ViralLokal
Rastuni Pasrah Tinggal di Rumah Hangus Bekas Kebakaran, Makan dari Warga, Kini Mujur Dibelikan Tanah
Inilah sosok Rastuni yang tinggal di rumah hangus bekas kebakaran. Wanita berusia 50 tahun itu mengalami cobaan bertubi-tubi.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Inilah sosok Rastuni yang tinggal di rumah hangus bekas kebakaran.
Wanita berusia 50 tahun itu mengalami cobaan bertubi-tubi.
Setelah suaminya meninggal dunia, rumah Rastuni mengalami kebakaran.
Rumah Rastuni kebakaran selang 40 hari kematian sang suami.
Meski demikian, nasib mujur kini didapat Rastuni.
Rastuni merupakan warga Desa Deyeng, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.
Saat rumahnya kebakaran, sejumlah perabot dan bajunya juga hangus.
"Saya sekarang sudah tidak punya apa-apa lagi. Baju dan perabotan rumah semuanya terbakar," ungkap Rastuni di sisa bangunan rumahnya, Selasa (30/7/2024).
Kebakaran rumah Rastuni terjadi pada Sabtu (27/7/2024) lalu. Saat itu dia sedang memasak ditinggal mencari air ke sumur tetangganya.
Namun tanpa diduga api dari tungku perapian di dapurnya merembet membakar dinding sesek atau gedek rumahnya. Api dengan cepat membakar rumahnya.
"Waktu itu saya sedang memasak, kemudian saya ke sumur tetangga untuk mengambil air. Saat kembali, api sudah membakar dinding rumah," ujarnya.
Baca juga: Jualan Ayam Tanpa Alas Kaki, Mbah Oon Kini Mujur Dapat Uang Rp 37 Juta, Ternyata Hidup Sebatang Kara
Saat ini yang tersisa hanya atap rumah, seluruh dinding dari sesek telah terbakar.
Di rumah itu hanya tersisa lincak atau kursi panjang dari bambu, sebuah meja dan dingklik atau kursi kayu.
Terlihat pintu rumah sebagian bekas terbakar.
Rastuni mengaku pasrah dengan musibah yang menimpanya dan tidak memiliki biaya untuk memperbaiki rumahnya.
"Kami tak punya apa-apa lagi, suami saya telah meninggal 40 hari lalu. Untuk makan tergantung belas kasihan tetangga," ungkapnya.
Baca juga: Nasib Kakek Penjual Perabot Nelangsa Tunggu Pembeli yang Kabur Tak Bayar, Harusnya Dapat Rp 174 Ribu
Sementara itu Arif Witanto, pegiat sosial yang mengunjungi rumah Rastuni berharap ada dermawan yang memberikan bantuan untuk memperbaiki rumah janda Rastuni.
Mengingat posisi rumah yang terbakar berada di pekarangan milik orang lain. Sehingga sulit mengharapkan mendapatkan bantuan rehab rumah dari pihak pemerintah desa.
"Rumahnya magersari atau tinggal di tanah bukan miliknya. Namun kondisi Rastuni warga yang layak mendapatkan bantuan sosial," jelasnya.
Terbaru, rumah Rastuni akhirnya didatangi petugas dari Dinas Sosial Kabupaten Kediri pada Rabu (31/7/2024).
Disebutkan bahwa ada komunitas relawan yang merencanakan untuk membelikan tanah serta membangunkan rumah untuk Rastuni.
Arif Witanto menyebutkan, telah ada Komunitas Relawan Sahabat Indonesia (RSI) Jawa Timur akan membelikan sebidang tanah untuk ditempati Bu Rastuni.
"Di sebidang tanah itu rencananya akan dibangukan rumah. Lokasinya di sekitar rumahnya yang terbakar," jelas Arif Witanto.
Lokasi rumahnya sekarang berada di lahan milik orang dengan status magersari atau tinggal menumpang di lahan milik orang.
Namun pemiliknya tidak menjual tanahnya.
"Masalah pembelian tanah nanti akan dilakukan oleh Komunitas Relawan Sahabat Indonesia. Sedangkan pembangunan rumahnya diharapkan ada sinergi antara relawan, dinas sosial dan pemerintah desa," harapnya.
Kisah Lain
Mbok Rukiyem (85) warga Jalan Sawo, Desa Tertek, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, membiarkan rumah miliknya rusak berat dan terancam ambruk.
Mbok Rukiyem saat ini tinggal sebatang kara di rumah yang beberapa atap gentengnya telah bolong-bolong.
Tampak gentengnya banyak yang rontok dan di beberapa bagian disangga dengan bambu, karena kayunya sudah banyak yang lapuk.
Rukiyem merupakan penderita sakit gondok yang membuat lehernya menjadi membengkak.
Warga sebenarnya mengkhawatirkan kondisi rumah Mbok Rukiyem yang sewaktu-waktu bisa saja ambruk.
"Kami khawatir atap rumahnya ambruk. Makanya ada yang disangga dengan bambu," kata Arif Witanto, relawan peduli sosial, Sabtu (22/6/2024).
Karena atapnya sudah banyak yang bolong, saat turun hujan, banyak air yang masuk ke dalam rumah.
Untuk memperbaiki juga tidak mempunyai biaya.
Baca juga: Pelanggan Heran Makan Sate di Warung Habis Rp 500 Ribu, Pembeli Lain Lebih Murah, Bupati: Harga Aman
"Mbok Rukiyem kondisinya juga sudah tua renta. Selama ini tinggal sendirian di rumah sederhana yang kondisi atapnya sudah memprihatinkan sekali," ungkapnya.
Di dalam rumahnya juga tidak banyak barang, sementara untuk sumur, selama ini menggunakan pompa tangan.
"Gentengnya ada yang bolong, kalau hujan airnya langsung masuk ke dalam rumah," kata Rukiyem.
Sehari-hari, ranjang tempat tidurnya memakai kasur kapuk yang telah lusuh tanpa seprai. Hanya ada satu kursi tempat bersandar di rumahnya.
Yang lebih parah lagi, ada blandar rumah yang telah lapuk, sehingga kondisinya sangat mengkhawatirkan.
Bahkan ada kayu penyangga yang posisinya sudah melenceng, sehingga harus ditopang dengan bambu agar tidak runtuh.
Arif mengaku sangat khawatir dengan kondisi rumah yang sudah lapuk.
Karena kalau ada hujan deras atau angin kencang bagian atapnya dikhawatirkan ambruk dan membahayakan.
"Semoga rumahnya segera mendapatkan perhatian," harapnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.