Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Viral Internasional

Minta Maskawin Rp700 Juta Tak Dituruti, Suami Bakar Istri hingga Tewas, Berkomplot Sama Ibu

Seorang suami membakar istrinya sendiri secara hidup-hidup di Greater Noida, Uttar Pradesh, India.

via Tribunnews
PEMBUNUHAN ISTRI - Ilustrasi pengantin India. Seorang suami membakar istrinya sendiri secara hidup-hidup di Greater Noida, Uttar Pradesh, India. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang suami membakar istrinya sendiri secara hidup-hidup di Greater Noida, Uttar Pradesh, India.

Pelaku ialah Vipin, sementara korban bernama Nikki.

Kematian Nikki disaksikan oleh anaknya yang masih berusia 6 tahun.

Dalam kasus pembunuhan tersebut, Vipin bersekongkol dengan ibu dan saudaranya.

Anak Nikki mengatakan, ayahnya bersama nenek (ibu Vipin) menyiram cairan ke tubuh ibunya lalu menampar dan membakarnya menggunakan korek api.

“Mereka menuangkan sesuatu ke tubuh mama, lalu menamparnya, kemudian membakarnya dengan korek api,” ungkapnya polos di hadapan media seperti dikutip dari India Today melansir Tribunnews, Minggu (24/8/2025).

Ketika ditanya apakah benar ayahnya yang membunuh sang ibu, bocah itu hanya mengangguk pelan.

Baca juga: Diduga Selingkuh saat Suami Dipenjara, Wanita ini Ditemukan Meninggal di Kos Dibunuh Kekasih Gelap

Penyelidikan Polisi dan Penangkapan Suami 

Atas laporan Kanchan, polisi segera bertindak.

Kasus dilaporkan dengan pasal pembunuhan, konspirasi kriminal dan penganiayaan.

Suami korban, Vipin, sudah ditangkap sementara ibu mertua dan ipar laki-laki korban masih buron hingga kini.

Polisi memastikan penyelidikan terus dikembangkan, termasuk kemungkinan keterlibatan anggota keluarga lain.

Baca juga: Pulang Memijat, Suami Panik Lihat Istri Kepalanya Ditutupi Kain, Uang Rp150 Juta Ludes

Motif Mas Kawin yang Tak Pernah Puas

Kanchan, kakak korban menegaskan, adiknya dibunuh karena keluarga suami tidak puas dengan permintaan mas kawin yang tidak terpenuhi.

“Setelah menikah, mereka menuntut Rs 35 lakh (sekitar Rp 700 juta). Kami bahkan sudah memberikan satu mobil tambahan, tetapi tuntutan dan penyiksaan tidak pernah berhenti,” ungkap Kanchan.

Ia menambahkan Nikki kerap dipukuli di leher dan kepala, bahkan pernah disiram cairan kimia.

“Anak-anak kami ada di rumah saat itu. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka juga menyiksa saya,” katanya sambil menggendong anak Nikki.

Kasus Nikki menambah daftar panjang kematian perempuan akibat mas kawin (dowry death) di India

Meski praktik mas kawin telah dilarang secara hukum, kenyataannya tekanan sosial ekonomi membuat tradisi ini tetap berlangsung dan kerap berujung pada kekerasan domestik.

Kematian Nikki kini menjadi sorotan publik, memicu gelombang kemarahan dan seruan agar pemerintah memperketat hukum serta memberikan perlindungan lebih kuat kepada perempuan.

Baca juga: Suami Ngamuk usai Kepergok Selingkuh dengan Teman Dekat Istrinya Sendiri

Kontroversi Mahar di India

Dulunya, mahar diartikan sebagai perhiasan emas yang diserahkan orang tua ke keluarga pengantin lelaki ketika anak perempuan mereka menikah.

Kini mahar dapat mencakup berbagai hadiah mahal untuk keluarga mempelai lelaki, termasuk rumah dan mobil sehingga membebani keluarga perempuan.

Meski telah dilarang sejak 20 tahun lalu, kebiasaan ini masih dipraktikkan secara luas.

Tidak jarang, sengketa terkait mahar menyebabkan pertengkaran dan pelecehan yang terkadang berakhir dengan kematian.

Tuntutan mas kawin bahkan sering berlanjut selama beberapa tahun setelah pernikahan.

Setiap tahun, ribuan perempuan muda India disiram dengan bensin dan dibakar hingga tewas karena pengantin lelaki atau keluarganya merasa mahar yang diberikan tidak memadai.

Aktivis hak-hak perempuan mengatakan bahwa celah dalam undang-undang pencegahan mas kawin, keterlambatan dalam penanganan, dan rendahnya tuntutan hukum terhadap pelaku telah menyebabkan kenaikan dalam kejahatan terkait mas kawin.

Tuntutan mahar telah menjadi lebih mendesak dan mahal menyusul booming ekonomi India, kata Ranjana Kumari, seorang aktivis hak perempuan yang juga peneliti di Pusat Riset Sosial India.

Ia menyalahkan budaya keserakahan yang berkembang dan membanjirnya barang impor membuat generasi muda menetapkan nilai mahar yang tinggi.

“Bukan hanya mereka yang sangat kaya yang melakukannya untuk membuatnya tampak seperti simbol status, tetapi juga keluarga biasa atau orang kaya baru. Mereka melakukan ini untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki status ekonomi tertentu. dalam masyarakat. Dampaknya sangat buruk bagi perempuan. Praktik mahar yang seharusnya dihentikan sama sekali ini terus berkembang," papar Kumari, dikutip dari Kompas.com.

Jayakumari Devika, seorang cendekiawan feminis di Pusat Studi Pembangunan di ibu kota negara bagian Kerala, mengatakan, kematian-kematian perempuan ini adalah teriakan permintaan bantuan yang tidak berkesudahan.

“Ini bukan pemberian satu kali. Permintaan akan mahar itu akan terus berlanjut setelah pernikahan usai. Jika tuntutan tidak dipenuhi, perempuan itu akan menderita. Ini adalah kebiasaan sosial. Kalau sukarela itu tidak masalah, tapi ini bukan lagi sukarela," katanya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved