Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kesaksian Kades saat Berobat ke RSUD, Syok Lihat Ruang IGD hingga soal Pelayanan: Pegawai Judes

Seorang Kades membeberkan pengalamannya ketika berobat di sebuah RSUD, ia dibuat syok melihat ruang IGD dan pelayanannya.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Pexels
Ilustrasi rumah sakit - Kades kecewa berat dengan pelayanan di sebuah rumah sakit di Kota Bogor Jawa Barat. 

"Kami bawa menuju RS itu, tapi sempat berhenti karena hujan. Saya sempat kasih susu SGM ke dia. Alhamdulillah dia diam. 1 botol aja. Selepas itu, dia enggak mau minum lagi. Kalau nggak salah sudah kenyang," tambahnya. 

Tepat sekitar pukul 17.30 WIB, Irnawati dan Karnoto berhasil membawa Bayi ALA ke RS tersebut. 

Beberapa dokter dan perawat langsung memberikan penanganan medis terhadap bayi mereka.

Menurut Irawati, ada sekitar tujuh orang tenaga medis yang menangani Bayi ALA. Namun, penanganan yang dilakukan para tenaga medis itu, dirasa tak memuaskan. 

Seperti, saat proses pemasangan alat bantu pernafasan pada hidung dan mulut sang bayi. Termasuk, saat proses pemasangan alat pendeteksi detak jantung pada beberapa bagian tubuh sang bayi. 

"Ditangani dokter, bilangnya mau dirawat ke ruang ICU, tapi kami belum tanda tangan. Cara penanganan itu, kop (alat bantu nafas) dicopot-copot. Terus kabelnya kurang panjang, kabel kurang panjang harusnya anaknya diangkat dulu. Yang nangani ya perawat ya dokter. Ada 7 orang," terangnya. 

"Lalu anak saya mau dipasang infus, otomatis suami saya dikasih resep disuruh ambil obat-obatan di apotek. Pasang jarum infusnya pun tidak bisa menemukan urat nadinya. Sampai 2 petugas bisa masangkan. Tapi anaknya sudah mejamkan mata, tapi masih ada nyawa, tidak sadarkan diri, sudah lemah. Koma," tambahnya. 

Selama sang anak mendapatkan penanganan medis, Irawati menceritakan, suaminya Karnoto sempat diminta oleh seorang dokter yang menangani Bayi ALA untuk segera mengambil cairan obat suntik di apotek RS tersebut, sesuai dengan resep yang dibuat sang dokter. 

Ternyata, resep tersebut, berisi cairan obat dalam wadah botol ampul kecil yang bakal disuntikkan ke tubuh Bayi ALA oleh sang dokter. Kartono berhasil memperoleh ampul cairan obat tersebut tepat waktu, lalu menyerahkannya pada sang dokter. 

Sesaat setelah cairan obat tersebut disuntikkan melalui saluran obat infus yang telah disediakan sebelumnya. Ternyata, takdir berkata lain. Irnawati menyebutkan, sang anak Bayi ALA dinyatakan meninggal dunia, sekitar pukul 18.05 WIB. 

"Suami saya datang. Lalu disuntikkan pakai obat tadi (yang dibawa suami). Obat itu dari apotek, dalam wadah botol plastik, dikasihkan disuntik, langsung gak ada jeda. Terus ambil lagi (obat) di IGD. Botol kecil, kayak pitek. Itu dr LA. Ambil sendiri di IGD. Sudah punya simpanan sendiri, tanpa sepengetahuan pihak apotek. Botol kecil kaca. Disuntik di tempat infus tadi," katanya. 

"Selepas disuntikkan tadi, botol bekas itu ditaruh di sampah, tapi yang ambil di apotek tadi itu ditaruh di meja, saya sempat pegang. Tapi enggak boleh difoto," tambahnya. 

Bak 'disambar petir siang bolong', Irnawati tak kuasa menerima kenyataan tersebut, tangisnya pecah, begitu juga dengan sang suami yang tak kalah kalapnya berkalang kesedihan.

Belum juga memperoleh penjelasan mengenai penyebab kematian sang anak. Irnawati malah dibuat makin nelangsa setelah melihat kondisi jenazah sang anak yang mengeluarkan darah dari hidung dan cairan berbusa dari mulutnya, selamat dimandikan di kamar mayat RS tersebut. 

Melihat berbagai macam penanganan pihak tenaga medis RS tersebut, sejak pertama kali menangani anaknya pada malam itu, hingga akhirnya melihat kondisi terakhir jenazah sang anak selama dimandikan di kamar mayat RS. Irnawati menduga kematian anaknya begitu tidak wajar. 

"Saya cek jenazah, masih keluar darah. Saat digulingkan, dan digosok punggungnya, saat dipakaikan sabun atau disiram pakai air, otomatis dimiringikan, digulingkan, kok bisa bisanya keluar darah dari hidung banyak sekali," katanya. 

"Itu gak wajar, saya anggap, anak saya pembuluh darah pecah karena obat. Waktu jam 18.35 anak saya keluar busa dari mulut, dan hidung keluar darah," tambahnya. 

Irnawati terus menerus menanyakan kondisi yang terjadi pada tubuh anaknya kepada pihak dokter RS tersebut. 

Ternyata, jawaban yang disampaikan membuat dirinya dan suami makin mengelus-elus dada. 

Jawaban yang disampaikan pihak dokter RS tersebut, ternyata menyebut bahwa meninggalnya sang anak karena kekenyangan makanan padat.

Padahal, menurut Irnawati, dirinya tidak pernah memberikan makanan padat dalam bentuk apapun kepada sang anak. 

Selama empat bulan masa hidup sang anak, ia selalu memberikan asupan makanan sang anak berupa ASI dan pelengkapnya yakni susu formula. 

"Kami mencuri (kesempatan) untuk divideo gitu. Saya sudah curiga anak saya keracunan, obat apa yang dikasihkan, dokternya tidak kasih penjelasan. Bukti-bukti itu, ditahan. Bukti itu berupa resume, perincian obat. Kesaksian mereka pun, katanya; kekenyangan makanan, makanan padat. Saya difitnah gitu, padahal saya enggak pernah kasih makanan padat, (tapi) susu formula dan ASI," jelasnya. 

"Anak saya dituduh tersedak. Tersedak apa. Saya bilang; apakah kalau anda tahu, apakah anda di TKP. Apakah tersedaknya di sini anda yang kasih tindakan. Mohon dijelaskan. Ternyata enggak diberikan (penjelasan)," tambahnya. 

Menyadari bahwa kematian sang anak bungsu terbilang janggal. Irnawati sempat berupaya meminta bantuan kepada pihak RS tersebut untuk memperbolehkan dirinya menitipkan jenazah Bayi ALA sementara waktu, barang sehari. 

Ia berkeinginan meminta bantuan pihak penegak hukum untuk mendampinginya mencari keadilan agar mengetahui penyebab pasti kematian sang anak. 

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved