Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

18 Tahun Jualan Durian, Hanik Bisa Dapat Omzet Rp10 Juta Sehari, 300 Kg Ludes Jika Ada Acara Khusus

Inilah kisah sukses Hanik, yang jualan durian sejak tahun 1996. Wanita berusia 46 tahun merupakan penjual durian dari Cepoko, Semarang

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com/Muchamad Dafi Yusuf
18 Tahun Jualan Durian, Hanik Bisa Dapat Omzet Rp10 Juta Sehari, 300 Kg Ludes Jika Ada Acara Khusus 

Mayoritas, durian yang ia jual merupakan durian lokal asli Kota Semarang. Sisanya Hanik mengambil dari Jombang, Jawa Timur.

"Karena setiap daerah musimnya beda-beda," lanjut dia. 

Sementara itu beda dengan Hanik, pemuda bernama Rizal Akbar ini justru menggeluti bisnis budidaya ikan koi.

Pemuda berusia 33 tahun ini sukses melakukan budidaya ikan koi dari Jepang.

Rizal bersama pekerjanya terlihat sibuk di kolam miliknya yang berlokasi di Desa Ngadisanan, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo.

Beberapa pekerja menjaring ikan koi yang masih berusia 3 bulan. Tujuannya dipisahkan, mana yang bisa dijual dengan potensi harga tinggi maupun yang hanya dijual ‘gopyokan’.

“Awalnya hobi, sekarang menghasilkan cuan. Setiap hari jutaan rupiah saya dapat. Rp 3-5 juta saya kantongi lah tiap hari,” ungkap Rizal sambil terkekeh, Minggu (3/11/2024).

Rizal lalu berkisah hobi nya tentang koi itu berawal dari covid-19. Saat itu semua dilakukan pembatasan. Dia sendiri kebingungan melakukan apa di rumah.

“Saya jenuh kala itu. Hingga membudidayakan koi. Belum berpikir mau bisnis awalnya. Ya cuma sekedar memelihara koi saja,” tambahnya.

Hingga 2022, Rizal memutuskan untuk berbisnis koi. Dia kemudian belajar ke Jepang bagaimana budidaya ikan koi.

Rizal mengimpor bibit koi langsung dari jepang dengan varietas unggulan seperti koi showa yang bercorak merah, hitam dan putih dan koi kohaku yang dominan merah dan putih serta shiro dengan corak hitam-putih.

“Hingga membuat kolam disini (Desa Ngadisinan). Total 20 kolam. Ada kolam pemijahan hingga kolam pembesaran,” tanbah bapak 3 orang anak ini.

Dia menjelaskan, bahwa banyak penghobi koi yang sekedar hobi. Hal itu dimanfaatkan olehnya. Jika koi mereka hamil, dan mereka tidak mau mengurusinya, dia membelinya.

“Kami pijah disini kami tebar. Jadi paradigma tentang budidaya koi itu mahal dan susah perawatan saya balik. Sebenarnya pembubidaya koi tidak ribet,” klaimnya.

Baca juga: Berkah Pak Camat Nyambi Jadi Peternak Domba, Omzet Rp20 Juta Sebulan, Belajar Racik Pakan di YouTube

Asal ada air, kebutuhan pakan juga lebih hemat dibanding ikan konsumsi.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved