Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

47 Tahun Menanti Kekasih hingga Ajalnya, Kisah Kakek Arifin Viral, Terpisah Imbas Peristiwa Soeharto

Kisah Kakek Arifin 47 tahun menanti kekasih hingga ajalnya, kini kembali viral.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Instagram/aanmansyur
Kisah Kakek Arifin yang setia menunggu sang kekasih sejak tahun 1970 hingga akhir hayatnya 

TRIBUNJATIM.COM - Kisah Kakek Arifin atau Mbah Gombloh yang setia menanti kekasih selama 47 tahun hingga ajalnya, belakangan kembali viral.

Kisah Kakek Arifin kembali viral di media sosial setelah diunggah akun IG @tebar.wawasan Rabu (26/6/2024). 

Bagaimana kisah kesetiaan Kakek Arifin di Malang, Jawa Timur, tersebut?

Dalam unggahan tersebut, terdapat video berisi kompilasi foto memperlihatkan seorang kakek menunggu di depan sebuah toko di daerah Kayutangan, Kota Malang, Jawa Timur.

"Kakek Arifin melakukan penantian sejak tahun 70-an, namun ada juga yang mengatakan sejak 80-an dan 90-an, hal ini belum pasti diketahui," bunyi keterangan dalam unggahan.

Belakangan diketahui, Kakek Arifin tak kunjung bertemu kekasihnya yang ia nantikan hingga dia meninggal dunia pada 8 April 2017.

Hingga Rabu (26/6/2024), unggahan tersebut sudah ditonton sebanyak 13,7 juta kali, mendapat lebih dari 800.000 likes, dan belasan ribu komentar netizen.

Cerita ini bermula dari unggahan penulis Aan Mansyur di media sosial Instagram-nya pada 18 Desember 2016.

Unggahan foto tersebut memperlihatkan seorang pria tua yang sedang duduk sendiri di depan pertokoan di kawasan Kayutangan, Malang, Jatim.

Disebutkan, kakek tersebut berada di lokasi pertokoan karena menunggu kekasihnya yang tidak pernah datang.

"Ceritanya, pada suatu hari, waktu itu ada peristiwa politik, mereka berpisah di tempat tersebut dan saling berjanji untuk bertemu lagi di sana," tulis Aan Mansyur.

Namun perempuan tersebut tidak pernah lagi datang entah karena apa.

"Tetapi, pria tua itu percaya suatu hari nanti kekasihnya akan datang, maka di sanalah dia menunggu dan menunggu dan menunggu," lanjut dia.

Belakangan diketahui, nama kakek tersebut adalah Arifin.

Baca juga: Nasib Wanita Pacari 7 Kakek Hingga Bagi Tugas di Rumah, Uniknya Tak ada yang Keberatan

Aan Mansyur menyebutkan, Kakek Arifin tinggal di daerah Ngantang.

Jarak daerah Ngantang ke Kota Malang adalah sekitar 39 km, dan jarak ke pusat pemerintahan Kabupaten Malang yakni Kepanjen adalah sekitar 57 km.

Daerah Ngantang berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang, Jawa Timur.

"Namanya Arifin. Dia tinggal di Ngantang (saya tidak tahu di mana dan seberapa jauh tempat ini dari Kayutangan). Dia berada di sana hampir setiap hari sejak tahun 70-an (beberapa orang lain bilang 80an dan 90an). Dia menyebut satu peristiwa dan nama Soeharto berkali-kali," tulis Aan Mansyur.

Tangkapan layar akun Instagram @aanmansyur soal kisah Kakek Arifin atau Gombloh di Malang, Jawa Timur, yang setia menunggu kekasihnya di daerah Kayutangan, Malang, sejak 1970 hingga meninggal 2017
Tangkapan layar akun Instagram @aanmansyur soal kisah Kakek Arifin atau Gombloh di Malang, Jawa Timur, yang setia menunggu kekasihnya di daerah Kayutangan, Malang, sejak 1970 hingga meninggal 2017 (Instagram/aanmansyur)

Pemerhati sejarah dan budaya Kota Malang, Agung Buana menerangkan, lokasi yang selalu dijadikan tempat menunggu Kakek Arifin adalah tempat dia dan kekasihnya membuat janji untuk bertemu kembali.

Kakek Arifin sudah menunggu sejak tahun 1970-an.

Meski demikian, Agung belum mengetahui identitas kekasih Kakek Arifin tersebut hingga saat ini.

"Itu saya juga masih penasaran sampai sekarang," ucap Agung saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/6/2024).

"Informasinya dia sedang menunggu entah pacar atau istrinya yang pada peristiwa 1965 berjanji akan bertemu dengan Mbah Gombloh di lokasi yang sama," jelasnya.

Agung mengungkapkan, kakek Arifin ini adalah orang yang tertutup.

Sehingga, lokasi dia berdomisili pun tidak ada yang mengetahui secara pasti.

"Kalau informasi yang beredar, perempuan itu tidak datang karena ditahan, ada yang bilang pergi keluar negeri hingga ada kabar dibunuh," tutur Agung.

Baca juga: Rawat Istri Sakit, Kisah Mbah Midjan Tinggal di Rumah Beralas Tanah Viral, Atap Nyaris Roboh

Meski begitu, terdapat cerita versi lain yang mengisahkan bahwa Kakek Arifin adalah seorang pengusaha kaya namun suka bermain judi.

Suatu ketika, Kakek Arifin mengalami kekalahan saat bermain judi, sehingga membuatnya kehilangan banyak hartanya.

"Untuk menghabiskan waktunya, dia mengasingkan diri ke Malang. Karena tidak punya aktivitas apa-apa, dia sempat menjadi tukang parkir di toko Surabaya (di daerah Kayutangan)," ujar Agung.

Toko Surabaya tersebut kini sudah tutup.

Namun Kakek Arifin selalu menunggu kekasihnya di tempat itu.

Selain di depan toko Surabaya, Kakek Arifin terkadang terlihat menunggu kekasihnya di dekat outlet Fujifilm yang masih berjarak dekat dengan toko Surabaya.

Kakek Arifin disebut-sebut kerap dijemput oleh sebuah mobil.

Setiap hari, ada mobil mewah yang datang menghampirinya untuk memberikan makanan atau snack.

Sementara dari informasi yang beredar di kalangan masyarakat, diduga bahwa orang yang naik mobil mewah tersebut adalah anak Kakek Arifin.

Meski kehilangan banyak harta karena kalah judi, disebutkan bahwa Kakek Arifin tidak ingin merepotkan anaknya.

"Sehingga dia menjadi tukang parkir dan jualan kupon undian. Tapi dia kalah lagi dan sengsara karena kalah judi," ujar Agung.

Tangkapan layar unggahan Instagram @aanmansyur tentang kisah Kakek Arifin dari Malang
Tangkapan layar unggahan Instagram @aanmansyur tentang kisah Kakek Arifin dari Malang (Instagram/aanmansyur)

Meski terdapat sejumlah versi mengenai kisah Kakek Arifin, cerita yang paling banyak dipercayai oleh masyarakat adalah tentang kesetiaan menunggu kekasihnya untuk bertemu kembali.

"Cerita yang paling kuat ya romantika kesetiaannya menanti kekasih hingga akhir hayat. Dia tidak bertemu sampai dia meninggal. Titik perpisahannya ya di depan toko Surabaya itu," ungkap Agung.

Kakek Arifin dikabarkan meninggal dunia pada 8 April 2017.

Dia meninggal dunia diduga karena menjadi korban tabrak lari.

Ia ditemukan tergeletak dengan kelopak mata lebam di trotoar, akibat terbentur sesuatu.

Ia meninggal setelah sempat dirawat di salah satu RS di Malang.

"Iya benar bapak Arifin meninggal di RSSA Saiful Anwar," kata salah satu netizen Cingja mengomentari postingan salah satu netizen yang mempertanyakan soal kisah Arifin.

Kisah romantis Kakek Arifin ini juga menginspirasi sejumlah orang untuk membuatkan mural mengenai sosoknya di lokasi tempat ia menunggu.

Beberapa tulisan yang terinspirasi dari hal itu, juga ditulis di lokasi yang menjadi saksi bisu kisah Kakek Arifin.

Tangkapan layar mural Kakek Arifin atau Mbah Gombloh (Instagram)
Tangkapan layar mural Kakek Arifin atau Mbah Gombloh (Instagram)

Di sisi lain, kisah seorang kakek bernama Mbah Nyoto (80) pilih tinggal di lubang tanah yang menyerupai terowongan di dekat kuburan selama tujuh tahun, juga jadi sorotan.

Ia tepatnya tinggal di lubang tanah di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Diketahui, lubang dengan kedalaman dua meter dan berdiameter sekitar satu meter yang ditinggali Mbah Nyoto berada dekat kuburan desa.

Untuk melindungi tempat tinggalnya dari panas dan hujan, Mbah Suyoto menutupnya dengan seng dan spanduk bekas.

Salah satu warga setempat, Sri Mulyani mengatakan, sudah lebih dari tujuh tahun Mbah Nyoto tinggal di lubang tanah yang berada di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Sidomulyo.

Mbah Nyoto membuat sendiri lubang tanah tersebut.

"Mbah Nyoto jarang keluar setelah tinggal di lubang tanah. Dia hanya keluar kalau pas mandi atau buang air kecil," kata Sri Mulyani saat ditemui, Kamis (20/6/2024), mengutip Kompas.com.

Sehari-hari, Mbah Nyoto makan dari belas kasihan warga sekitar.

Sementara untuk mandi dan mencuci, Mbah Nyoto mengandalkan sungai yang tidak jauh dari tempat tinggalnya tersebut.

Sri Mulyani menyebut, warga sekitar juga seringkali memberikan makanan untuk Mbah Nyoto.

"Mandi, dan buang air di sungai. Saya setiap hari mengirim makanan. Fisiknya sehat, cuma kurang komunikasi," ujar Sri Mulyani

Tak hanya itu, ada kiriman uang makan dari keluarganya yang tinggal di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Mbah Nyoto (80),  dievakuasi petugas gabungan Dinas Sosial Kabupaten Madiun usai keluar dari lubang sebagai tempat tinggal, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kamis siang (20/6/2024)
Mbah Nyoto (80), dievakuasi petugas gabungan Dinas Sosial Kabupaten Madiun usai keluar dari lubang sebagai tempat tinggal, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kamis siang (20/6/2024). (TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

Warga sendiri telah berulang kali membujuk Mbah Nyoto untuk pindah ke rumah keluarganya.

Akan tetapi, Mbah Nyoto tetap ingin tinggal di lubang tanah tersebut.

Menurutnya, lubang yang ditempati Mbah Nyoto dibuat secara mandiri, tanpa meminta bantuan kepada masyarakat sekitar.

Kondisi yang memprihatinkan itu pun membuat petugas gabungan dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Madiun, bersama masyarakat, dan pemerintah desa, memindahkan Mbah Nyoto, Kamis.

Mbah Nyoto berhasil keluar dari lubang tanah yang dia tinggali setelah dibujuk petugas selama dua jam lebih.

Ketika keluar dari lubang tanah, fisik Mbah Nyoto terlihat lemah.

Mbah Nyoto tidak terlihat banyak berbicara, ia sesekali hanya meminta berhenti istirahat saat hendak dibawa ke mobil ambulans.

Kini Sri Mulyani dan warga lain merasa lega setelah Dinas Sosial Kabupaten Madiun berhasil membujuk pria berusia 80 tahun tersebut untuk tinggal di tempat yang layak.

Warga khawatir kondisi usia Mbah Nyoto yang semakin tua akan menjadikan rentan terkena penyakit.

"Tentu kami merasa senang sekali akhirnya Mbah Nyoto kini bisa pindah."

"Dan sekarang Mbah Nyoto mendapatkan jaminan kehidupan lebih layak," ungkap Sri Mulyani.

"Kalau sudah dibawa dan ada yang merawat, rasanya lega, plong, terima kasih banyak atas perhatiannya," pungkasnya.

Baca juga: Meski Kena Kanker sampai Wajah Membusuk, Mbah Asnawi Rela Jadi Pemulung, Cuma Dapat Upah Rp10 Ribu

Pelaksana Tugas (Plt) Kadinsos Kabupaten Madiun, Agung Budiarta menyatakan, Mbah Nyoto akan dibawa ke Kabupaten Blitar untuk mendapatkan perawatan intensif.

Mbah Nyoto terpaksa dibawa ke Blitar lantaran daya tampung UPT Lansia di Kabupaten Madiun sudah penuh.

Agung menuturkan, Mbah Nyoto akan dibawa ke Blitar guna mendapat perawatan lebih lanjut.

"Tadi kami melakukan asesmen dan dari keluarga tidak mampu merawat," tuturnya.

Meski begitu, petugas Dinas Sosial akan tetap memantau perkembangan kesehatan fisik dan mentalnya Mbah Nyoto.

"Semoga kondisinya menjadi lebih baik, sehat. Kemudian juga diperiksa karena ada dugaan depresi, perawatan dari sisi kejiwaan juga pasti dilaksanakan," bebernya.

"Harapan kami, Mbah Nyoto disana kondisinya menjadi lebih baik dan sehat," ujar Agung.

Ia menambahkan, penanganan dijamin BPJS kesehatan agar layak hidup seperti manusia pada umumnya.

Selama ini hanya diberikan makan sama orang sekitar setiap hari.

Seorang kakek di Madiun, Mbah Nyoto sudah 7 tahun hidup di lubang dekat kuburan
Seorang kakek di Madiun, Mbah Nyoto sudah 7 tahun hidup di lubang dekat kuburan (KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI dan TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

Selain pemeriksaan kesehatan, Mbah Nyoto juga dilakukan pemeriksaan dan perawatan dari aspek kejiwaan.

Pasalnya, diduga Mbah Nyoto mengalami depresi karena kehilangan harta benda sehingga memilih tinggal di lubang tanah.

Adapun pihak keluarga dan pemerintah desa telah menyetujui perawatan yang dilakukan kepada Mbah Nyoto tersebut.

"Sudah ada persetujuan keluarga dan pemerintah desa. Ada depresi masa lalu kehilangan harta benda. Namun dari sisi itu belum bisa memastikan apakah ODGJ," imbuhnya.

"Kalau dari ahli jiwa menyatakan demikian, tentunya ada pengobatan agar depresinya bisa berkurang," tuntas Agung.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved