Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ulma Guru SMAN Keberatan Dimutasi karena Punya Anak ODGJ, Curigai Motif Politik

Seorang guru mengungkap keberatannya soal mutasi yang ia alami. Guru itu bernama Ulma Ely (45).

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TribunAmbon.com/ Jenderal Louis
GURU KEBERATAN DIMUTASI - Ulma Ely (45), guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 45 Maluku Tengah, yang keberatan dengan mutasi mendadaknya ke SMA Negeri 24 Maluku Tengah di Negeri Sepa. Ungkap fakta pilu soal keluarganya. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang guru mengungkap keberatannya soal mutasi yang ia alami.

Guru itu bernama Ulma Ely (45).

Ulma awalnya adalah guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 45 Maluku Tengah.

Lalu dimutasi mendadak ke SMA Negeri 24 Maluku Tengah di Negeri Sepa.

Mutasi tersebut dianggap tidak sesuai prosedur dan sangat memengaruhi kondisi keluarganya.

Ulma memiliki lima orang anak.

Yang paling membutuhkan perhatian khusus adalah anak keduanya yang mengidap sakit Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

"Saya keberatan karena anak saya ada lima, terus anak kedua saya mengidap ODGJ, dia sudah dua kali masuk rumah sakit untuk perawatan," ungkap Ulma, seperti dilansir TribunJatim.com dari TribunAmbon.

Bagi seorang ibu, kondisi ini adalah beban mental dan fisik yang luar biasa. 

Ulma menjelaskan betapa krusialnya perannya dalam mengasuh anaknya secara langsung.

"Saya harus mengasuh anak saya secara langsung, kalau saya mengajar di Sepa tentu sangat kasihan anak saya tidak ada yang perhatikan. Bagaimana perasaan saya sebagai seorang ibu," tuturnya.

Selain anak ODGJ, Ulma juga memiliki anak bungsu yang baru berusia 1 tahun.

Hal ini menambah daftar panjang tanggung jawab yang harus dipikulnya. 

Baca juga: Sutarman Guru SDN Terpaksa Ngajar Murid di Lantai Musala karena Kelas Kurang: Belajarnya Gantian

Beban ini semakin berat karena kedua orang tuanya juga dalam kondisi sakit-sakitan.

Permasalahan mutasi ini semakin rumit lantaran Ulma Ely tidak memiliki tempat tinggal di Negeri Sepa, lokasi mutasinya. 

Hal ini memaksanya untuk bolak-balik setiap hari dari Masohi ke Negeri Sepa dengan durasi perjalanan lebih dari dua jam karena ia indekos di Masohi. 

Kondisi ini secara otomatis membuat biaya hidupnya membengkak dan menjadi beban finansial tambahan yang tidak sedikit.

"Karena itu saya minta saya bisa kembali mengajar sebagai guru di Kecamatan Leihitu agar saya lebih dekat dengan keluarga," pinta Ulma Ely penuh harap. 

Ia sangat mendambakan bisa kembali mengajar di lokasi yang lebih dekat dengan keluarganya.

Demi memastikan semua anaknya, terutama yang membutuhkan perhatian khusus, dapat terurus dengan baik.

Baca juga: Alasan 1 Siswa & 1 Guru Sekolah Rakyat Sudah Mengundurkan Diri Padahal Baru 2 Pekan Berjalan

Kisah Ulma Ely ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan kondisi pribadi dalam setiap kebijakan mutasi.

Terutama bagi tenaga pendidik yang memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarga. 

Sebelumnya, Ulma Ely menduga mutasi ini bermotif politik, mengingat ia merasa tidak pernah mengajukan permohonan mutasi maupun melakukan pelanggaran sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). 

Ketidaksesuaian prosedur dan alasan mutasi ini menjadi inti dari kekecewaannya.

Berita Lain

Video seorang guru memukul siswa beredar di sejumlah media sosial. Video yang diduga direkam salah satu siswa itu terjadi di SMAN 1 Pamekasan pada Senin (28/7/2025)

Pada video yang berdurasi lima detik itu terlihat ada dua kali pukulan ke arah kepala siswa. Pemukulan dilakukan oleh guru berseragam ASN.

Pemukulan itu terjadi pada saat pelajaran Bahasa Indonesia. Pemukulan terjadi di hadapan para siswa di sekolah tersebut.

Seorang siswa yang berdiri di antara siswa lainnya didekati dan dipukul oleh guru itu.

Pada dua pukulan itu terdengar suara cukup keras. Namun siswa tersebut hanya bisa memegang pipinya.

Kepala SMAN 1 Pamekasan Ali Umar Arhab membenarkan kejadian tersebut. Guru tersebut berstatus ASN dan sudah mendapatkan sanksi.

"Sudah dihadiri dari polsek, kelurahan dan komite. Siswa dan orangtuanya sudah menerima kejadian itu," katanya.

Menurutnya, kejadian itu mengganggu pelajaran yang berlangsung saat itu.

"Bisa jadi mengganggu pelajaran Bahasa Indonesia pada saat itu," ucapnya.

Pihaknya menduga terjadi keteledoran dan kekhilafan yang dilakukan guru di SMAN 1 Pamekasan. Sebab, semestinya tidak boleh ada kekerasan fisik di lingkungan sekolah.

"Makanya ada sanksi yang diberikan. Tapi sanksinya terkait kedinasan di sekolah," ucapnya.

Guru tersebut mendapatkan sanksi peringatan tertulis yang ditandatangani pihak Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur.

Masalah tersebut sudah selesai setelah ada klarifikasi antara guru dan orangtua siswa.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved