Alasan Wali Kota Larang Hajatan Pakai Makanan Prasmanan, Ingatkan Warga Tak Boros dan Pakai Kardus
Sebagian masyarakat kini dilarang sajikan prasmanan saat gelar hajatan. Larangan itu dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Madiun.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Sebagian masyarakat kini dilarang sajikan prasmanan saat gelar hajatan.
Larangan itu dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur.
Pemkob Madiun akan menerbitkan aturan agar hajatan tidak lagi menyajikan makanan bagi tamu dengan model prasmanan.
Selain boros makanan, model penyajian makanan secara prasmanan disebut menghasilkan banyak sampah.
Wali Kota Madiun, Maidi mengatakan aturan pelarangan sajian makanan secara prasmanan saat hajatan untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun.
Tak hanya itu, kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada di Kelurahan Winongo pun sudah overload dan menggunung dengan ketinggian 20 meter.
“Hari ini banyak yang gengsi. Mau pernikahan besar-besaran. Akhirnya yang sisa (makanannya) banyak. Kondisi budaya seperti ini harus diubah. Insya Allah saya buat perwal di Madiun. Hajatan boleh di gedung, tetapi jangan prasmanan. Pakai kardus saja,” kata Maidi, melansir dari Kompas.com.
Untuk diketahui jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun mencapai 100 ton hingga 120 ton.
Sementara tumpukan sampah yang menggunung di TPA Winongo sudah mencapai ketinggian 20 meter.
Baca juga: Mbah Suparti Lemas Pulang Hajatan Kehilangan Harta Rp 152 Juta, Anak Kecil Syok Lihat Api Menyebar
Bagi Maidi, penyajian makanan dengan model tidak prasmanan akan menghemat pangan.
Dengan demikian, makanan yang disajikan akan habis sesuai dan tidak dibuang lagi.
"Kita harus hemat pangan. Jangan boros. Kalau kita boros alam tidak akan menjamin ke depan,” ungkap Maidi.
Menurut Maidi, dengan model penyajian tidak prasmanan maka tamu bisa membawa pulang makanan.
Selanjutnya makanan yang dibungkus dalam kardus dapat dinikmati bersama keluarga di rumah.
“Kalau dibawa ke rumah tidak menyisakan makanan. Dan TPA kita tidak berkelebihan. Kalau prasmanan banyak sisa,” tutur Maidi.
Tak hanya itu, demikian Maidi, makan banyak akan berdampak kesehatan seperti penyakit hipertensi.
Terlebih data di Kota Madiun banyak warga yang terkena penyakit hipertensi tinggi. Kondisi itu terjadi lantaran warga banyak makan tetapi tidak diimbangi dengan olahraga.
Baca juga: Demi Cita-cita Anak Jadi Manajer, Mak Rasi Bantu Masak Hajatan Orang untuk Bisa Makan: Nanti Dikasih
Sementara itu, sebelumnya insiden keracunan massal terjadi di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Data terbaru menyebutkan, total 127 warga mengalami keracunan, sedangkan satu orang dilaporkan meninggal dunia.
Para warga keracunan usai menyantap hidangan dalam acara syukuran sekaligus halal bihalal dan mengundang pentas seni wayang.
Sumardi, keluarga penyelenggara tak menyangka hajatan yang pihaknya gelar berujung insiden keracunan.
Adik ipar dari pemilik hajatan itu mengaku sangat terkejut lantaran hidangan makanan yang disajikan untuk warga dan tamu undangan saat menyaksikan pentas wayang orang di depan rumahnya pada Sabtu (12/4/2025) malam lalu justru berujung petaka.
Ratusan warga sampai harus mendapatkan perawatan medis hingga membuat satu di antaranya meninggal dunia usai menyantap nasi kotak yang disediakan oleh keluarga Sumardi.
Sumardi menceritakan, memang pada Sabtu siang kala itu keluarga besarnya mengadakan acara pertemuan dalam balutan halal bihalal.
Setelah acara tersebut, keluarga besar juga mengadakan pentas wayang kulit untuk umum.
"Siangnya keluarga yang malamnya wayangan. Siang acara Trah, terus malam dilanjut wayangan aja," terang Sumardi saat ditemui awak media, Selasa (15/4/2025), melansir dari TribunSolo.
Lebih lanjut Sumardi menerangkan bahwa pada saat pentas wayang kulit.
Sekitar 200-an warga ikut menghadiri dan menyantap sajian yang disiapkan oleh keluarganya tersebut.
"Undangannya banyak yang diundang, ada snack-nya 250 kata yang masak. Ada juga desa lain," ungkapnya.
Sementara itu, pihak keluarga disebut Sumardi setidaknya menyediakan 250 lebih makanan ringan dan berat termasuk nasi kotak yang kini diduga menjadi penyebab keracunan massal.
Makanan-makanan tersebut merupakan hasil masakan yang disiapkan oleh warga sekitar kediaman sang kakak.
"Rewang atau gotong royong warga. Ada Snack-nya kacang brownis, makanannya ya nasi, rendang, sambel goreng krecek, acar sama krupuk," kata dia.
Baca juga: Tamu Kaget Panggung Mendadak Roboh saat Joget Musik Remix, Pemilik Hajatan Awalnya Izin Dangdutan
Pria berdomisili di Pekanbaru, Kepulauan Riau itupun tak menyangka ternyata usai acara pentas wayang, seratusan warga secara bersamaan mengeluh sakit dan ternyata mengalami keracunan.
Bahkan sang kakak, Waluyo yang merupakan pemilik rumah juga mengalami hal serupa hingga harus dirawat di rumah sakit.
"Ya kaget, saya terus terang kaget. Informasinya kok ada yang diare. Keluarga ada yang dirawat (di RS) satu. Kakak, soalnya ini rumah kakak, kami ngerantau," lanjut dia.
"Kondisinya awal pusing sama diare. Awalnya di rumah sekarang dibawa ke RS Bagaswaras," imbuh Sumardi.
Atas kejadian tersebut, Sumardi dan keluarga besarnya meminta maaf kepada seluruh warga yang menjadi korban keracunan massal.
Bahkan Sumardi dan keluarga berinisiatif untuk mendatangi tiap korban termasuk keluarga Suparno yang meninggal dunia usai dirawat di rumah sakit.
Meski demikian, Sumardi bersyukur ia tak menjadi korban lantaran kebiasaannya yang tak makan setelah pukul 22.00 WIB malam.
"Saya kebetulan lewat jam 10 malam sedang tidak makan," pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
dilarang sajikan prasmanan saat gelar hajatan
Pemerintah Kota Madiun
Wali Kota Madiun
Maidi
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Baru Sadar, Pedagang Layani Transaksi Rp 350.000 Padahal Penipu Cuma Transfer Rp 350 |
![]() |
---|
Pembangunan Flyover Taman Pelangi Bakal Mulai, Pemkot Surabaya Ratakan Puluhan Rumah, Eri: Bulan ini |
![]() |
---|
Melihat Rumah Mewah Bos Minyak Riza Chalid yang Kini Jadi Tersangka Korupsi Pertamina |
![]() |
---|
Dinas Kesehatan Kediri Dorong Pengembangan Tanaman Obat Keluarga dan Akupresur di Tingkat Desa |
![]() |
---|
Hukuman untuk Polisi Lempar Helm ke Siswa SMK hingga Koma, Keluarga Korban: Beri Bingkisan untuk Apa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.