Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kesal Kerap Ditagih Utang, Pria ini Bunuh Sri Menggunakan Linggis, Tetangga Sempat Curiga

Sakit hati kerap ditagih utang, pria ini nekat membunuh Sri Suherti Karistiana (59). Sri sendiri merupakan seorang wanita yang dikenal ramah.

Editor: Torik Aqua
Freepik
SAKIT HATI DITAGIh - Foto ilustrasi uang. Pria di Jakarta Utara ini bunuh Sri karena sakit hati kerap ditagih utang, Jumat (14/3/2025). 

TRIBUNJATIM.COM - Sakit hati kerap ditagih utang, pria ini nekat membunuh Sri Suherti Karistiana (59).

Sri sendiri merupakan seorang wanita yang dikenal ramah oleh tetangganya.

Namun, tetangga juga tak menyangka jika Sri meninggal mengeneaskan di kamar mandi rumahnya di Jalan 102 Terusan, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (14/3/2025).

Tetangga juga sempat curiga dengan kondisi Sri.

Baca juga: Kasus Penikaman di Jalan Jakarta Surabaya Terungkap, Diduga Karena Motif Utang, Sewa Eksekutor

Ia tinggal seorang diri, tanpa ada yang mengetahui bahwa malam itu menjadi malam terakhirnya.

Tetangga Sri, Faras Al Fahrozy (19), mulai merasa curiga karena sejak Kamis sore (13/3/2025), Sri tak tampak keluar rumah seperti biasa.

 Perasaan aneh itu semakin menguat ketika rumahnya tetap tertutup hingga keesokan harinya.

Warga yang penasaran akhirnya mendatangi rumah Sri dan menemukan pemandangan yang tak pernah mereka bayangkan.

Dendam yang Membutakan Nurani

Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk mengungkap kasus ini.

Pada Sabtu (15/3/2025) pukul 10.45 WIB, polisi menangkap seorang pria berinisial S di daerah Cilincing, Jakarta Utara.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, mengungkapkan bahwa motif pembunuhan ini bermula dari sakit hati.

“Pelaku merasa sakit hati ditagih utang oleh korban,” ujarnya kepada wartawan.

Bagi pelaku, utang yang seharusnya menjadi tanggung jawab malah berubah menjadi bara dendam yang membakar akalnya.

Dengan emosi yang memuncak, ia merencanakan aksi keji itu.

Menggunakan linggis, ia menghantam kepala Sri tanpa ampun, mengakhiri hidup seorang wanita yang hanya ingin haknya dikembalikan.

Hilangnya Nyawa, Hilangnya Kemanusiaan

Sri dikenal sebagai wanita yang baik hati dan ramah.

Para tetangga mengingatnya sebagai sosok yang tak segan membantu, meski hidup seorang diri.

“Bu Sri orangnya ramah, sering berbagi makanan dengan kami,” ujar salah satu tetangganya dengan mata berkaca-kaca.

Namun, kebaikan hatinya justru berujung pada tragedi.

Hutang yang mungkin hanya bernilai jutaan rupiah kini harus dibayar dengan nyawa.

Rasa sakit hati yang dibiarkan membesar telah menghapus nurani, membutakan logika, dan membawa pelaku ke dalam lingkaran kejahatan yang tak termaafkan.

Polisi pun menegaskan bahwa tak ada tempat bagi pelaku kejahatan untuk bersembunyi.

"Kami tidak memberikan ruang kepada pelaku kejahatan dan akan kami tangkap. Hubungi 110 jika membutuhkan bantuan polisi,” tambah Ade Ary.

Pelajaran dari Tragedi

Kematian Sri Suherti menjadi pengingat bahwa dendam dan emosi sesaat bisa membawa petaka.

Banyak orang menganggap utang sebagai perkara sepele, padahal bagi yang memberi pinjaman, itu bisa menjadi beban yang harus diperjuangkan kembali.

Ketika kejujuran dan tanggung jawab hilang, maka kehancuran bisa menjadi konsekuensi yang tak terelakkan.

Kini, pelaku harus menghadapi hukuman setimpal.

Namun, yang tak bisa dikembalikan adalah nyawa seorang wanita yang seharusnya masih bisa menikmati hari tuanya dengan damai.

Sakit hati memang manusiawi, tapi membiarkannya menguasai diri bisa menjadi malapetaka yang merenggut segalanya.


Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved