Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Viral Internasional

Petinggi Kampus Terkemuka Ikut Kampanyekan Urine Sapi Sebagai Obat, Tuai Polemik di India

India kini diliputi polemik soal urine sapi sebagai obat. Petinggi kampus teknologi terkemuka di India kini ikut mengampanyekan hal tersebut.

Editor: Torik Aqua
Pexels/Jeffry S.S.
Urine sapi sebagai obat menuai polemik di India setelah petinggi kampus ikut mengampanyekan 

TRIBUNJATIM.COM - India kini diliputi polemik soal urine sapi sebagai obat.

Petinggi kampus teknologi terkemuka di India kini ikut mengampanyekan hal tersebut.

Pernyataan petinggi kampus itu ternyata menuai pro dan kontra.

Diketahui, pernyataan urine sapi sebagai obat itu dilontarkan oleh Direktur Indian Institute Of Technology Madras (IIT Madras), Veezhinathan Kamakoti, saat berpidato dalam sebuah acara di Chennai, Rabu (15/1/2025).

Baca juga: Sapi Potong Sehat Jadi Prioritas Vaksinasi PMK di Trenggalek, Dinas Peternakan: Bisa Vaksin Mandiri

Dilansir dari The Independent, Selasa (21/1/2025), dia menceritakan sebuah kisah tentang manfaat urine sapi yang bisa menyembuhkan seorang pertapa India dari demam tinggi.

"Meminum air seni sapi dan dalam 15 menit, demamnya mereda," ujarnya.

Berdasarkan penelitian ilmiah

Kamakoti mengatakan, manfaat urine sapi sudah dibuktikan secara ilmiah dalam lima makalah yang dipublikasikan di Amerika Serikat (AS), satu di antaranya sudah paten di jurnal Nature.

Berdasarkan sumber tersebut, Kamakoti menyebutkan bahwa urine sapi memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan antiinflamasi.

Dia melanjutkan, urine sapi juga termasuk bagian dari tradisi pengobatan tradisional India atau Ayurveda. 

Dalam ilmu Ayurveda, obat itu disebut "Panchagavya Ghritham", yaitu campuran urine sapi, kotoran sapi, susu, dadih, dan ghee. Bahkan, obat itu dijual di platform jual beli online seperti Amazon.

"Produk ini sudah disetujui oleh semua aspek medis," ucapnya, dikutip dari Indian Express, Selasa.

Kamakoti juga mengaku dirinya ikut mengonsumsi Panchagavya Ghritham.

Dia menegaskan, pernyataannya ini benar-benar murni berdasarkan ilmu pengetahuan dan bukan kepentingan politik.

"Sekarang, ini menjadi kontroversi politik, tetapi saya tidak ingin berbicara tentang politik. Ini murni ilmiah, ada validasi dalam jurnal. Maksud saya adalah ada pembenaran ilmiah," pungkasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved