Hikmah Ramadan
Hari Raya, Antara Tradisi dan Tuntunan Syariat
Cara beragama Umat Islam di Indonesia sudah memiliki tradisi dan berjalan bertahun-tahun tanpa ada yang mempermasalahkan.
Berkunjung dan Ziarah
Tradisi Jawa menyebut istilah silaturahmi di hari raya dengan nama unjung-unjung. Apakah ini sekedar tradisi ataukah ada tuntunannya dalam Islam? Jika kita memperhatikan seksama dari hadis berikut: “Jabir berkata bahwa jika Nabi berangkat dan pulang saat hari raya menempuh jalan yang berbeda” (HR Bukhari).
Menurut ulama ahli hadis yang bergelar Amirul Mukminin di bidang hadis, yakni Al-Hafidz Ibnu Hajar menegaskan “Dikatakan agar Nabi berziarah ke kerabatnya baik yang hidup atau wafat” (Fath Al Bari, 2/473). Dalam riwayat ini ditarik sebuah kesimpulan bahwa Nabi juga berkunjung ke para Sahabat di Madinah dengan melewati jalan-jalan yang berbeda saat berangkat ke tempat Salat Id pulangnya.
Hari Bahagia
Wajah-wajah kebahagian di hari raya selalu kita jumpai baik dengan kerabat hingga seluruh umat Islam. Kebahagian dan kesenangan ini memang sudah dijalankan oleh umat Islam sejak generasi awal bersama Nabi, boleh mengisi kegiatan hari-hari bahagia dengan cara-cara yang tidak dilarang dalam agama. Istri Baginda Nabi, Aisyah menceritakan: “Nabi mendatangi saya bersama 2 wanita yang menyanyi. Lalu Nabi tiduran di lantai dan memalingkan wajahnya. Abu bakar datang memarahi para penyanyi. Nabi bersabda: “Biarkan mereka” (HR Al-Bukhari)
Hadis ini menganjur-kan melapangkan keluarga di hari raya dengan banyak hal yang dapat membaha-giakan hati setelah menjalani beratnya beribadah. Dan menampakkan kesenangan di hari raya adalah syiar agama (Fath Al Bari, 3/371)
Puasa Syawal dan Ketupat
Di dalam syariat kita ada anjuran puasa lanjutan setelah Ramadan, yakni puasa sunah 6 hari di bulan Syawal. Saat saya kecil di kampung, keesokan setelah hari raya atau Syawal kedua acara unjung-unjung masih berlanjut, namun sesepuh dan tokoh agama masih berpuasa dan tetap berada dalam suasana keakraban. Suguhan minuman dari sirup yang beraneka ragam tetap disediakan oleh tuan rumah, dan mereka memahami jika tamunya tidak minum karena sedang puasa sunah ini.
Hadis tersebut: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari pada bulan Syawal, maka seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR Muslim). Bahkan kesempatan puasa ini digunakan sebagai qadha’ atau membayar hutang puasa jika selama Ramadan ada yang batal karena sakit, musafir atau sedang berhalangan bagi wanita.
Ijtihad ulama kita memang membolehkan menggabung niat beberapa puasa sunnah seperti puasa Arafah dan puasa Senin / Kamis, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Kurdi. Bahkan menurut Imam Al-Barizi puasa sunnah seperti hari ‘Asyura, jika diniati puasa lain seperti qadha Ramadan tanpa meniatkan pauasa Asyura’ tetap mendapatkan pahala keduanya. Adapun puasa 6 hari bulan syawal jika digabung dengan qadha ramadhan, maka menurut imam Romli mendapatkan pahala keduanya. Lebih lanjut Imam Nawawi menjelaskan “Puasa 6 hari Syawal tidak harus berurutan, boleh dipisah atau diakhirkan dari Syawal” (Syarah Muslim, 8/56)
Setelah selesai puasa 6 hari ada tradisi hari raya ketupat. Bolehkan ada istilah hari raya? Dan bukankah Nabi hanya mengakui 2 hari raya dan tidak mengakui selain Idul Fitri dan Idul Adha? Nabi bersabda: "Sungguh bagi setiap kaum memiliki hari raya. Dan ini adalah hari raya kita" (HR Bukhari dan Muslim)
Mufti Al-Azhar juga menjawabnya: “Tidak ada dalil yang melarang untuk menampakkan rasa bahagia di selain 2 hari raya tersebut. Sungguh Al Qur'an telah menegaskan kebahagiaan umat Islam atas pertolongan Allah yang diberikan kepada Bangsa Romawi atas kemenangan mereka setelah sebelumnya mereka kalah, yang dijelaskan dalam permulaan Surat Ar-Rum” (Fatawa Al-Azhar, 10/160)
Menurut guru saya, KH Muhyiddin Abdussamad Jember, pemberian ketupat ke tetangga adalah bagian dari menjalankan perintah Nabi shalallahu alaihi wa sallam: "Jika kamu memasak kuah maka perbanyak airnya, lalu perhatikan keluarga tetanggamu. Kemudian beri bagian kepada mereka dengan baik" (HR Muslim dari Abu Dzar)
Ucapan Selamat Hari Raya
Beberapa kalangan mulai mempermasalahkan ucapan hari raya di masyarakat kita, yakni Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin. Menurut mereka ini tuntunan dari siapa? Riwayat dari para Sahabat adalah saling mendoakan, seperti dari Habib bin Umar Al-Anshari berkata bahwa ayahnya berkata: “Saya bertemu Wasilah di hari raya, maka saya ucapkan: “Semoga Allah menerima amal kita dan amal anda” (HR Thabrani).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.