Langsung Santap Makanan Berat, Manakah yang Lebih Baik? ini Kata Ahli Gizi

Ketiga azan Maghrib berkumandang, dianjurkan untuk menyegerakan buka puasa Ramadan.

Freepik.com/freepik
Ilustrasi takjil buka puasa Ramadan. 

TRIBUNJATIM.COM - Ketiga azan Maghrib berkumandang, dianjurkan untuk menyegerakan buka puasa Ramadan.

Namun tak sedikit langsung menyantap makanan berat, adapula nyemil takjil.

Lantas lebih baik nyemil takjil dulu atau langsung santap makanan berat?

Ahli gizi dr. Luciana Sutanto MS, Sp.GK menganjurkan untuk mengawali berbuka puasa dengan makanan porsi kecil dan memiliki rasa manis atau takjil dahulu.

Ini guna mengaktifkan saluran pencernaan serta mengembalikan kadar gula darah setelah berpuasa.

"Makan porsi kecil dan manis saat berbuka puasa untuk mengaktifkan saluran cerna dan mengembalikan kadar gula darah yang turun setelah 12 jam berpuasa," kata Luciana, lulusan spesialis gizi klinik Universitas Indonesia dalam pesan singkat mengutip Antara beberapa waktu lalu, dikutip dari kompas.tv.

Baca juga: Inilah Waktu Mustajab Berdoa Selain di Sepertiga Malam, Hajat Sebesar Apapun Pasti Terkabul

Luciana menerangkan, setelah mengonsumsi makanan porsi kecil saat berbuka puasa, seseorang bisa melanjutkan dengan makanan utama lengkap gizi setelah menunaikan ibadah salat Magrib.

Makan malam selingan bisa dilakukan usai salat tarawih, dan kembali mengonsumsi menu utama lengkap gizi saat sahur.

Bagi individu yang memiliki riwayat penyakit seperti refluks gastroesofagus atau GERD disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pedas dan asam berlebihan saat berbuka puasa maupun sahur.

"Hindari makanan yang dapat memperparah kondisi GERD saat sahur dan berbuka puasa seperti makanan yang terlalu pedas dan terlalu asam," ujar Luciana.

Baca juga: Puasa tapi Meninggalkan Salat Lima Waktu, Bagaimana Hukumnya? Ada Kaitannya dengan Pahala Puasa

Sementara untuk penderita diabetes, Luciana menyarankan untuk melakukan konsultasi kepada ahli medis sebelum melakukan puasa.

"Untuk kondisi diabetes, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter apakah kondisi diabetesnya masih memungkinkan untuk berpuasa," ucap Luciana.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Martha Rosana, Sp.PD mengatakan penderita diabetes memiliki risiko komplikasi apabila asupan makanan dan cairannya berubah.

Penderita diabetes bisa menghadapi risiko komplikasi berupa hipoglikemia (gula darah rendah), hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi), dehidrasi, dan ketoasis diabetikum (komplikasi akut).

Konsultasi dengan dokter sebelum puasa dibutuhkan agar penderita diabetes memperoleh informasi mengenai evaluasi penggunaan obat-obatan, pemantauan kondisi kesehatan, hingga penilaian risiko komplikasi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Kompas TV
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved