Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Alasan Pria Gelar Doktor 6 Tahun Jadi Pegawai Toko, Santai Gaji Rendah, Ekspektasi Teman Ketinggian

Alasan pria bergelar doktor selama 6 tahun jadi pegawai toko dan tampak tidak masalah punya gaji rendah.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Sanook.com
Alasan seorang pria gelar Doktor memilih jadi pegawai toko saja dengan gaji yang di bawah Rp 10 juta. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang pria membuat teman-temannya tak menyangka karena pilihan karir yang ia jalani.

Pria dengan gelar Doktor atau lulus dengan menempuh pendidikan tinggi, ternyata memilih pekerjaan di luar dugaan.

Jika biasanya banyak orang bergelar Doktor memilih profesi sebagai guru atau dosen atau tenaga pendidik, hal ini tampak berbeda dengan yang satu ini.

Pria bergelar Doktor itu selama 6 tahun memilih jadi pegawai toko.

Tak hanya jadi pegawai toko saja, ia juga tidak masalah memiliki gaji yang rendah nominalnya.

Pria ini bersyukur dengan pekerjaannya, meski tidak sepadan dengan gelar yang ia dapatkan.

Dikutip TribunJatim.com dari Sanook.com, Sabtu (15/6/2024), seorang pria asal Malaysia viral di media sosial setelah kehidupannya dibagikan oleh temannya di Facebook.

Pria itu menyandang gelar doktor, namun selama 6 tahun terakhir hanya bekerja sebagai karyawan di toko fotokopi, karena kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai

“Teman saya lulus doktor di bidang teknik pada tahun 2018, namun setelah lulus hingga saat ini dia hanya bekerja di toko fotocopy.

Gajinya bahkan tidak sampai 3.000 ringgit (sekitar Rp 10 juta)," tulisnya.

Baca juga: Dulu Usia 13 Bergelar Doktor, Saat Dewasa Malah Nganggur, Orangtua Nyesal Kini Anak Masih Minta Uang

Dalam postingan tersebut, ditekankan bahwa pria itu adalah pegawai, bukan usahanya sendiri.

"Sudah 6 tahun dia bekerja di toko fotocopy.

Dia memberitahuku, ia tidak dipanggil bekerja dimanapun yang sesuai untuk gelar doktor, padahal sudah berangkat wawancara," lanjutnya.

Ekspektasi teman pria itu ternyata ketinggian, temannya mengira pria tersebut akan bekerja sebagai dosen, namun ternyata ia kerja di toko fotokopi.

Tukang fotokopi bergelar doktor
Tukang fotokopi bergelar doktor (Sanook.com)

Disebutkan oleh sang rekan, pria tersebut sosok yang introvert, tak banyak bicara.

"Dulu, saya mengira teman ini akan bekerja sebagai guru atau dosen.

Tapi dia adalah orang introvert yang sedikit bicara.

Saya menemukan kebenarannya setelah bertemu dengannya minggu ini.

Karena dia ingin memperbarui nomor teleponnya di sistem investasi.

Karena dia pernah menginvestasikan uangnya sekali dan sekarang uangnya berlipat ganda.

Jadi dia ingin menambah dana investasi dan memperbarui informasi dalam sistem juga," ungkapnya.

Baca juga: Perjuangan Tukang Ojek Sekolahkan Anak sampai Jadi Doktor, Diremehkan Tetangga: Bukan Profesi Hina

Meski pekerjaannya sederhana, namun pria tersebut tidak memiliki pinjaman apa pun.

Gajinya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

"Saya menemukan dia tidak memiliki pinjaman rumah, pinjaman mobil, pinjaman pribadi juga tidak ada.

Awalnya saya merasa kasihan padanya, tapi kemudian aku merasa lebih kasihan pada diriku sendiri.

Dia tidak memiliki pinjaman apa pun.

Mampu hidup damai tanpa hutang dan ada juga uang tunai tambahan untuk diinvestasikan.

Tapi pada akhirnya, saya harus mengakuinya, meski tak punya utang, tapi dia sungguh menyedihkan karena telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba.

Didedikasikan untuk belajar keras hingga menyelesaikan gelar doktor.

Namun sebaliknya, mereka harus bekerja dengan pendapatan rendah yang tidak sepadan dengan kualifikasi pendidikan tersebut," tutupnya.

Baca juga: Sosok Anak Tukang Ojek di Garut yang Kini Raih Doktor Kimia Termuda, Dulu Pernah Diremehkan Tetangga

Meraih kualitas pendidikan tinggi memang dibutuhkan bagi setiap orang.

Tak terkecuali bagi seorang pemulung.

Pendidikan menjadi penting bagi mantan pemulung satu ini.

Lulusan S3 bidang Administrasi Publik di UB Malang ini lantas menceritakan kisahnya.

A.S. Kobalen seorang yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Bahkan ia pernah merasakan menjadi seorang pemulung.

Kobalen mengaku terlahir dari keluarga kurang mampu. 

Ia bahkan sempat jadi pemulung dan tidur di jalanan demi memperoleh ijazah SMA. 

Namun, dengan usaha yang pernah dicapai dan tak kenal menyerah, hal itu membuat kehidupannya diangkat ke arah yang lebih baik.

"Jangan menyerah, bahwa orang yang di jalan, merasa belum beruntung, kalau dia rajin, setia pada cita-citanya, tidak menghalalkan segala cara, dia bisa mencapai cita-citanya," kata dia dalam keterangan resminya, Minggu (4/2/2024), seperti dikutip Tribun Jatim dari Surya.co.id

Setelah lulus SMA, tepatnya pada 1987, Kobalen nekat merantau ke Jakarta.

Baca juga: Dulu Diboikot dari TV, Artis Kini Jadi Pemulung dan Dapat Rp 9 M Per Tahun, Publik Tak Jadi Kasihan

Selama kurang lebih tujuh tahun di Jakarta, Kobalen banyak mengabdikan diri untuk dunia pendidikan, yakni mengajar di taman kanak-kanak hingga kelas privat.

Sembari mengajar, Kobalen juga menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) IBEK dan berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi di tahun 1994.

Kemudian, pria yang maju sebagai calon legislatif (Caleg) DPR RI dari Partai Gerindra ini pernah melanjutkan pendidikannya di luar negeri, yakni di India. Di India, dia memperoleh beasiswa S2 dari perusahaan Texmaco.

Setelah selesai dalam waktu tiga tahun, dia membawa pulang dua gelar master dan dua gelar Diploma, yaitu Gelar PGDBA setara MBA tahun 1997 dari Loyola Institute Of Business Administration (LIBA) dan Gelar PGDSM setara MBSM di India tahun 1997.

Seorang pemulung yang kini bergelar Doktor S3
Seorang pemulung yang kini bergelar Doktor S3 (Surya.co.id)

Sepulangnya dari India, dia mulai bekerja dan dipercaya menempati berbagai posisi strategis, baik di lembaga, perusahaan, maupun organisasi nasional dan internasional.

Dia pernah bekerja di perusahaan PT Pasific Trade Corindo dengan jabatan Assistant Purchased Manager, PT Mitra Multi mandiri dengan jabatan Assistant Office Manager, PT Washington English Institute dengan jabatan Pricipal & Teacher, dan PT Mutu Gading Tekstil dengan jabatan Operational Manager.

Lalu, dia juga pernah bekerja di PT Aero Charter International sebagai President Director dan PT Natco Aviation services sebagai Administration Director.

Dia mengaku pendidikan penting baginya, hal itu membuat dirinya melanjutkan S3 bidang Administrasi Publik di Universitas Brawijaya (UB).

Baca juga: Pria Asal Batu Hidup 7 Tahun Dalam Gelap di Rumah Tak Layak, Anak Pilih Ikut Ibu, Lapar Ya Minum

Pendidikan S3 di UB, dia menyelesaikannya dengan baik hingga mencapai angka IPK 3,89 pada 2019.

Dia berharap, dengan kemampuannya saat ini, maka bisa membawa dirinya ke bangku DPR, agar bisa membawa suara perwakilan dari pemulung.

"Saya ingin menyampaikan pesan, perwakilan pemulung yang (dulu) tidur di emperan kini ada di pusat. Dari lobang sampah menuju Senayan," jelas dia.

Kobalen mengungkapkan, dirinya juga pernah menjadi asisten dosen di Akademi Pimpinan Perusahaan Indonesia (APPI).

Di saat menjadi asisten dosen, dia juga menyelesaikan program Master Philosofy di Institute Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Bali dengan predikat cumlaude.

Baca juga: Nasib TikTokers Dinikahi Bule Pakistan Sering Ganti Wanita, Kini Kena Penyakit Menular, Kuak Bukti

Dia menceritakan, dirinya pernah menerima berbagai penghargaan bergengsi dari kementerian maupun perguruan tinggi.

Pada tahun 2002, dia memperoleh beberapa penghargaan dari kementerian, seperti The South East Asia As Best Executive Golden Class Award.

Dia juga pernah mendapat The Best Indonesian Interpreneur Award oleh Menteri Menteri Tenaga Kerja RI Jacob Nuwawea, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di era pemerintahan Megawati Soekarno Putri.

Berbagai penghargaan lain pernah disabetnya, seperti International Professional Of The Year Award oleh Menteri Riset & Teknology Hatta Rajasa pada 2003, Well Performed Man Of The Year Award, Business Indonesian Award oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.

Pada tahun 2010, dia memperoleh penghargaan sebagai salah satu peserta terbaik pada Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI).

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved