Viral Internasional
Cara Tak Biasa Pemimpin Hamas Hindari Pembunuhan Israel, Bikin Yahya Sinwar Tak Terlacak
Cara yang dilakukan pemimpin Hamas Yahya Sinwar untuk melindunginya dari jaringan pengumpulan intelijen Israel, menurut laporan tersebut.
TRIBUNJATIM.COM - Cara pemimpin Hamas, Yahya Sinwar agar tak terlacak alat canggih dari Israel.
Ternyata hal ini diungkap oleh surat kabar Amerika Serikat, The Wall Street Journal (WSJ).
Pada surat kabar itu, Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar memakai cara primitif agar terhindar dari upaya pembunuhan yang dilancarkan oleh Israel.
Diketahui surat kabar itu mengutip mediator Arab yang menengahi perundingan gencatan senjata Israel dan Hamas.
Baca juga: Israel Dibantu AS Buru Pimpinan Hamas Pakai Alat Canggih, Yahya Sinwar Punya Cara Hindari Zionis
"Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, mengandalkan sistem komunikasi primitif, yang terdiri dari catatan tulisan tangan, pesan dan simbol," tulis WSJ, Senin (16/9/2024).
Cara itu dilakukan untuk melindunginya dari jaringan pengumpulan intelijen Israel, menurut laporan tersebut.
"Dia mengarahkan operasi Hamas bahkan ketika dia berada di dalam terowongan," lanjutnya.
"Pesan khas dari Yahya Sinwar ditulis tangan dan pertama-tama disampaikan kepada anggota Hamas yang terpercaya yang segera mengirimkannya ke serangkaian pengirim pesan," tambahnya.
Baca juga: Butuh tenaga kerja terbaik untuk bisnismu? Cari di sini!
Menurut sumber itu, pesan dari Yahya Sinwar dikirim dalam bentuk kode yang berbeda-beda.
"Pesan-pesan tersebut sering kali dikodekan dengan kode berbeda untuk tujuan yang berbeda pada setiap penerima, keadaan, dan waktu yang berbeda," katanya.
Cara tersebut diduga dikembangkan oleh Yahya Sinwar dan tahanan lainnya selama berada di penjara Israel.
Sejak Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, Israel tidak berhasil menemukan Yahya Sinwar yang dianggapnya sebagai dalang operasi tersebut.
Meski surat kabar tersebut menggambarkan Yahya Sinwar mengirimkan pesan secara hati-hati, pemimpin Hamas itu terkadang mengedarkan rekaman audio melalui lingkaran kecil pembantunya, dikutip dari Al Araby.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.226 jiwa dan 95.413 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (16/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Palestinian News Networks.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sosok Yahya Sinwar
Yahya Sinwar ditunjuk menjadi pimpinan politik menggantikan Ismail Haniyeh yang meninggal.
Diketahui, Ismail Haniyeh meninggal di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.
Diduga Ismail Haniyeh meninggal karena diduga diserang Israel.
Kini Yahya Sinwar menjadi pimpinan politik Hamas seperti yang diberitakan Reuters, Rabu (7/8/2024).
Hal itu diungkap oleh Hamas.
Baca juga: Sosok Ismail Haniyeh, Bos Hamas Dikabarkan Meninggal Terkena Serangan Israel, Simak Kronologinya
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan terpilihnya Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan sang syahid, Komandan Ismail Haniyeh, semoga Allah merahmatinya," kata gerakan itu dalam sebuah pernyataan singkat.
Yahya Sinwar dikenal sebagai orang yang diduga memelopori serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dia adalah pemimpin Hamas yang paling berkuasa usai Ismail Haniyeh meninggal.
Lalu, siapa itu Yahya Sinwar yang kini menjadi pemimpin politik Hamas?
Profil Yahya Sinwar
Yahya Sinwar lahir pada 1962 di kamp pengungsi warga Palestina di Kota Khan Younis, Gaza selatan. Keluarganya terpaksa mengungsi selama perang jelang pembentukan Israel.
Pada 1987, Hamas kemudian dibentuk. Yahya lalu bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an, dikutip dari The New York Times, Selasa.
Pendiri Hamas, Sheik Ahmed Yassin merekrut Yahya sebagai kepala unit keamanan internal bernama Munazzamat al Jihad w'al-Dawa atau Al Majd.
Dia bertugas menemukan dan menghukum orang-orang yang diduga melanggar hukum moralitas Islam atau bekerja sama dengan Israel.
Catatan pengadilan Israel menuliskan Yahya dipenjara pada 1988 karena membunuh empat orang Palestina yang dituduh murtad atau bekerja sama dengan Israel.
Catatan lain menunjukkan dia dijatuhi empat hukuman seumur hidup berturut-turut karena menculik dan membunuh dua tentara Israel pada 1989, dilansir dari Forbes, Selasa.
Saat dipenjara selama lebih dari dua dekade, Yahya kerap menerjemahkan ke bahasa Arab puluhan ribu halaman otobiografi berbahasa Ibrani tulisan mantan kepala badan keamanan Israel, Shin Bet.
Tulisan itu berguna untuk mempelajari taktik Israel.
Dia juga menulis novel The Thorn and the Carnation di penjara. Novel itu menceritakan seorang anak laki-laki Gaza bernama Ahmed yang keluar dari persembunyian selama perang Arab-Israel 1967 dan hidup di bawah pendudukan Israel.
Selama dipenjara, Yahya diketahui mencoba melarikan diri beberapa kali.
Caranya dengan menggali lubang di lantai sel.
Dia juga dapat menghubungi pemimpin Hamas di luar penjara lewat ponsel selundupan atau pesan dengan perantara pengacara dan pengunjungnya.
Yahya menjadi pemimpin Hamas
Yahya bebas pada 2011 dalam pertukaran tahanan besar-besaran dengan Israel.
Lebih dari 1.000 tahanan Israel dibebaskan dengan imbalan tentara Gilad Shalit yang ditangkap Hamas.
Setelah dibebaskan, Yahya menikah dan memiliki anak.
Namun, dia jarang membicarakan keluarganya di muka umum.
Yahya kemudian kerap terlibat dalam pertempuran Hamas melawan Israel.
Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris global.
Dia juga dikenai sanksi oleh Inggris dan Perancis.
Pada 2017, Yahya terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza. Dia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua selama empat tahun pada 2021.
Sebagai pemimpin Hamas, dia dikenal sering mengkritik kepala Otoritas Palestina dari Partai Fatah, Mahmoud Abbas yang menguasai Tepi Barat.
Yahya juga bersikap keras melawan Israel.
Karena itu, dia dianggap akan menyulitkan upaya perjanjian gencatan senjata dan pengembalian ratusan sandera dari Israel.
Meski begitu, dia sempat menyatakan Hamas akan terbuka untuk bernegosiasi dengan Israel dengan imbalan Israel dan Mesir mencabut blokade mereka terhadap Gaza.
Pejabat Hamas pernah bersikeras Yahya tidak memiliki keputusan akhir dalam kelompok tersebut.
Namun, keputusan yang diambil Hamas tetap harus dikonsultasikan dengannya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Prabowo Tegaskan Komitmen Solusi Dua Negara, Ultimatum Pihak yang Belum Mendukung Palestina |
![]() |
---|
Daftar 44 Negara yang Tidak Mengakui Palestina, Mayoritas Sekutu Amerika Serikat |
![]() |
---|
Setahun Kerja, Pegawai Kafe Dipecat usai Ngeluh Kedinginan di WA Tapi Menang Gugatan Rp483 Juta |
![]() |
---|
Jangan Ucapkan Hamburger, Karaoke dan Ice Cream di Korea Utara, sudah Dilarang Kim Jong Un |
![]() |
---|
Jarang Komentar Soal iPhone, Bos ChatGPT Kini Kepincut Gadget Apple Keluaran Terbaru: Saya Inginkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.