Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Siswi Disuruh Sekolah Buka Cadar, Biaya Telanjur Disetor Dikembalikan Kepsek, Ortu Menolak

Kasus siswi SMP disuruh sekolah buka cadar viral. Orangtua siswi protes dan kecewa dengan keputusan sekolah tersebut. Nasib siswi pun terungkap.

Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Mujib Anwar
via Tribunnews
Kasus siswi SMP disuruh sekolah buka cadar viral. Orangtua siswi protes dan kecewa dengan keputusan sekolah tersebut. Nasib siswi pun terungkap. 

TRIBUNJATIM.COM - Kasus siswi SMP disuruh sekolah buka cadar viral di media sosial.

Siswi tersebut berinisial NAA (13).

Ia merupakan siswa SMP IT Salsabila, Palembang, Sumatera Selatan.

Orangtua siswi protes dan kecewa dengan keputusan sekolah tersebut.

Kini nasib siswi disuruh buka cadar itupun terungkap.

Reza Maulana (39) dan Sinta Dewi (39) selaku orangtua NAA terpaksa memindahkan anaknya ke sekolah lain.

Baca juga: Ayah Tak Terima Putrinya Disuruh Sekolah Buka Cadar, Kepsek SMP Heran: Beralasan Tidak Tahu Aturan

Reza mengatakan, dirinya memindahkan anaknya untuk bersekolah di IT Auladi, Jakabaring. 

"Saya selaku orangtua, ayahnya tidak terima. Anak saya disuruh untuk melepas cadar saat di sekolah atau di lingkungan sekolah," ungkap Resa kepada Sripoku, Kamis (19/9/2024).

Reza mengaku dari awal, saat mendaftarkan anaknya sekolah di SMP IT Salsabila tidak ada larangan memakai cadar.

Akan tetapi, setelah setahun berjalan dan membayar biaya sekolah, sang anak disuruh buka cadar baru kelas VIII.

"Sangat disayangkan, mengapa tidak ada awal saat daftar larangan ini disampaikan dan baru kelas VIII diberikan tahu kepada kami," akunya.

Dirinya sudah mendidik anaknya dari kecil untuk menutup aurat.

"Mengapa ketika anak saya sudah melaksanakan hal itu, di sekolah ini dilarang. Apakah salah memakai cadar? ini sunah muakad," jelasnya.

Senada dengan Sinta Dewi, istri Reza sekaligus ibu NAA.

Siswi SMP disuruh pihak sekolah buka cadar, orang tua tak terima
Siswi SMP disuruh pihak sekolah buka cadar, orang tua tak terima (SRIPOKU.COM/Andi Wijaya)

Awalnya, dirinya yakin memasukan anaknya ke sekolah tersebut karena mengetahui di sekolah itu telah diadakan pemisahan kelas antara perempuan dan laki-laki.

Sinta juga sangat yakin jika sekolah tidak melarang siswa perempuan menggunakan cadar.

Sebaba, pada saat mendaftar, test dan wawancara anaknya sudah menggenakan cadar tidak mendapat larangan oleh pihak sekolah.

"Tidak pernah dijelaskan adanya aturan sekolah yang melarang penggunaan cadar," jelasnya.

Orangtua NAA pun hendak melaporkan kasus tersebut.

Reza dan Sinta didampingi kuasa hukumnya melapor ke Dinas Pendidikan, MUI, Komisi Perlindungan Anak, DPRD Kota Palembang dan Komnas HAM. 

Kuasa hukum orangtua NAA, Turiman mengatakan, pihak sekolah telah dengan sengaja melanggar hak asasi anak dalam memeluk agama dan beribadah menurut agamanya.

Padahal, hak anak untuk bebas beribadah menurut apa yang diyakini.

Baca juga: Nasib Wanda Hara Buntut Pakai Cadar saat Ikut Kajian, Kini Dipolisikan, Tim Hukum Muslim Tersinggung

"Pada saat mendaftar, test dan wawancara anak menggunakan cadar dan tidak dilarang. Serta selama ini tidak pernah ada informasi terkait adanya larangan penggunaan cadar di SMP Yayasan Islam Terpadu Salsabila Magfirah," tutupnya.

Mengetahui orangtua NAA protes dan kecewa, kepala sekolah buka suara.

Kepala Sekolah SMP IT Salsabila, Ahmad Firdaus mengatakan, peraturan dari pihak yayasan di SMP IT Salsabila, sudah diterapkan sejak lama.

Bahkan sebelum siswi perempuan itu menduduki bangku sekolah kelas 7.

"Sosialisasi juga sudah kami dari pihak sekolah sampaikan terus kepada yang bersangkutan sejak kelas 7 sampai kelas 8, agar membuka cadarnya ketika berada di dalam lingkungan sekolah," ujarnya.

Ahmad Firdaus mengakui, yang bersangkutan siswi juga sudah tertib mengikuti aturan buka cadar di sekolah.

Lanjut Ahmad, entah kenapa orangtua NAA justru beranggapan yang tidak baik terhadap sekolah.

"Orang tuanya beralasan tidak mengetahui peraturan," jelasnya.

Pihak sekolah SMP IT Salsabila, lanjut Ahmad Firdaus, sangat menyayangkan jika hal ini menjadi laporan yang justru akan memperpanjang masalah.

Pihaknya juga berkomitmen untuk mengembalikan seluruh pembiayaan sekolah yang telanjur disetorkan.

"Kami ingin masalah ini cepat selesai. Dari yayasan juga kami sudah berkomitmen untuk mengembalikan seluruh pembiayaan yang sudah di setorkan oleh orang tua siswa itu jika merasa dirugikan, tapi semua ditolak," pungkasnya.

Baca juga: Siswi SMP Dibully sampai Takut ke Sekolah, Korban Kecewa Kepsek Malah Tak Ingin Kasusnya Viral

Sebelumnya, seorang siswi SMP dimarahi kepsek karena jualan kue di sekolah.

Sang kepsek atau kepala sekolah tak suka murid-murid mengantre di luar kelas untuk membeli kue siswi tersebut.

Padahal siswi SMP itu dapat Rp 1 juta sehari dari jualan kue.

Namun kini ia harus berhenti.

Kisah ini dibagikan oleh ibunda gadis tersebut, Huspalita Hussain Arif melalui akun Facebook-nya.

Huspalita merupakan seorang pengusaha yang menjual kue di Malaysia.

Wanita 42 tahun itu mengungkapkan putrinya, Hessa Ardinee Mohamed Airee (12) selalu membawa kue dagangannya ke sekolah.

Kue-kue tersebut ludes terjual setiap harinya.

Uang yang terkumpul dari hasil penjualan akan selalu sesuai dengan jumlah kue yang terjual.

Hessa mengatakan dia tidak tahu cara menghitung uang dan dia tidak pandai berbisnis.

Dapat Rp 1 Juta Sehari, Siswi SMP Dimarahi Kepsek karena Jualan Kue, Sebabkan Antrean di Luar Kelas
Dapat Rp 1 Juta Sehari, Siswi SMP Dimarahi Kepsek karena Jualan Kue, Sebabkan Antrean di Luar Kelas (Facebook Huspalita Hussain Arif)

Huspalita berkata dirinya sempat terkejut mengetahui kue itu ludes terjual mengingat putrinya sosok yang pemalu.

Namun, Huspalita mengatakan putrinya baru-baru ini memutuskan berhenti menjual kue di sekolahnya.

Hal itu lantaran Kepala Sekolah menegurnya karena melakukan bisnis di sekolah.

"Kepala sekolah ingin melaporkan Hessa kepada guru.

Kepala sekolah marah karena siswa mengantre di luar kelas untuk membeli kue.

Namun, Hessa mengatakan ada juga guru yang membeli kue lembut darinya.” ujar Huspalita, melansir dari TribunTrends.

Hessa nampaknya sempat berpikir dua kali untuk berhenti berjualan.

Sementara itu, ibunya berencana untuk menjual kue dalam jumlah yang lebih sedikit.

Pasalnya, ia merasa  akan sia-sia jika ia tidak meneruskan penjualan kue tersebut.

Hessa mengatakan dirinya merasa sangat senang saat berjualan kue karena semua orang mengenalnya karena hal itu.

Namun di sisi lain, ia juga merasa cemas karena popularitas barunya.

Belum lagi, ibunya justru dituding melakukan eksploitasi pada putrinya. 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved