Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Damul Ibu Rumah Tangga Rela Jual Tanah Demi Pengobatan Epilepsi Anak, Bingung Tak Ada Dana: Berusaha

Demi kesembuhan anaknya yang menderita epilepsi, mereka sekeluarga menjual sebidang lahan dengan harga jual Rp25 juta

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Dok keluarga
RAWAT ANAK EPILEPSI - Warga Toka, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Nusa Tenggara Timur, Yanti Damul (35), merawat sang anak, Septiani Felicia Ramos (3), yang menderita epilepsi. Ia sampai terpaksa menjual tanah. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah perjuangan seorang ibu rumah tangga (IRT) menjual sebidang lahan dan menggadaikan sawah demi merawat anaknya yang menderita epilepsi.

Hal itu dialami ibu rumah tangga di Kampung Toka, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

IRT tersebut diketahui bernama Florayanti Damul.

Baca juga: Anak Yatim Piatu Tiap Hari Jalan Kaki ke Sekolah Tempuh Jarak Jauh, Semringah Dibelikan Sepeda

Ia menceritakan, pada awalnya, sang anak yang bernama Septiani Fellicia Ramos (3), lahir normal pada tahun 2021.

Namun pada umur tiga bulan, Fellicia sakit.

"Saat sakit itu, saya dan suami membawa berobat ke salah satu klinik di Kota Ruteng," tutur dia, Kamis (20/3/2025).

"Dengan hasil pemeriksaan oleh dokter di klinik itu, didiagnosa paru-paru TB," imbuhnya.

Kemudian, anaknya mengalami kejang-kejang dan pingsan.

Melihat gejala tersebut, Damul membawa buah hatinya berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ben Mboi Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT.

"Hasil pemeriksaan oleh dokter di RSUD itu, anak kami didiagnosis menderita epilepsi," kata Damul.

"Selama di RSUD, dia diopname selama satu bulan. Lalu perawatan jalan selama 12 bulan," imbuhnya.

"Kami bolak-balik dari Kampung Toka ke RSUD tiap bulan selama 1 tahun (12 bulan) untuk merawat anak kami dengan jarak tempuh 45 kilometer," kata Damul saat ditemui di kediamannya. 

Damul menyampaikan, selama berobat di RSUD Ben Mboi, mereka mengeluarkan biaya yang sangat besar karena belum memakai BPJS Kesehatan.

Demi kesembuhan anak kedua ini, mereka sekeluarga menjual sebidang lahan dengan harga jual Rp25 juta dan menggadaikan sebidang sawah.

Yanti Damul (35), warga Toka, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Nusa Tenggara Timur, terpaksa menjual tanah demi merawat sang anak, Septiani Felicia Ramos (3), yang menderita epilepsi.
Yanti Damul (35), warga Toka, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Nusa Tenggara Timur, terpaksa menjual tanah demi merawat sang anak, Septiani Felicia Ramos (3), yang menderita epilepsi. (Dok keluarga)

Namun, anak kedua mereka tak kunjung sembuh.

Kini, anak Damul mengalami lumpuh dan bagian kanan dari tubuhnya tidak bisa bergerak.

Kaki kanannya tidak bisa bergerak secara normal.

Hingga pada usia 3 tahun, Fellicia tidak bisa berdiri dengan normal. 

Ia bisa berdiri jika memegang dinding rumah.

"Dokter di RSUD Ben Mboi Ruteng menganjurkan untuk dilakukan terapi. Anak Fellicia sempat diterapi selama dua kali."

"Kemudian terapi tidak dilanjutkan karena kami kehabisan uang untuk membawanya ke tempat terapi," kata Damul.

Ia pun kebingungan karena tidak memiliki uang untuk berobat.

Apalagi, ia tidak memiliki penghasilan tetap.

"Saya tidak bisa bekerja, apalagi saya merawat yang sakit serta memelihara kakak dan adiknya," katanya.

Baca juga: Uang Pensiunan Wagino Cuma Sisa Rp200 Ribu Gegara Terlilit Utang, Ditipu Istri TNI Jadi Buruh Tani

Damul menyampaikan, kini Fellicia berobat tiap bulan di RSUD Lehong, Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, dengan BPJS.

"Setelah minum obat epilepsi dari RSUD Lehong, anak Fellicia agak membaik. Tidak ada kejang-kejang lagi dan tidak pingsan."

"Dokter bilang anak Fellicia harus minum obat selama dua tahun," tuturnya. 

Hanya saja, mereka kini kesulitan untuk uang transportasi dari Kampung Toka ke RSUD Lehong setiap bulannya.

Apalagi, ia memiliki tiga anak yang masih kecil.

Anak sulung masih berusia 6 tahun, anak kedua yang derita sakit epilepsi berusia 3 tahun, dan anak ketiga masih balita.

Setiap kali Fellicia mengalami serangan sakit, lanjut Damul, tubuhnya kejang dan tidak dapat bergerak.

Hal ini tentu saja membuat keluarga Fellicia sangat cemas dan terus berusaha mencari pengobatan terbaik untuknya.

Baca juga: Bantu Ortu Cari Uang, Kakak Adik Tak Malu Keliling Jualan Jamu Rp5 Ribu Naik Sepeda Pulang Sekolah

Namun biaya pengobatan yang tinggi menjadi hambatan utama bagi mereka.

Demi kesembuhan buah hati tercinta, orang tua Fellicia yang hanya mengandalkan hasil pertanian, terpaksa menunggu kebaikan dari orang lain untuk biaya hidup dan biaya transportasi untuk berobat ke RSUD Lehong.

"Kami rela melakukan apa pun demi anak kami bisa sembuh. Kami tidak punya banyak harta, tapi demi Fellicia, kami berusaha keras," ujar Damul.

Saat ini, Fellicia masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Orang tuanya tetap berharap agar kondisi anaknya bisa semakin membaik.

Meskipun pengobatan yang harus dijalani cukup panjang dan mahal, mereka tidak menyerah.

Mereka berharap ada bantuan dari berbagai pihak untuk meringankan beban mereka.

"Saya sebagai ibunya berharap ada orang yang peduli dengan kami sekeluarga, lebih khusus untuk biaya perawatan anak kami yang sakit epilepsi," kata Damul berharap.

Mariama (32) penjual asongan di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Tangkapan layar saat ia beraksi memanjat tali kapal demi berjualan di atas kapal, Selasa (18/3/2025) sore.
Mariama (32) penjual asongan di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Tangkapan layar saat ia beraksi memanjat tali kapal demi berjualan di atas kapal, Selasa (18/3/2025) sore. (Tribun-Timur.com/Muslimin Emba)

Di tempat lain, kisah seorang janda yang berjuang menghidupi anak-anaknya di rumah, juga viral di media sosial.

Itulah perjuangan yang dirasakan oleh janda lima anak, Mariama (32), yang belakangan viral di media sosial.

Video aksi nekatnya saat memanjat tali kapal demi jualan roti, menuai sorotan luas dari publik.

Ibu asal Makassar ini rupanya nekat bertaruh nyawa agar bisa mengais rezeki.

Hal itu semata dia lakukan untuk mencari nafkah demi menghidupi kelima anaknya.

Video aksi nekatnya itu pun viral usai dibagikan akun Instagram @_thinksmart.id, Senin (24/3/2025).

Dalam video tersebut memperlihatkan aksi Mariama yang nekat memanjat tali kapal.

Tanpa perlengkapan keamanan, wanita berhijab tersebut terlihat gigih mencapai tujuan memanjat kapal lewat seutas tali.

Beruntungnya, di atas kapal tersebut sudah ada dua pria yang siap membantu Mariama naik ke kapal.

Aksi nekat Mariama itu pun tampak menjadi tontonan sejumlah warga dan penumpang.

Diketahui, aksi nekat ini dilakukan saat Mariama hendak berjualan.

Rupanya sehari-hari Mariama memanjat tali kapal di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, demi menjual roti kepada penumpang.

Dengan tekat kuat, aksinya tersebut ia lakukan demi berjuang menghidupi keluarganya setelah bercerai dengan suami.

Mariama mengaku ,ia harus mencari nafkah karena memiliki lima anak yang harus dia besarkan.

Tangkapan layar video aksi nekat seorang janda bernama Mariama (32) memanjat tali kapal demi jualan roti, viral di media sosial diunggah akun Instagram @_thinksmart.id dikutip Senin (24/3/2025). Ternyata kisahnya pilu nekat panjat tali kapal demi hidupi 5 orang anak setelah cerai dari suaminya.
Tangkapan layar video aksi nekat seorang janda bernama Mariama (32) memanjat tali kapal demi jualan roti, viral di media sosial diunggah akun Instagram @_thinksmart.id dikutip Senin (24/3/2025). Ternyata kisahnya pilu nekat panjat tali kapal demi hidupi 5 orang anak setelah cerai dari suaminya. (Instagram/_thinksmart.id)

"Anakku ada lima, tiga yang sekolah. Dua tidak sekolah lagi. Saya manjat tali kapal untuk cari uang, jualan. Jual roti," beber Mariama, dikutip dari unggahan IG @_thinksmart.id.

Mariama menceritakan, ia sudah terbiasa memanjat tali kapal untuk naik ke atas kapal yang baru sandar.

"Rotiku ada yang kasih meluncur naik, ada yang kasih naik di tangga kalau di atas. Seringkali mah manjat begitu," lanjutnya.

Meski sudah terbiasa, Mariama sadar risiko yang ia hadapi. 

"Saya berani, kalau jatuh sudah risikonya pak," tutur Mariama.

Mariama mengaku hal itu bisa dilakukan karena tekadnya mencari uang demi anak-anaknya.

"Anakku kucarikan uang. Demi anak," tambahnya dengan tegar.

Lalu Mariama menceritakan bahwa ia menjalani pekerjaannya tersebut selama empat tahun terakhir, tepatnya setelah bercerai dengan suaminya.

"Saya menjual begini sudah empat tahun. Umurku sekarang 32, saya sendiri yang hidupi anak. Sudah cerai dengan suami," ungkap dia.

Melansir Tribun Timur, sosok ibu pejuang keluarga ini mengaku dapat hingga Rp100 ribu per hari, dari hasil berjualan roti di atas kapal.

"Sehari biasa dapat Rp100 ribu, roti saja kujual," kata Mariama.

Uang keuntungannya itulah yang digunakan untuk menghidupi lima anaknya dan juga membayar kontrakan.

"Saya ngontrak di Jl Kandea. Ngontrak Rp500 ribu per bulan," tuturnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved