Kerja Jadi ASN, Sariyanto Tak Capek Nyambi Jadi Petani Tiap Sabtu & Minggu, Hasilnya Dimakan Sendiri
Pak Yanto mengaku mencoba menjadi petani karena dipicu keinginan memanfaatan lahan.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Meski tiap harinya sudah kerja jadi ASN, Sariyanto tak capek nyambi jadi petani.
Tiap Sabtu dan Minggu, ia meluangkan waktunya untuk bertani dan bercocok tanam.
Hasilnya pun ia konsumsi sendiri dan beberapa ada yang dijual.
Baca juga: Sukses 7 Tahun Jualan Seblak, Susan Sehari Bisa Dapat Rp5 Juta, Kini Beli Tanah & Nyicil Mobil
Pria yang biasa dipanggil Pak Yanto ini menjalani tiga pekerjaan yang berbeda dalam satu kali waktu.
Seolah hidup tanpa hari libur, hampir setiap hari agenda Pak Yanto selalu diisi dengan bekerja, bekerja, dan bekerja.
Ia sepertinya tidak merasakan lelahnya bekerja seperti yang kerap dikeluhkan anak muda zaman sekarang.
Apalagi ia selalu bekerja mulai hari Senin sampai Minggu.
Pertama, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), lalu menjabat sebagai Ketua RT, dan menjadi seorang petani di akhir pekan.
Menjadi ASN saja sudah cukup sibuk.
Ditambah menjadi petani juga semakin sibuk.
Uniknya, Pak Yanto sudah menjadi Ketua RT dalam tiga periode.
Periode ketiganya berakhir Oktober 2024 nanti.
Padahal banyak pekerja aktif enggan menjadi Ketua RT karena takut keteteran.
Apalagi menjadi Ketua RT harus siaga setiap waktu dan kapanpun warga membutuhkan sosoknya.

Sariyanto menceritakan awal mula bekerja di Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai ASN.
Mulanya, Pak Yanto bekerja di Teknik Geologi sejak 5 Januari 2005 sebagai penjaga gedung.
Empat tahun kemudian, pada 1 Oktober 2009, ia berpindah pada jabatan teknisi laboratorium.
Sejak 1 April 2011 sebagai laboran di laboratorium Geologi Optik, berarti dia sudah 13 tahun menjadi laboran.
Setiap hari, ia pulang pergi bekerja dari tempat tinggalnya di Dusun Biru kelurahan Trihanggo, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ke UGM.
Untungnya, jaraknya 5,7 km atau sekitar 15 menit.
Baca juga: Jualan Mainan Tradisional Rp10 Ribu, Mbah Pantono Pilu Belum Ada yang Laku: Seharian Belum Makan
Sebagai ASN, ia harus bekerja dalam lima hari kerja, lalu untuk bertani harus meluangkan waktu di hari Sabtu dan Minggu.
Menjadi petani sendiri baru dilakoni sejak November 2022, jadi belum begitu lama.
Pak Yanto mengaku mencoba menjadi petani karena dipicu keinginan memanfaatan lahan dan menyalurkan salah satu hobinya, yaitu bercocok tanam.
“Juga sebagai ajang silaturahmi dan bersosial di lingkungan masyarakat,” katanya, dilansir dari laman UGM via Kompas.com.
Sebidang tanah di Mbulak Nganjir, Sleman, dia garap bersama istrinya.
Tanah berupa sawah ini ditanami berbagai jenis tanaman produktif, mulai dari padi, ketela pohon, kacang prol, dan cabai.
"Bertani itu asyik dan baik, petani selalu menggantungkan nasib hidupnya dari rejeki yang diberikan oleh Tuhan," ungkapnya.
Dia menambahkan, dalam bertani Pak Yanto banyak diilhami oleh petuah 'nandur apa sing dipangan lan mangan apa sik ditandur'.
Hasil bertaninya dimanfaatkan untuk swasembada pangan keluarga.
Sedangkan sebagian untuk dijual.

Kisah serupa, seorang prajurit TNI AD bisa meraup Rp1,5 juta per hari setelah nekat nyambi jadi seorang peternak bebek petelur.
Diketahui prajurit TNI AD yang berdinas di Kodim 0803/Madiun tersebut bernama Serma Nurjain.
Bisa dibilang, keputusannya memulai usaha sebagai peternak bebek petelur, cukup nekat.
Warga Dusun Karanganyar, Desa Pucangrejo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, tersebut mengaku meminjam uang di bank untuk membeli lahan persawahan di dekat rumah.
"Mulai ternak bebek petelur tahun 2006. Saat itu gaji saya terbatas buat mencukupi kebutuhan keluarga," ujar Serma Nurjain, Rabu (3/7/2024) lalu.
Baca juga: Nasib Bocah 5 Tahun Dibiarkan Jualan Sendirian di Pinggir Jalan, Ortu Malah Asyik Makan di Resto
Dari keterbatasan itulah, ia berinisiatif dan berpikir untuk membuka usaha sampingan yang dapat memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga.
Dirinya memilih usaha ternak bebek petelur karena ada salah satu warga sekitar sering menggembalakan bebek di belakang rumahnya, yang masih banyak area persawahan.
"Saya mulai belajar, memberanikan diri mencoba usaha bebek petelur dalam skala kecil," tuturnya.
"Pertama tidak banyak, hanya 200 ekor dan saya pelihara di belakang rumah," imbuh Serma Nurjain.
Perlahan-lahan, usaha Serma Nurjain mulai menunjukkan hasil.
Dari keuntungan yang didapat selama setahun, ia menambahkan populasi bebek menjadi 1.000 ekor.
"Saya yakin dengan usaha ini. Saya kembangkan lagi dengan membeli lahan persawahan untuk lokasi ternak bebek petelur sampai saat ini," terangnya.
Berkat kerja keras dan ketekunannya, usaha bebek petelurnya terus berkembang dan mencapai 4.000 ekor .
"Dari usaha bebek petelur, bisa meraup penghasilan hingga Rp1,5 juta setiap hari," pungkas Serma Nurjain.

Perubahan Tata Kelola Haji dan Umrah, Kemenag Jombang Pastikan Siap Jalankan Kebijakan Pusat |
![]() |
---|
Respon Kemenag Surabaya Soal Kementerian Haji dan Umrah, ini Lokasi Kantor Barunya |
![]() |
---|
Nasabah Kehilangan Rp 9 Miliar karena Ulah Pemilik Koperasi, Ternyata Bisnisnya Tak Berizin |
![]() |
---|
3 Orang Ngaku Wartawan Peras Kepala Desa di Trenggalek Divonis Penjara 1 Tahun |
![]() |
---|
Bocor Desain Terbaru iPhone 17 Hingga iPhone 20, Bakal Tampil Beda, Apple Usung Hape Lipat? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.