Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gara-gara Kelebihan Pagu, Sejumlah Siswa di Sidoarjo Terpaksa Dipindah Sekolah

Sejumlah siswa SD di Sidoarjo, Jawa Timur, terpaksa dipindah sekolah karena sekolahnya kelebihan pagu.

Penulis: M Taufik | Editor: Dwi Prastika
Istimewa/TribunJatim.com
HEARING - Suasana pertemuan Dinas Pendidikan Sidoarjo bersama sejumlah kepala sekolah dan Komisi D DPRD Sidoarjo, Kamis (21/8/2025). Hearing digelar terkait beberapa sekolah di Sidoarjo yang kelebihan murid. 

Poin Penting:

  • Karena kelebihan pagu, sejumlah siswa SD di Sidoarjo terpaksa dipindah sekolah.
  • Padahal mereka sudah sekitar dua bulan belajar di sekolah tersebut. 
  • Paling banyak dialami SDN Candipari II dan SDN Kesambi, di Porong, Sidoarjo.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, M Taufik

TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Sejumlah siswa SD di Sidoarjo, Jawa Timur, terpaksa dipindah sekolah karena sekolahnya kelebihan pagu.

Komisi D DPRD Sidoarjo sampai ikut turun tangan mengurai persoalan yang sedang menjadi perbincangan sejumlah kalangan tersebut. 

Yakni persoalan di SDN Candipari II dan SDN Kesambi, yang berada di Porong, Sidoarjo.

Di SDN Candipari 2, ada kelebihan 14 siswa, dan di SDN Kesambi ada kelebihan 12 siswa, saat penerimaan siswa baru kemarin.  

Karena kelebihan pagu, para siswa itu harus dipindahkan ke sekolah lain di sekitar.

Padahal mereka sudah sekitar dua bulan belajar di sekolah tersebut. 

“Gara-gara kesalahan sistem dan pemahaman. Akhirnya siswa yang menjadi korban, kan kasihan mereka,” kata Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo, Dhamroni Chudlori dalam hearing yang digelar di gedung dewan, Kamis (21/8/2025). 

Hearing itu dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Tirto Adi dan 11 kepala sekolah di Sidoarjo.

Berbagai hal dibahas terkait perkara kelebihan pagu yang terjadi di sejumlah sekolah dalam penerimaan siswa baru tahun ini.  

Kepala SDN Candipari 2, Susanto, berdalih bahwa semua siswa yang diterima adalah warga sekitar sekolah.

Disebutnya bahwa keberanian menerima siswa melebihi pagu, karena memang aturannya boleh. 

“Siswa-siswa itu warga sekitar, sehingga semua diterima. Karena sistemnya boleh menerima lebih dari pagu, kemudian setelah proses SPMB bisa mengajukan penambahan pagu,” katanya. 

Baca juga: Hanya 14 SMP Negeri di Ponorogo yang Penuhi Pagu PPDB 2025, Ini Kata Kadindik

Namun dia mengakui ada kesalahan.

Setelah proses Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), tidak mengajukan tambahan pagu.

Dia pun menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan itu dalam hearing ini. 

Sementara Kepala SDN Kesambi, Nafidatul Ummah, mengaku hanya melanjutkan kebijakan kepala sekolah yang lama.

Dia baru menjabat di sana setelah proses SPMB. 

Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Tirto Adi menyebut ada 11 sekolah di Sidoarjo yang kelebihan pagu.

Totalnya terdapat 48 siswa yang harus dipindahkan ke sekolah lain.

“Dari sejumlah sekolah itu, yang paling banyak ada di SDN Candipari II dengan 14 siswa dan SDN Kesambi 12 siswa, sisanya tersebar di sekolah lain," ungkap Tirto. 

Pihaknya sudah meminta agar siswa yang kelebihan pagu dipindahkan ke sekolah terdekat.

Pertimbangannya, yang utama adalah nasib anak-anak harus diselamatkan.

"Kepala sekolah kurang cermat dalam membaca aturan, padahal, satu bulan setelah SPMB mereka bisa mengajukan tambahan rombel," urainya. 

Namun, hal itu tidak dilakukan oleh pihak sekolah.

Karena itu, ke depan, pihaknya akan melakukan sosialisasi lebih intens agar kepala sekolah lebih memahami aturan.

Punishment (hukman) tentu ada, teguran lisan sudah kami lakukan, selanjutnya kami juga akan memberikan peringatan tertulis," tegas Tirto. 

Dalam hearing juga disepakati bahwa polemik tersebut sudah mendapatkan solusi.

Semua pihak sepakat, persoalan ini murni karena kesalahan sistem.

“Kalau SDN itu penuh, artinya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah negeri kembali naik,” kata Dhamroni Chudlori

Namun dalam hal ini terlihat bahwa kepala sekolah gagal memahami aturan teknis yang seharusnya bisa diprediksi sejak awal.

Karenanya ia meminta kepala sekolah belajar, jika diminati banyak masyarakat agar disesuaikan dengan rombelnya. 

Dhamroni menambahkan, anak-anak yang terdampak butuh pendampingan orang tua.

Hal ini untuk menjaga kondisi psikologis mereka agar tetap nyaman.

“Trauma healing penting agar siswa tidak merasa dikucilkan di sekolah barunya, transisi perpindahan siswa harus benar-benar dikawal," pesannya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved