Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Berstatus ASN, Suardi Sopir Ambulans Turunkan Jenazah Bayi Nasibnya Makin Miris, Kadinkes: Mencoreng

Suardi sopir ambulans yang viral karena turunkan jenazah bayi itu nasibnya malah makin miris, hal itu karena diketahui statusnya sebagai ASN.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TribunPontianak.com
Nasib akhir sopir ambulans yang viral tinggalkan jenazah bayi di SPBU, kini si sopir memilih untuk pasrah dan ikhlas jika dipecat. 

TRIBUNJATIM.COM - Suardi, sopir ambulans Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ade Muhammad Djoen Sintang itu diketahui berstatus aparatur sipil negara (ASN).

Berstatus sebagai ASN, kini akhirnya nasib Suardi sopir ambulans RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang itu malah makin miris.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sintang Edi Harmaini mengatakan, tindakan sopir ambulans itu mencoreng nama Pemerintah Daerah Sintang dan RSUD Ade M Djoen.

"Kita ambil tindakan kepada yang bersangkutan. Tentu ada sesuai dengan prosedur. Kami juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat," ujarnya, Rabu (17/7/2024), dikutip Tribun Jatim dari Tribun Pontianak.

Dinkes Sintang dan RSUD Sintang, sambung Edi, telah melakukan investigasi atas kasus tersebut.

"Soal sopir ambulans ini kita sudah investigasi bersama teman-teman dari RSUD. Memang ada petugas yang melakukan itu. Tentu itu di luar prosedur. Prosedur kita sesuai SOP," ucapnya.

Hal senada dituturkan Kepala Dinkes Kalbar Erna Yulianti.

Kejadian tersebut, kata Erna, murni dilakukan sopir tersebut.

“Oknum sopir sudah diberi sanksi tegas, sesuai dengan mekanisme kepegawaian yang berlaku,” ungkapnya, Selasa (16/7/2024).

Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sintang Witarso menuturkan, bila ada ASN yang melakukan pelanggaran, akan dibina terlebih dulu di unit kerja masing-masing.

Baca juga: Ternyata Tak Turunkan Jenazah Bayi, Sopir Ambulans Sesali Perbuatan, Siap Dipecat RS: Saya Salah

"Kemudian setelah 2 kali dilakukan pembinaan, kemudian misalnya dalam pembinaan dilimpahkan ke tingkat kabupaten, maka kami akan proses," tuturnya, Rabu, dilansir dari Tribun Pontianak.

Jika ada laporan tertulis dari unit kerja, BKSDM akan menindaklanjutinya dengan rapat bersama bupati untuk memutuskan sanksi.

"Sanksi, bupati yang memutuskan. Tapi kita mau lihat dulu persoalnya seperti apa. Sanksi terberat itu adalah diberhentikan tidak dengan hormat, tapi kami harus tahu substansi masalahnya seperti apa," jelasnya.

Mengenai nasibnya, sopir ambulans tersebut, Suardi, mengaku pasrah.

Suardi (kanan), sopir ambulans Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AM Djoen Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) yang viral turunkan jenazah bayi dan keluarga di jalan perkara biaya bensin.
Suardi (kanan), sopir ambulans Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AM Djoen Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) yang viral turunkan jenazah bayi dan keluarga di jalan perkara biaya bensin. (via Tribun Sumsel)

"Kalau seandainya saya dipecat, saya pasrah," terangnya, Senin (15/7/2024), dikutip Tribun Jatim dari Tribun Pontianak, Kamis (18/7/2024).

Ia pun meminta maaf atas terjadinya peristiwa itu.

"Saya atas nama pribadi siap salah. Yang salah bukan pihak rumah sakit. Saya sendiri yang salah. Mungkin penyampaian saya tidak benar ke keluarga pasien," tandasnya.

Mengenai kejadian tersebut, Suardi mengungkapkan, peristiwa itu terjadi karena selisih paham dengan keluarga pasien mengenai biaya BBM tambahan.

Jenazah bayi diturunkan paksa oleh oknum sopir ambulans RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang, Kalimantan Barat
Jenazah bayi diturunkan paksa oleh oknum sopir ambulans RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang, Kalimantan Barat (Instagram/pontianak_infomedia - TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/AGUS PUJIANTO)

Keluarga pasien akan menuju Desa Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Sintang, yang berjarak sekitar 70 kilometer dari RSUD Sintang.

Ia menjelaskan, malam itu dirinya mengemudikan ambulans ber-BBM Dexlite, beda dengan ambulans biasa (ambulans Perbup, Peraturan Bupati).

"Karena ambulans yang saya gunakan ini menggunakan BBM jenis Dexlite. Harganya per liter 14.900. Sementara perbup yang ada di rumah sakit, BBM yang ditanggung sebesar Rp 9.500," paparnya.

Selisih biaya BBM tersebut dia mintakan ke keluarga pasien.

Namun, keluarga sudah membayar biaya ambulans ke kasir rumah sakit.

Baca juga: Ngambek Tak Diberi Uang Bensin Rp600 Ribu, Sopir Ambulans Turunkan Paksa Jenazah Bayi di Jalan

Karena tak ada titik temu, Suardi memutuskan menurukan keluarga pasien di SPBU di sekitar Tugu Beji, Sintang. Ia beralasan akan berganti ambulans biasa. "Saya bilang, saya ingin menurunkan keluarga pasien dengan mengganti ambulans yang standar perbup," sebutnya. Namun pada akhirnya, keluarga pasien berangkat ke Desa Nanga Mau menggunakan mobil biasa, bukan ambulans.

Ojong, kakek pasien, menjelaskan, keluarganya tak mampu membayar biaya BBM tambahan karena tak memiliki uang.

"Aku ndak terima, cucuku meninggal, abis itu dia minta (biaya BBM) 1 juta. 'Aku ndak punya duit', aku bilang," bebernya, dikutip dari Kompas TV.

Mengenai kejadian tersebut, RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang menyampaikan minta maaf.

Hal itu diutarakan Direktur RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Ridwan Tonny Hasiholan Pane, dalam video yang diunggah di akun Instagram RSUD Sintang.

"Terkait tentang pelayanan ambulans RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang, kami selaku direktur dan seluruh jajaran memohon permintaan maaf kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sintang, secara khusus kepada keluarga pasien yang kami layani," ujarnya.

"Kami mengakui masih banyak kekurangan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh masyarakat. Tetapi kami akan berusaha meningkatkan profesionalisme pelayanan dan profesionalisme individu," imbuhnya.

Sebelumnya, viral di media sosial kisah Suardi sopir ambulans yang menurunkan jenazah bayi di SPBU.

Dalam video yang dibagikan, terlihat keluarga jenazah yang menangis penuh emosi di pinggiran jalan.

Diterangkan pria tersebut, ia bersama jenazah dan keluarga diturunkan di SPBU.

Lantaran mereka tidak mampu memberi uang bensin tambahan kepada sopir ambulans.

Keluarga diminta sopir ambulans untuk memberi uang bensin saat dalam perjalanan.

Padahal keluarga sudah membayar secara resmi di kasir RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang.

"Kata supirnya, 'Bang minta duit Rp500 ribu untuk beli minyak'."

"Aku bilang aku enggak punya duit, udah kami bayar di kasir."

"'Oh, enggak bisa gitu, itu urusan saya dengan kasir', enggak ada urusan katanya," papar pria tersebut.

Baca juga: Kekecewaan Anak Sriyati Ambulans yang Bawa Ibunya Disetop Tim Keamanan Jokowi: Kondisi Ibu Gawat

Sementara untuk kronologi dipaparkan bahwa mobil ambulans tersebut digunakan untuk membawa jenazah warga yang baru saja meninggal usai melahirkan.

Mobil ambulans tersebut rencananya akan digunakan untuk membawa jenazah ke Nanga Mau.

Sebelumnya, pihak keluarga dimintai Rp1,65 juta oleh sopir ambulans.

Setelah dikomunikasikan oleh anggota dewan Sintang dengan pihak RSUD, akhirnya penyerahan sesuai harga resmi sebesar Rp690 ribu di kasir oleh anggota Komisi A DPRD Sintang, Santosa.

Namun setelah mobil ambulans sampai di SPBU Bujang Beji, sopir ambulans tersebut kembali meminta uang untuk membeli BBM sebesar Rp1 juta.

Lantaran pihak keluarga mengaku tidak punya uang, akhirnya permintaan diturunkan menjadi Rp500 ribu.

"Sudah disampaikan kalau beliau sudah bayar 600rb di kasir, eh malah di jawab sopir ambulance " kalau di kasir urusan di kasir sini urusan dengan saya kata sopir ambulance " lalu diturunkan di SPBU jenazah tanpa ada belas kasihan," papar akun tersebut.

Alhasil keluarga jenazah pun hanya bisa menangis pilu di pinggir jalanan SPBU perihal kelanjutan nasib jenazah keluarga yang mereka bawa.

Nasib pilu dialami keluarga pembawa jenazah di Sintang, Kalimantan Barat, yang diturunkan secara paksa lantaran tak mampu memberi uang bensin tambahan
Nasib pilu dialami keluarga pembawa jenazah di Sintang, Kalimantan Barat, yang diturunkan secara paksa lantaran tak mampu memberi uang bensin tambahan (X/heraloebss)

Sementara melansir Tribun Pontianak, peristiwa tersebut diketahui terjadi pada Senin, 15 Juli 2024, malam di sekitar kawasan Tugu Beji, Sintang, Kalimantan Barat.

Bayi tersebut lahir normal di RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang.

Namun bayi sudah meninggal dalam kandungan.

Ojong selaku kakek bayi malang tersebut menceritakan jika pihaknya sudah membayar biaya ambulans sebesar Rp690.000 ribu di kasir RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang.

"Itu pun kami ndak punya uang. Terus minta tolong. Dibantu sama Pak Dewan," kata Ojong saat ditemui di lokasi kejadian.

Baca juga: Cerita Anak Sriyati Soal Ambulans yang Bawa Ibunya Disetop Tim Keamanan Jokowi, Ungkap Rasa Kecewa

Setelah membayar biaya jasa ambulans, keluarga dan jenazah bayi tersebut berangkat ke Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir.

Mobil ambulance berhenti sebentar di SPBU untuk mengisi BBM.

Kata Ojong, oknum sopir tersebut malah meminta tambahan biaya untuk membayar minyak jenis Dexlite sebesar Rp600 ribu.

"Kata sopirnya, minta duit Rp600 ribu untuk beli minyak. Aku jawab ndak punya duit dan sudah kami bayar di kasir."

"Kata sopir ndak bisa gitu. Itu urusan saya, kasir ndak ada urusan," ungkap Ojong.

Jenazah seorang bayi laki-laki terpaksa pindah mobil angkutan karena keluarga tak mampu membayar biaya tambahan yang diduga diminta oleh oknum sopir ambulance RSUD Ade M Djoen Sintang
Jenazah seorang bayi laki-laki terpaksa pindah mobil angkutan karena keluarga tak mampu membayar biaya tambahan yang diduga diminta oleh oknum sopir ambulans RSUD Ade M Djoen Sintang (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/AGUS PUJIANTO)

Pihak keluarga merasa sakit hati dengan ucapan sopir tersebut.

Lalu mereka memutuskan keluar dari mobil ambulans.

Sementara jenazah bayi laki-laki tersebut digendong oleh neneknya.

"Hati saya sakit. Kami masih sadar (tidak berbuat anarkis). Saya ndak terima. Cucu meninggal," kata Ojong.

Cukup lama mobil ambulans berhenti di area SPBU.

Sementara jenazah bayi sudah digendong keluar oleh neneknya.

Suasana cukup tegang karena pihak keluarga tak terima dengan perlakuan oknum sopir ambulans tersebut.

Ojong pun tak kuasa menahan tangis karena diperlakukan tak masuk akal.

Baca juga: Kakek Tak Mampu Bayar Ambulans Rp800 Ribu, Driver Ojol Antar Jenazah Bayi Rela Tak Dibayar: Saya Iba

Setelah lebih dari satu jam, jenazah bayi tersebut akhirnya dibawa ke rumah duka menggunakan mobil penumpang dan tiba di Nanga Mau sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

"Kami selaku masyarakat tidak terima seperti ini. Cara seperti ini menindas rakyat."

"Betul-betul kami tidak terima. Jangan sampai terjadi seperti ini."

"Tolong kasihan masyarakat lain," ujar Ojong sesenggukan.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved