Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Warga Kaget Cek Tensi di Posyandu Lansia Diminta Bayar, Dinkes Sebut Sumbangan Sukarela: Masuk Kas

Warga yang melapor itu berasal dari Kelurahan Kranji, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
KELUHAN SOAL POSYANDU - Foto sejumlah petugas mendata dan memeriksa kesehatan seorang lansia di Posyandu Pelangi VII Kelurahan Petisah Tengah Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (11/4/2019). Baru-baru ini viral keluhan warga soal cek tensi di Posyandu Lansia di Banyumas diminta bayar. 

TRIBUNJATIM.COM - Viral keluhan warga terkait cek tensi di kegiatan Posyandu Lansia diminta bayar.

Warga yang melapor itu berasal dari Kelurahan Kranji, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Ia mengaku bingung saat ikut kegiatan Posyandu Lansia belum lama ini.

Pasalnya, saat akan cek tekanan darah atau tensi, ada permintaan untuk membayar.

Menanggapi kebingungan ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas angkat bicara.

Aduan seorang warga itu muncul pada Rabu (9/7/2025).

Ia merasa heran karena ada pungutan pembayaran di Posyandu Lansia Kranji.

"Info di mana-mana gratis, kok di sini cek tekanan darah disuruh bayar," tulisnya dalam aduan, melansir dari TribunBanyumas.

Terkait ini, pihak Dinkes Banyumas menegaskan, aturan untuk cek tekanan darah di semua posyandu adalah gratis.

Jadi, warga tidak wajib membayar sepeser pun untuk layanan ini.

Terkait permintaan uang, menurut Dinkes, di posyandu memang biasanya disediakan sebuah kotak atau kaleng. Kotak ini bukan untuk bayar cek tensi, tapi untuk sumbangan sukarela.

Artinya, warga boleh mengisi seikhlasnya, tidak ada paksaan dan tidak ada patokan harga. Mau menyumbang boleh, tidak juga tidak apa-apa.

Baca juga: Tilep Duit Negara Rp 406 Juta, Bendahara Desa Hilangkan Gaji RT RW, Program Posyandu Hingga Lansia

Uang yang terkumpul di kotak itu pun bukan untuk petugas. 

Uang itu dimasukkan ke kas posyandu dan akan dipakai untuk membeli Pemberian Makanan Tambahan (PMT), seperti bubur kacang hijau atau biskuit, yang nantinya dibagikan lagi ke para peserta posyandu itu sendiri.

Dinkes juga menjelaskan, posyandu yang ada di wilayah kelurahan (perkotaan) memang tidak punya anggaran khusus dari pemerintah untuk operasional sehari-hari.

Jadi, kegiatannya berjalan dari sumbangan warga untuk warga.

Beda ceritanya kalau cek gula darah, asam urat, atau kolesterol.

Kalau pemeriksaan itu memang ada biayanya karena alatnya butuh dibeli dan tidak gratis dari pemerintah.

Baca juga: Hasil Uji Lab Keracunan Massal di Wonorejo Tulungagung, Warga Sempat Mual Usai Santap Soto Posyandu

Dalam berita lain, seorang wanita mengeluh kena getok harga tarif parkir di Bandung.

Ia mengungkap kekesalannya terkait tarif parkir yang menurutnya tak lazim tersebut lewat media sosial.

Dalam video yang viral beredar, wanita tersebut menceritakan kronologi kena getok harga tersebut.

Wanita ini menceritakan bahwa kebetulan dia mengantar teman prianya untuk salat Jumat menggunakan mobil.

Dia mengantar salat Jumat di Masjid Agung Kota Bandung.

Lantas ia pun berniat memarkirkan mobilnya di basement area masjid, namun sudah penuh.

"Kita teh enggak dapet parkiran di basement karena sudah penuh ya," ujar wanita tersebut, dikutip dari unggahan media sosial TikTok Dedi Mulyadi pada Jumat (4/7/2025).

Lalu, wanita ini mengatakan, karena tidak kebagian lahan parkir di sekitar masjid, dia berkeliling mencari tempat parkir lain.

Kemudian dia mendapati adanya mobil-mobil parkir di sebuah area bahu jalan dan masih ada area yang kosong.

Wanita ini pun mengaku memilih memarkirkan mobilnya di lokasi tersebut.

"Terus kita cari-cari muter-muter, akhirnya kita menemukan parkiran di sini, karena orang-orang pada parkir ke sini," katanya.

"Kayaknya mereka juga mau tidak mau karena sudah telat, sudah mau jam 12.00, takut keburu beres Jumatannya," sambung wanita tersebut.

Setelah parkir di lokasi tersebut, tiba-tiba datang pria dengan wajah polos menyodorkan karcis parkir.

Wanita ini terkejut dengan nominal yang tertera di karcis tersebut.

"Kita parkir, terus tiba-tiba datang si bang parkirnya."

"Dengan polosnya, 'Ini Neng, bayar dulu langsung Rp20 ribu', katanya," cerita wanita tersebut.

"Bjir ceuk aing teh Rp20 ribu? Enggak salah? Kita teh mau ibadah, kenapa kamu mempersulit, memanfaatkan tahu enggak," curhatnya kesal.

Baca juga: Kader Posyandu di Banyuwangi Ikut Jambore, Tingkatkan Pengetahuan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Rupanya curhatan wanita Bandung tersebut sampai ke telinga Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi memberikan respons soal curhatan wanita Bandung yang kaget tarif parkir Rp 20 ribu.

Dedi Mulyadi gerak cepat (gercep) berikan tindakan mengadu ke Kapolres.

Terkait curhatan wanita Bandung tersebut, Gubernur Dedi Mulyadi langsung memberikan respons.

Gubernur Jawa Barat ini mengaku langsung mengadukan hal itu ke Kapolres.

"Buat ibu yang tadi malam ngeluh masalah parkir liar di Kota Bandung mungut Rp20 ribu, jam 02.00 dini hari, saya WA Kapolrestabes Kota Bandung," kata Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi juga mengatakan bahwa pelaku diduga parkir liar tersebut sudah diamankan polisi.

Dalam postingan TikTok-nya, Dedi juga memposting foto terduga pelaku yang sedang diperiksa polisi.

"Hari ini pelakunya sedang diamankan dan diperiksa di Polrestabes Kota Bandung."

"Pengaduan ibu sudah kami tindaklanjuti, semoga Bandung semakin baik, semakin bebas dari kegiatan pungli, semakin tertata dan bebas macet," ungkap Dedi Mulyadi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved