6 Tahun Tinggali Gubuk Reyot, Jumadi & Anak Cuma Dapat Bantuan Uang Rp1,5 Juta, Kini Siap Dipindah
Dari pemerintah, Jumadi mengaku cuma dapat bantuan Rp1,5 juta, makan pun dari belas kasihan tetangga.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Enam tahun tinggal di gubuk bekas tidak layak dan reyot, Jumadi (71) dan anaknya, Rehan (7), hidup nelangsa.
Keduanya adalah warga Dusun Krajan, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Jumadi mengaku, dari pemerintah cuma dapat bantuan Rp1,5 juta, makan pun dari belas kasihan tetangga.
Diketahui ayah dan anak tersebut sudah hampir tujuh tahun tinggal di pondok bekas tempat petani memasak kelapa air nira.
Adapun lokasinya berada di tengah pekarangan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi di belakang pemukiman warga.
Tempat tinggal Jumadi dan Rehan tersebut bisa dibilang jauh dari kata layak untuk ditinggali manusia.
Bangunan berukuran 2x3 meter yang terbuat dari kayu dan bambu tersebut tanpa ada satu pun penutup di empat sisi penjurunya.
Keduanya begitu merasakan embusan angin yang menerpa badan di siang maupun dinginnya malam.
Satu-satu pelindung dari teriknya matahari dan dinginnya air hujan hanyalah genteng.
Namun kondisi genteng juga begitu memprihatinkan.
Lubang-lubang pada genteng tidak terhitung jumlahnya.
Bahkan untuk berlindung dari tetesan air hujan, Jumadi memasang kain perlak di atas tempat tidur yang berada di salah satu sudut gubuk.
Upaya itu pun tidak cukup melindungi dinginnya malam.
Terlebih alas tempatnya tidur hanya kasur lantai tipis yang sudah kumal karena debu dan rontokan genteng serta kayu yang sudah lapuk.
Baca juga: Kena Tipu Rp400 Ribu, Driver Ojol Nangis Pilu, Tabungan Ludes Padahal Buat Bayar Utang Ibu
Di tempat yang sangat sempit tersebut, hanya ada satu ruangan berukuran 1x1,5 meter yang terbuat dari bambu.
Ruangan tersebut digunakan untuk meletakkan perabotan rumah tangga seperti gelas, piring, dan beberapa helai pakaian yang mereka gunakan.
Di sebelahnya adalah tempat tidur berupa papan dari kayu yang di atasnya diletakkan kasur lantai.
Kemudian tepat di depan dua tempat tadi adalah tungku perapian dengan tumpukan kayu bakar yang berserakan.
Lebih miris lagi saat melihat ada kandang sapi yang terletak kurang dari 10 meter dari tempat tinggal Jumadi dan Rehan.
Diketahui, tempat yang ditinggali ayah dan anak ini dulunya hanya tempat berteduh para petani kelapa untuk memasak air nira.
Tempat ini telah ditempati Jumadi sejak Rehan masih berusia dua bulan.
Bertahun-tahun mereka hidup hanya berdua sampai kini Rehan duduk di kelas B Taman Kanak-kanak.
"Mulai di sini waktu Rehan usia dua bulan, ibunya di Jombang," kata Jumadi di rumahnya, Sabtu (30/3/2024), dikutip dari Kompas.com.
Mirisnya, tidak ada sanitasi di tempat yang ditinggali Jumadi dan Rehan.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti mandi, masak, dan mencuci, mereka harus berjalan kaki ke sungai yang jaraknya kurang lebih 500 meter.
"Ya kalau mau buang air ke sungai, mandi ke sungai, air buat masak dan cuci piring juga ke sungai, kalau ada hujan ya pakai air hujan," ceritanya.

Rehan sendiri adalah anak Jumadi dengan istri keduanya bernama Sunarsih (48) warga Kabupaten Jombang.
Setelah melahirkan Rehan dan merawat bersama hingga berusia dua bulan, keduanya berpisah meski belum resmi secara pengadilan.
Ia pun lantas membawa Rehan ke kampung halaman di Lumajang dan tinggal di tempat tidak layak sampai saat ini.
Dengan istri pertama, Jumadi memiliki tiga orang anak.
Mereka tinggal tidak jauh dari tempat Jumadi, hanya berbeda dusun.
"Ya kadang (anak) nengok, tapi ya jarang, mereka sudah sibuk semua, kerja," ujarnya.
Di usia senjanya ini, Jumadi sudah tidak bisa lagi bekerja.
Untuk menghidupi Rehan, ia pun menggantungkan diri dari belas kasih tetangga.
Jika tak ada yang memberinya makan, Jumadi terkadang berjalan ke rumah anaknya di dusun sebelah hanya sekadar untuk meminta makan.
"Buat setiap hari ya dikasih orang, yang penting sabar saja, kadang saya minta ke anak saya di (Dusun) Sumberkajar," jelasnya.
Baca juga: Mengintip Rumah Tiko Kini Makin Estetik, Anak Bu Eny sempat Dituding Pemalas, Kini Hunian Megah Lagi
Sebenarnya, Jumadi merupakan keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan sosial dari pemerintah.
Namun ia tidak mengerti bantuan apa yang didapatkannya.
Apakah program keluarga harapan (PKH) atau program bantuan pangan non-tunai (BPNT).
Yang dia tahu, terkadang ia diminta mengambil bantuan di warung berupa beras sambil memberikan kartu ATM BNI.
Selain beras, Jumadi mengaku hanya sekali menerima bantuan uang tunai sebesar Rp1.500.000.
"Enggak tahu, pokoknya suruh ambil beras, kadang punya saya belum habis suruh ambil lagi, uang tunai sekali Rp1,5 juta, itu sudah lama," ungkapnya.
Di tengah keterbatasan ekonomi yang dirasakannya bersama sang ayah, Rehan kecil memiliki cita-cita tinggi untuk hidup lebih layak dari hari ini.
Ketika besar kelak, Rehan ingin mengabdi kebada negara dengan menjadi seorang tentara.
Diketahui, Rehan kini bersekolah di Taman Kanak-kanak yang tidak juah dari tempat tinggalnya yang biayanya digratiskan oleh pihak sekolah.
"Rehan dapat sekolah gratis, setiap hari dijemput dan diantar pulang sama gurunya."
"Kalau sekarang yang penting bisa makan, kalau Rehan penginnya bisa sekolah terus biar sukses," jelas Jumadi.
Jumadi berharap, masa depan Rehan jauh lebih baik dibanding kondisinya saat ini.
"Kalau sekarang yang penting bisa makan, kalau Rehan pinginnya bisa sekolah terus biar sukses," pungkasnya.

Sementara itu, Kemenag Lumajang telah melihat kondisi Jumadi dan siap memberikan bantuan untuk memperbaiki rumah kakek berusia senja tersebut.
Penyelenggara Zawa Kemenag Lumajang, Hidayatullah menyampaikan, turut berempati dengan kondisi tempat tinggal Jumadi.
"Kita dari Kemenag siap untuk membantu merehabilitasi rumah Bapak Jumadi."
"Namun kami masih menunggu koordinasi dengan pihak desa dan badan amil zakat."
"Tadi beliau mengutarakan bersedia jika direlokasi ke tempat yang lebih layak," beber Hidayatullah.
Jumadi
Dusun Krajan
Desa Jugosari
Kecamatan Candipuro
Lumajang
Jawa Timur
Hidayatullah
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Banyak Dikeluhkan Warga, Drainase di Ruas Jalan Bulukandang Pasuruan Diperbaiki |
![]() |
---|
Emil Dardak Buka Suara Soal Kekisruhan Iuran Dana Komite SMAN 1 Kampak Trenggalek, Panggil Kepsek |
![]() |
---|
Anak-anak Rentan Cacingan, Dokter Jelaskan Pentingnya Minum Obat Cacing |
![]() |
---|
Ulah Bocah Gondol Mobil Polisi Berisi Senjata Api Lalu Kabur ke Hutan, Sempat Buron |
![]() |
---|
Muhammadiyah Jatim Dukung Kementerian Haji dan Umrah: Langkah Positif dan Maju |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.