Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Idul Adha 2024

Alasan Idul Adha Disebut Lebaran Haji, Simak Sejarah dan Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim

Simak sejarah Idul Adha yang diperingati setiap tanggal 10 Zulhijah. Tahun ini, pemerintah menetapkan Idul Adha 1445 Hijriah tepat pada 17 Juni 2024.

Editor: Torik Aqua
KOMPAS.com/Kristianto Purnomo
Ilustrasi sapi kurban Idul Adha 

TRIBUNJATIM.COM - Simak sejarah Idul Adha yang diperingati setiap tanggal 10 Zulhijah.

Tahun ini, pemerintah menetapkan Idul Adha 1445 Hijriah tepat pada 17 Juni 2024.

Selain dinamakan Idul Adha, ternyata juga kerap disebut Lebaran Haji.

Diketahui sesuai syariat, Idul Adha disertai dengan menyembelih hewan kurban oleh umat Islam yang mampu untuk kemudian dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar.

Baca juga: Meriahnya Tradisi Arak-arakan Kambing Jelang Idul Adha di Gresik, Wujud Syukur Warga Bisa Berkurban

Hewan kurban yang disembelih untuk ibadah kurban pun beragam, mulai dari sapi, kambing, domba, kerbau, maupun unta.

Sementara itu, Hari Raya atau Lebaran Haji berkenaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.

Lantas, bagaimana sejarahnya?

Sejarah Idul Adha

Dilansir dari laman Kementerian Agama, Idul Adha terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab.

Kata idul atau id diambil dari 'ada-ya'udu yang memiliki arti "kembali".

Sementara, adha merupakan jamak dari kata adhat atau udhiyah, yang bermakna "kurban".

Dengan demikian, Idul Adha dapat diartikan sebagai kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.

Perintah berkurban bagi umat Islam bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Saat Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim bermimpi mengorbankan putra kesayangannya untuk disembelih.

Padahal, Nabi Ismail merupakan anak pertama Nabi Ibrahim yang lahir setelah penantian panjang.

Kala itu, Nabi Ibrahim pun bingung menyikapi mimpinya. Namun, ia tak lantas mengingkari mimpi tersebut.

Nabi Ibrahim justru memilih merenungi mimpi dan memohon petunjuk kepada Allah Yang Mahakuasa.

Hari berikutnya, mimpi yang sama kembali menemani malam Nabi Ibrahim, demikian pula pada malam ketiga.

Setelah memimpikan hal yang sama hingga tiga kali, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan perintah tersebut.

Hari raya Kurban bermula dari pengorbanan Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim merupakan seorang hamba yang patuh, sehingga menaati perintah Allah SWT meski harus mengorbankan anak yang telah lama dinantikan.

Dilansir dari Kompas.com, Kamis (29/6/2023), Allah SWT kemudian berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 120 yang artinya:

"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah)."

Nabi yang mendapat julukan Abul Anbiya atau Bapak dari Para Nabi ini pun menyampaikan isi mimpi kepada anaknya, sebagaimana tertulis dalam Al Quran Surat Ash-Shaffat ayat 102:

"Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!', Ismail menjawab: 'Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Melihat ketakwaan Nabi Ibrahim dan putranya, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing.

Kisah ini pun menjadi cikal bakal ibadah kurban dan sebutan Hari Raya Kurban yang dilaksanakan umat Islam setiap 10 Zulhijah.

Idul Adha bertepatan dengan puncak ibadah haji

Di sisi lain, istilah Lebaran Haji untuk hari raya Idul Adha tidak lepas dari pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci setiap Zulhijah.

Sehari sebelum Idul Adha, pada 9 Zulhijah, umat Islam yang melaksanakan ibadah haji tengah melaksanakan rangkaian puncaknya, yakni wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah, Arab Saudi.

Wukuf adalah ritual ibadah haji yang mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan aktivitas sejenak.

Waktu wukuf di Padang Arafah dimulai setelah tergelincirnya Matahari atau waktu dzuhur pada hari Arafah.

Kegiatan ini bertujuan agar jemaah dapat merenungkan diri, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim setelah menerima perintah Allah untuk mengorbankan Nabi Ismail.

Sementara itu, bertepatan dengan wukuf di Arafah atau hari Arafah, bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunahkan untuk menjalankan puasa.

Pahalanya sebagaimana terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, adalah menghapus dosa selama dua tahun.

"Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun akan datang."

Kompas.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved