Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kisah Pilu Pemuda Ingin Belajar Usaha Nasi Goreng, Jadi Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Kisah pilu pemuda ingin belajar usaha nasi goreng, jadi korban kecelakaan bus SMK Lingga Kencana.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL
Dedi Mulyadi saat takziah ke rumah duka Raka Komara di Desa Majasari, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Selasa (14/5/2024). 

Diketahui, korban terdiri dari sembilan murid, satu guru, dan satu warga lokal.

Mendengar nama anaknya jadi korban dalam kecelakaan maut tersebut, Riris langsung mendatangi SMK Lingga Kencana di Kota Depok.

Diungkap Riris, ia sangat kecewa dengan pihak sekolah lantaran membuat acara perpisahan di luar kota.

Padahal sebelumnya Riris mengaku sudah mewanti-wanti pihak sekolah, terlebih kepala sekolah, agar mempersiapkan secara matang acara perpisahan murid tersebut.

Bahkan ia sampai menyentil janji manis dari mulut Kepala SMK Lingga Kencana Depok.

Riris, salah satu wali murid SMK Lingga Kencana Depok, kecewa anak asuhnya jadi korban kecelakaan maut di Subang, Jawa Barat
Riris, salah satu wali murid SMK Lingga Kencana Depok, kecewa anak asuhnya jadi korban kecelakaan maut di Subang, Jawa Barat (Instagram/lambeturah - Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

"Saya kecewa, karena waktu rapat tanggal 6 saya bilang sama kepala sekolah, 'Saya orang tua asuh Amiludin, karena satu bulan SMP Perjuangan kecelakaan di Bali'," kata Riris.

"'Saya minta tolong ya pak, tolong itu bis diperiksa atau diservis yang benar, saya enggak mau anak saya, walaupun bukan anak kandung saya, karena dia anak yatim, itu harus mobilnya diperiksa'," kata Riris dengan nada bicara keras, dilansir dari unggahan akun Instagram @subang.info, Minggu (12/5/2024).

Dirinya seorang guru, Riris mengaku paham dengan prosedur jika sekolah membuat acara perpisahan jarak jauh untuk murid.

Karenanya sejak awal rencana perpisahan tersebut, Riris sudah sering mengingatkan kepala sekolah agar memilih bus yang bagus dan berkualitas.

Hal itu agar perjalananan para murid bisa lancar tanpa kendala.

"Katanya (kepala sekolah), 'Oke bu, tenang aja, kami semua mobilnya kami bawa dengan baik'."

"Itu saya rapat saya bilang, 'Benar ya pak, bertanggung jawab'. Karena kalau mau ke Bandung, ke Bogor harus naik bus yang bagus," imbuh Riris.

Lagipula diakui Riris, ia terkejut kala mengetahui keputusan akhirnya para siswa tetap pergi ke Bandung.

Padahal rencana awalnya yang Riris ketahui adalah para murid diwisuda di Kota Depok.

"Ini Amiludin bukan orang punya, saya kasihan. Kecewa. Kenapa datang ke sana, karena infonya perpisahan dan pelantikan (wisuda) di Depok, kok dibawa ke sana (Bandung)?"

"Oke kita nurut semua, tapi saya titip, saya ini guru, jadi saya tahu prosedur kayak apa," ungkap Riris.

Kendati begitu, kini, Riris pun mengaku sedih saat tahu kabar ibu kandung dari Amiludin.

"Walaupun bukan anak kandung saya, ibunya (Amiludin) sudah nangis di rumah, bapaknya meninggal dua tahun yang lalu."

"Bukan anak kandung saya, tapi saya yang biayain pendidikannya," ujar Riris.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved