Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Gajinya Rp900 Ribu, Teluning Penjual Cireng Nangis Anak Bisa Kuliah Gratis di UGM, Ingat Pesan Suami

Seorang anak penjual cireng bisa kuliah gratis di UGM atau Universitas Gadjah Mada dengan beasiswa.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA
KISAH INSPIRATIF - Artita Lindu Rilawati saat bersama ibundanya Teluning. Warga Tompeyan, Tegalrejo, Kota Yogyakarta akhirnya bisa kuliah gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ibunya yang merupakan penjual cireng bangga. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang anak penjual cireng bisa kuliah gratis di UGM atau Universitas Gadjah Mada dengan beasiswa.

Anak penjual cireng itu bernama Artita Lindu Rilawati (19), warga Tompeyan, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.

Tangis Teluning (41), sang ibu pun pecah atas apa yang diraih anaknya.

Diketahui, Artita diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM.

Kegigihan Artita dalam belajar membuat ia bisa berkuliah di kampus impian secara gratis karena mendapat beasiswa berupa potongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100 persen.

“Biasanya latihan soal-soal pakai buku sama HP, setiap hari di ruang tamu ini,” ungkap Artita dalam keterangan tertulis Humas UGM, Selasa (24/06/2025), melansir dari Kompas.com.

Sejak SMA, Artita dikenal sebagai siswi berprestasi di SMAN 2 Yogyakarta. Ia rajin belajar dan kerap menjadi juara kelas.

Salah satu mata pelajaran favoritnya adalah sejarah Indonesia, yang menurutnya menyenangkan karena mengajarkan pola kehidupan masyarakat dari zaman penjajahan hingga masa kini.

Selain akademik, Artita juga aktif di bidang seni. Ia gemar menggambar, melukis, dan menari. Ketika jenuh belajar, ia menuangkan energinya melalui aktivitas seni.

Rencananya, ia akan bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kesenian di kampus.

Baca juga: Anak Tukang Masak Lolos Masuk ITB Jalur Prestasi, Nyambi Kerja Hidupi Keluarga, Kini Dapat Rp40 Juta

Artita diterima di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Ia juga mendapatkan beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen, sehingga bisa menempuh pendidikan secara gratis.

“Saya sangat bersyukur sekali, bisa meringankan beban ibu untuk membiayai saya kuliah nanti,” ucap Artita.

Ia pun berpesan kepada teman-temannya untuk tidak menyerah meski memiliki keterbatasan ekonomi.

“Jangan ragu dan jangan takut, buat teman-teman karena apapun selama berusaha pasti ada jalannya,” katanya.

Artita dibesarkan oleh ibunya, Teluning (41), seorang ibu tunggal yang mencari nafkah dengan berjualan cireng.

Sejak lima tahun lalu, Teluning menjadi tulang punggung keluarga setelah ditinggal sang suami.

Baca juga: Sosok Rofidah Anak Sopir Truk Dapat Beasiswa Kuliah UGM, Puisinya Pernah Terbit di Buku Najwa Shihab

Dengan penghasilan sekitar Rp 900 ribu per bulan, Teluning berjualan di Purwokerto, di depan rumah peninggalan almarhum suaminya.

Ia setiap hari pulang-pergi dari Yogyakarta ke Purwokerto demi mencukupi kebutuhan hidup.

“Saya ingat pesan suaminya dahulu agar bisa menjaga dan membesarkan Artita sepenuh hati,” ucap Teluning dengan mata berkaca-kaca.

Karena aktivitasnya di luar kota, Teluning jarang bertemu dengan Artita.

Meski demikian, ia tetap bersyukur karena Artita tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan berprestasi, tinggal bersama kakek, nenek, dan tantenya di rumah.

“Saya merasa kehilangan waktu bersama, karena harus pergi pagi pulang malam,” ungkapnya.

Teluning sempat tak tahu bahwa Artita mendaftar kuliah ke UGM, hingga akhirnya diberi kabar setelah sang anak dinyatakan lolos.

“Tahu-tahu keterima di UGM, saya ini nggak ngeh,” tuturnya.

Ia pun bersyukur anak semata wayangnya berhasil diterima di kampus impian, dan bahkan mendapatkan subsidi UKT 100 persen.

Sebelumnya juga viral kisah anak pedagang kantin kuliah gratis di UGM bahkan UKT Rp 0.

Ia adalah Varen Syifa Maudina (19).

Varen merupakan mahasiswi baru Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, FTP UGM yang berhasil diterima untuk kuliah lewat jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) dan memperoleh pembebasan UKT 100 persen.

Baca juga: Sosok Devit Anak Kuli Angkut Masuk ITB hingga Bikin Warga Sekampung Bangga, Kini Siap Merantau

Di balik prestasi gemilangnya, berdiri sosok ibu luar biasa yang selama ini menjadi sumber kekuatan dan menjadi penopang keluarga.

Sejak masih bayi, Varen tumbuh tanpa kehadiran sang ayah yang pergi meninggalkan mereka. 

Sang bunda, Siti Darojah (53), mengambil peran sebagai pengasuh sekaligus tulang punggung keluarga.

Setelah gempa 2006 menghancurkan usaha keluarga dan disusul dengan masalah rumah tangga, ia tidak memiliki pilihan lain selain berjualan di kantin sekolah dasar daerah Jetis, Bantul, untuk mencukupi kebutuhan Varen dan kakaknya yang saat itu tengah SD.

“Saya memprioritaskan anak-anak, apapun saya lakukan dan saya fokuskan untuk kehidupan anak,” ujar Siti dikutip dari laman UGM, Minggu (22/6/2025), via Kompas.com.

Dengan profesi ibunya tersebut, Varen sudah terbiasa bangun pagi sejak kecil untuk membantu ibunya menyiapkan menu yang akan dijajakan di sekolah.

Bahkan, ia sudah sampai di gerbang sekolah pukul 05.00, karena ibunya harus segera bergegas untuk mempersiapkan lapak.

Baca juga: 1 Kampung Patungan Biayai Devit Anak Kuli Angkut yang Masuk ITB, Rektor Nangis saat Jemput di Rumah

Ia mengaku bangga akan perjuangan ibunya yang mengusahakan segalanya untuknya.

Lebih dari itu, Varen turut serta membawa beberapa dagangan ibunya untuk ia titipkan di kantin sekolahnya atas inisiatifnya sendiri.

“Sejak SD sampai SMA sekolah Varen memang jauh dari rumah, itu saya lakukan supaya dia nggak dapat tekanan sosial kalau bersekolah di sekitar lingkungan rumah dan ditanya tentang ayahnya,” tutur Siti dengan penuh haru.

Sejak SMP, Varen sudah merancang masa depannya dan menempatkan kampus UGM sebagai target tempat kuliah.

Kecintaannya pada kimia menuntunnya pada Prodi Teknologi Pangan.

Meski keterbatasan ekonomi membuatnya tidak bisa ikut bimbel, Varen menempuh jalur lain dengan memanfaatkan les murah, belajar mandiri via daring, dan bergantung pada doa serta tekad.

“Ibu saya tidak pernah bilang keberatan, selalu mendukung dan membebaskan pilihan saya. Saya percaya kalau kita niat cari ilmu, Allah pasti kasih jalan,” ungkapnya.

Meskipun dikenal pendiam, Varen memiliki prestasi di kelas dengan meraih peringkat tinggi di setiap jenjang sekolahnya dan menjuarai lomba menggambar sejak kecil.

Ia juga memiliki kesan positif di mata guru dan teman-temannya.

“Anaknya memang pendiam, tapi dia tanggap sama lingkungan sekitar, baik sama keluarga atau ke teman-temannya,” nilai Siti.

Dalam hidupnya, Varen mengaku selalu memegang pesan ibunya untuk selalu memegang teguh nilai-nilai kejujuran, rendah hati, mandiri, dan dorongan untuk bersedekah walaupun berada dalam kekurangan.

Kini, sebagai mahasiswa baru UGM, Varen memiliki mimpi lebih besar lagi untuk melanjutkan S2 dan berkiprah di sektor pemerintahan atau BUMN sebagai wujud terima kasih kepada sang bunda.

“Saya akan buktikan pada Ayah saya bahwa anak yang ditinggalkannya bisa melakukan suatu yang besar, saya dan kakak perempuan saya bisa berkuliah,” katanya dengan bersemangat.

“Untuk semua yang tengah berjuang, dinikmati aja karena suatu hari nanti kita mesti mendapatkan hasil dari apa yang telah kita perjuangkan dengan bangga,” pungkas Varen.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved