Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

3 Mitos Rebo Wekasan, Hari Diturunkannya Bala dan Bencana ke Bumi? Disebut Jadi Hari Paling Sial

Sejumlah masyarakat percaya, pada malam Rebo Wekasan menyimpan sejumlah mitos yang harus dipatuhi secara turun temurun.

freepik.com
Ilustrasi kalender bulan September 2024, ada peringatan Rebo Wekasan. Simak beberapa mitos Rebo Wekasan. 

TRIBUNJATIM.COM - Ada beberapa mitos Rebo Wekasan yang perlu kamu ketahui dan hindari.

Mulai dari larangan menikah hingga tidak diperbolehkan keluar rumah.

Peristiwa Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan yang diperingati setiap hari Rabu terakhir Bulan Safar, benarkah jadi hari paling sial sepanjang tahun?

Tradisi Rebo Wekasan menjadi satu kebiasaan bagi umat muslim di Indonesia.

Perlu diketahui, Rebo Wekasan diperingati setiap hari Rabu terakhir Bulan Safar dalam kalender Hijriah. Tahun ini, Rebo Wekasan jatuh pada tanggal 4 September 2024 bertepatan dengan tanggal 30 Safar 1446 H. 

Rebo Wekasan berasal dari kata "Rebo" yang artinya hari Rabu dan wekasan yang artinya lepas.

Pada hari tersebut, umat Islam Indonesia khususnya, melakukan ritual, seperti mandi mengikuti warisan tradisi dari Wali Songo, salat berjamaah 4 rakaat dengan doa khusus, silaturahmi, dan sedekah.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Peringatan Rebo Wekasan 4 September 2024 dalam Bahasa Jawa, Disertai Terjemahannya

Sejumlah masyarakat percaya, pada malam Rebo Wekasan menyimpan sejumlah mitos yang harus dipatuhi secara turun temurun.

Bahkan Rebo Wekasan disebut-sebut menjadi hari paling sial sepanjang tahun.

Pada hari Rebo Wekasan dipercaya sebagai hari di mana diturunkannya bala dan bencana ke bumi.

Lantas apa saja mitos Rebo Wekasan yang ada di masyarakat?
 
Dirangkum dari berbagai sumber berikut sederet mitos Rebo Wekasan yang perlu dihindari:

1. Larangan menikah pada saat Rebo Wekasan

Pada Rebo Wekasan terdapat larangan untuk menikah.

Sebagian masyarakat percaya bahwa menikah pada saat Rebo Wekasan akan mendatangkan musibah dan kesialan seperti terjadinya konflik dalam rumah tangga, sulit mendapatkan rezeki, hingga terkena penyakit.

Oleh karena itu, mereka memilih untuk menikahkan anak mereka di bulan lain yang dianggap sebagai bulan yang baik.

Baca juga: Tanggal Berapa Rebo Wekasan 2024? Tradisi yang Dirayakan di Rabu Terakhir Bulan Safar

2. Larangan keluar rumah saat Rebo Wekasan

Pada Rebo Wekasan terdapat larangan untuk keluar rumah.

Sebagian masyarakat percaya bahwa melakukan perjalanan atau berpergian saat Rebo Wekasan akan mendatangkan musibah berupa kecelakaan dan lain sebagainya.

Bahkan, kaum Arab Jahiliyah percaya bahwa diakhir bulan Safar akan berhembus angin yang membawa penyakit di perut seseorang yang keluar rumah.

Oleh karena itu, masyarakat memilih untuk berdiam diri di rumah dan melakukan amalan-amalan yang dianjurkan pada saat Rebo Wekasan seperti shalat tolak bala dan sebagainya.

Ilustrasi kalender bulan September 2024, ada peringatan Rebo Wekasan.
Ilustrasi kalender bulan September 2024, ada peringatan Rebo Wekasan. (freepik.com)

Baca juga: 5 Contoh Doa Tirakatan 17 Agustus, Berisi Rasa Syukur dan Harapan Kemajuan Bangsa dalam HUT Ke-79 RI

3. Tradisi Zaman Jahiliyah

Rebo Wekasan merupakan tradisi yang diyakini telah ada sejak zaman Jahiliyah dimana pada saat itu Rebo Wekasan disebut sebagai Arba Mustakmir.

Tradisi Arba Mustakmir adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar yang dipercaya sebagai hari di mana diturunkannya balak, penyakit, dan malapetaka.

Namun, semenjak kedatangan Nabi Muhammad SAW mitos dan tahayul tentang balak, penyakit, dan malapetaka mulai memudar seiring dengan masuknya agama Islam.

Cuma Mitos
Bulan Safar yang kerap dianggap sebagai bulan pembawa sial ternyata cuma mitos.

Merujuk pada bahasa, Safar berarti 'kosong'. Istilah ini diambil dari kebiasaan mengosongkan tempat karena dahulu kala banyak masyarakat Arab yang bepergian di bulan Safar.

Masyarakat Arab dulu juga menganggap Safar sebagai penyakit yang muncul di perut.

Penyakit digambarkan sebagai sesuatu yang mematikan. Karena hal ini-lah Safar dianggap sebagai bulan pembawa sial.

Namun demikian, sesungguhnya anggapan Safar sebagai bulan pembawa sial hanyalah mitos belaka.

Hal tersebut bahkan telah dibantah oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut.

"Tidak ada wabah [yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah], tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam Al-Bukhari dan Muslim)

Alih-alih menganggapnya sebagai hari pembawa sial, umat Islam justru diajak menganggap Rabu terakhir di bulan Safar ini sebagai hari pembawa berkah.

Sebuah hadis bahkan menyebutkan bahwa Rabu adalah hari dimana Allah SWT menciptakan cahaya alam semesta.

"Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu.. dan menciptakan cahaya di hari Rabu.." (HR Muslim)

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com

Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved