Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Punya Sistem Penanggalan Sendiri, Jemaah Syattariyah di Magetan Baru Laksanakan Salat Idulfitri

Punya sistem penanggalan sendiri, jemaah Syattariyah atau Aboge di Magetan baru melaksanakan salat Idulfitri hari ini. 

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Dwi Prastika
Istimewa
SALAT IDULFITRI - Jemaah Tarekat Syattariyah atau Aboge melaksanakan salat Idulfitri sehari setelah pemerintah menetapkan Idulfitri, di Musala Al Muslimin Magetan, Jawa Timur, Selasa (1/4/2025). Setelah salat, jemaah melanjutkan tradisi dengan bersilaturahmi dan mengadakan kenduri selamatan bersama. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani

TRIBUNJATIM.COM, MAGETAN - Hari Raya Idulfitri 2025 di Desa Tapen, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, tetap berlangsung khidmat meskipun perayaannya tidak bersamaan dengan ketetapan pemerintah, Selasa (1/4/2025).

Jemaah Tarekat Syattariyah atau Aboge melaksanakan salat Idulfitri sehari setelah pemerintah menetapkan Idulfitri pada Senin (31/3/2025). 

Puluhan jemaah berkumpul menunaikan salat Idulfitri dengan penuh kekhusyukan, di Musala Al Muslimin Magetan.

Meskipun berbeda hari, mereka tetap merasakan kegembiraan dan kebersamaan dalam menyambut hari kemenangan.  

Salah Satu Tokoh Tarekat Syattariyah, Jarkasi, menjelaskan, perbedaan ini disebabkan karena mereka memulai puasa Ramadan sehari setelah penetapan pemerintah, sesuai dengan sistem kalender yang mereka yakini.  

Perbedaan ini muncul karena mereka menggunakan sistem penanggalan tersendiri dalam menentukan awal bulan Ramadan dan Syawal. 

“Puasa Ramadan harus dilakukan selama 30 hari penuh, sehingga 1 Syawal baru tiba pada Selasa berdasarkan perhitungan kalender yang kami anut,” ujarnya.

Baca juga: Mengenal Tradisi Ambengan Bandeng di Gresik, Santap Bersama di Masjid usai Salat Idul Fitri

Ia juga menegaskan, perbedaan ini bukan hal baru bagi jemaah Syattariyah di Magetan.

Sejak dulu, mereka tidak pernah merayakan Idulfitri bersamaan dengan penetapan pemerintah, namun tetap menjunjung tinggi sikap saling menghormati.  

“Hal terpenting adalah bagaimana tetap menjaga persaudaraan dan saling menghormati keyakinan masing-masing. Ini bukan perpecahan, melainkan bentuk keberagaman dalam menjalankan ibadah," ucapnya.  

Setelah salat Idulfitri, jemaah melanjutkan tradisi dengan bersilaturahmi dan mengadakan kenduri selamatan bersama.

Momen ini menjadi ajang mempererat hubungan antar jemaah serta berbagi kebahagiaan di hari yang suci.  

“Keberagaman dalam penentuan hari raya ini mencerminkan indahnya toleransi dalam beragama,” tuturnya.

Meskipun terdapat perbedaan waktu perayaan, semangat Idulfitri tetap terasa hangat di tengah masyarakat, menguatkan kebersamaan dan nilai-nilai silaturahmi.

“Meskipun terdapat perbedaan waktu perayaan, semangat Idulfitri tetap terasa hangat di tengah masyarakat, menguatkan kebersamaan dan nilai-nilai silaturahmi,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved