Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Dulu Berjaya Dijuluki Wonderkid Timnas Indonesia, Kondisi Evan Dimas Kini Jadi Sorotan, Pipi Tirus

Publik dibuat syok setelah melihat kondisi terkini Evan Dimas yang dinilai sangat berbeda jauh.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
ISTIMEWA - Instagram/rafi.yudhika
NASIB BERUBAH DRASTIS - Kondisi fisik eks pemain Timnas Indonesia, Evan Dimas Darmono, menuai sorotan publik. Begini kabarnya sekarang. 

TRIBUNJATIM.COM - Muncul kabar tak sedap dari dunia sepak bola.

Baru-baru ini beredar kabar terbaru Evan Dimas, pesepak bola mantan pemain Timnas Indonesia yang jadi sorotan.

Lama tak tampil di layar kaca, netizen menyoroti perubahan dratis pada kondisi fisik Evan Dimas yang kini lebih kurus.

Baca juga: Pedagang Pakaian di Pasar Keluhkan Sepi Pembeli, Sehari Dapat Rp20 Ribu: Apa-apa Sekarang Online

Sontak publik dibuat syok setelah melihat kondisi terkini Evan Dimas yang dinilai sangat berbeda.

Padahal di masa kejayaannya dulu saat menjadi Pemain Timnas Indonesia, sosok Evan Dimas tampak selalu bugar.

Ketenarannya dulu tak lepas dari performanya di lapangan hingga menaklukan permainan.

Pemain yang dulu dijuluki Wonderkid Timnas Indonesia ini dikenal sebagai gelandang yang piawai di lapangan. 

Ia menjadi salah satu pemain Timnas yang diandalkan penggemar bola di Tanah Air.

Evan Dimas memiliki gaya permainan yang matang dan tenang dalam menguasai pertandingan. 

Sosoknya dikenal publik setelah penampilan ciamiknya membawa Timnas Indonesia U-19 ketika menjuarai Piala AFF U-19, di tahun 2013 silam. 

Namun, belakangan ini, penampilannya menjadi sorotan netizen di media sosial. 

Bahkan, publik heran dengan kondisi fisiknya yang sangat memprihatinkan.

Evan Dimas terlihat kurus.

Terlihat dari pipinya yang tampak tirus.

Kondisi fisik eks pemain timnas Indonesia, Evan Dimas Darmono, menuai sorotan publik. Begini kondisinya sekarang.
Kondisi fisik eks pemain timnas Indonesia, Evan Dimas Darmono, menuai sorotan publik. Begini kondisinya sekarang. (Instagram/rafi.yudhika - Kompas.com/Garry Lotulung)

Dikutip dari akun Instagram @rafi.yudhika, Evan terlihat mengenakan kaus hitam lengan panjang tengah direkam. 

Penampilan Evan pun sontak membikin syok netizen.

Postingan itu pun menjadi viral. 

Tak sedikit netizen yang menduga Evan menderita suatu penyakit. 

"Apa dia kena diabet?" tulis @andukbudy.

"Kurusmu koyo sakit dalem TBC Paru," ujar @cathouse_51.

"Evan Dimas kayak orang sakit. Kena penyakit apa beliau. Padahal dulu luar biasa," tulis @abdul_ghufron_.

"Semoga Evan Dimas bisa perform lagi, lini tengah timnas butuh beliau sebenarnya," tulis @dadang_mayando.

Baca juga: Sudah Jauh-jauh Kayuh Sepeda, Bocah 15 Tahun Malah Tak Ketemu Gubernur Idolanya, Dijemput Bupati

Di sisi lain, pemain Wolverhampton asal Korea Selatan, Hwang Hee Chan pernah dibanding-bandingkan dengan Evan.

Hal itu berawal ketika keduanya pernah bertemu di kualifikasi Piala Asia U-19 2013 di Jakarta.

Evan kala itu bermain heroik membawa Indonesia mengalahkan Korea Selatan 3-2.

Hwang turut tampil pada laga tersebut.

Kemenangan atas Korea Selatan ini membuat skuat Garuda Muda lolos ke putaran final Piala Asia.

Namun, kini kisah keduanya berbanding 180 derajat.

Karier Hwang justru meroket dengan bergabung dengan klub Liga Austria, FC Liefering. semenjak kalah dari Indonesia.

Setelah itu, Hwang bergabung ke RB Salzburg.

Bahkan, kini Hwang bermain di liga paling kompetitif di dunia, Liga Inggris, dengan bergabung dengan klub Wolverhampton Wanderers.

Keberhasilan Hwang berkompetisi di liga terbaik dunia membuat pencinta sepak bola Indonesia terpana.

Manajemen Persik Kediri resmi melepas Evan Dimas di bursa transfer paruh musim Liga 1 Indonesia 2024/2025.
Manajemen Persik Kediri resmi melepas Evan Dimas di bursa transfer paruh musim Liga 1 Indonesia 2024/2025 (Istimewa)

Saat Hwang berkibar di Inggris, nasib jauh berbeda dialami Evan.

Karier Evan stagnan, Persik Kediri menjadi klub terakhir yang dibelanya.

Namun, ia hanya bermain satu kali selama 22 menit.

Selebihnya, Evan lebih sering tidak masuk skuad atau menjadi penghangat bangku cadangan.

Setelah minim kontribusi, manajemen Persik memutuskan melepas Evan.

Hingga kini, pemain yang digadang-gadang akan menjadi gelandang masa depan Timnas Indonesia tersebut tidak memiliki klub.

Belum ada lagi klub yang menginginkan jasa Evan.

Terakhir, Evan Dimas membela Indonesia di Piala AFF 2020 dan dipercaya menjadi kapten.

Baca juga: 1 Desa Banjir Daging Kurban Hasil Iuran Warga, Bisa Sembelih Ratusan: Bayi Baru Lahir Juga Dapat

Kini jebolan Akademi Persebaya ini mengambil peran baru sebagai pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) Saraswati.

SSB ini awalnya berasal dari Sanggar Kesenian Saraswati yang ada di Dusun Majan, Desa Mojoarum.

Mengawali pembicaraan dengan Tribun Jatim Network, Evan mengaku sudah setahun tinggal di Desa Mojoarum ini.

"Selama saya di Persik Kediri kemarin, saya tinggalnya di Mojoarum. Tidak di mess pemain," ucapnya, saat ditemui di Sanggar Saraswati, Kamis (13/2/2025) sore.

Lanjutnya, setelah dari Sanggar Saraswati, Evan mulai merintis SSB dengan nama yang sama, Saraswati.

Proses ini dimulai saat dia ada pertengahan bergabung dengan Persik Kediri, dimulai hanya dengan beberapa anak saja.

Saat ini, total anak-anak yang bergabung dengan SSB Saraswati ada 22.

Mereka berasal dari Desa Mojoarum dan sekitarnya, seperti Desa Ngrendeng dan Desa Cabe.

Mereka tidak dipungut biaya, justru Evan Dimas yang menyediakan peralatan latihan, seperti bola dan cone.

Dia juga menyiapkan air minum untuk anak-anaknya selepas latihan.

"Setiap hari jumlahnya bertambah. Mayoritas mereka baru pertama gabung ke SSB," sambung Evan.

Menurutnya, saat ini nilai-nilai keindahan sepak bola mulai berkurang, seperti kemenangan yang dicapai dengan berbagai cara.

Hal yang sama juga terjadi pada kesenian, seperti tari dan gamelan yang kurang diminati anak muda.

Evan juga menemukan adanya nilai-nilai dalam seni tradisional yang bisa dibawa ke sepak bola.

"Misalnya menari tentang keluwesan, seperti mengatur tempo. Dalam sepak bola, kalau tidak ada tempo akan pelanggaran terus," katanya.

BERI INSTRUKSI - Evan Dimas Darmoko (kaus biru) tengah memberi instruksi kepada anak didiknya di Sekolah Sepak Bola (SSB) Saraswati Desa Mojoarum, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (13/2/2025). Evan Dimas lebih dulu bergabung di Sanggar Saraswati sebelum merintis SSB Saraswati.
Evan Dimas Darmoko (kaus biru) tengah memberi instruksi kepada anak didiknya di Sekolah Sepak Bola (SSB) Saraswati Desa Mojoarum, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (13/2/2025). Evan Dimas lebih dulu bergabung di Sanggar Saraswati sebelum merintis SSB Saraswati. (TribunJatim.com/David Yohanes)

Untuk menanamkan nilai-nilai sepak bola yang mulai hilang, Evan kadang membawa anak didiknya ke Sanggar Saraswati.

Menurutnya, tantangan melatih anak-anak ini bulan asalah skill dan passing saja, tapi juga mental dan karakter pemain.

Mental dan karakter ini yang dibawa selanjutnya dan sampai pemain membela merah putih.

"Lebih fokus pada pembinaan usia muda. Nyaman dan senang tidak bisa dinilai dengan apapun," ucap Evan Dimas mengutarakan perasaannya.

Baginya, melatih anak-anak di SSB Saraswati bukan sekedar mengajari mereka bermain sepak bola.

Namun juga melatih dan mendidik anak-anak bersikap di luar lapangan dengan menerapkan nilai-nilai yang mulai pudar, seperti menjaga kebersihan selepas latihan dan saling menghormati.

Bukan sekedar tentang kalah dan menang serta skill yang bagus, namun juga kerukunan dan kekompakan.

"Kemenangan tidak bisa dipisahkan dari kerukunan dan kekompakan," ucapnya.

Baca juga: Warga Panik Ibu Hamil yang Ditandu Tiba-tiba Melahirkan di Tengah Jalan, Jalanan Rusak Parah

Selama melatih Evan mendapat dukungan dari banyak pihak, seperti Kepala Desa Mojoarum dan warga sekitar.

Mantan pemain nomor 6 di Timnas ini mengaku merasa senang dan nyaman di SSB Saraswati karena layaknya satu keluarga.

Antara Sanggar Saraswati, SSB Saraswati, dan masyarakat Mojoarum saling mendukung satu sama lain.

Suasana ini yang menurutnya sulit jika sekedar dinilai dengan materi.

Oleh karena itu, untuk saat ini, Evan belum terpikir untuk kembali ke klub profesional.

Bahkan, jika nanti ada klub yang menggunakan jasanya, Evan bertekad tetap akan melatih di SSB Saraswati.

"Melatih memang tidak bisa orientasi materi, tapi tekad mendidik generasi muda dengan nilai-nilai yang saat ini mulai hilang," tegasnya.

Berada di Sanggar Seni Saraswati membuat Evan punya kesempatan belajar kesenian.

Mesti belum ahli, Evan mulai menguasai alat musik gamelan, dan secara khusus tengah meminati kendang.

Menurutnya, ada filosofi kesenian yang bisa dibawa ke sepak bola, seperti tempo yang sangat penting dalam gamelan dan tari.

Dalam sepak bola tempo memegang peran penting, karena tidak mungkin sebuah tim bermain kencang terus.

Sebagai seorang gelandang, Evan mengaku harus pantai bermain tempo karena tanpa tempo maka akan terus melakukan pelanggaran.

"Ada hal yang sama antara seni dan sepak bola.  Jadi kita punya sesuatu yang dibawa ke sepak bola," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved