Diburu Kolektor Dalam dan Luar Negeri, Harga Wayang Kulit Istanto Tembus Miliaran, Keunikannya?

Penulis: Rahadian Bagus
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Isyanto, menunjukan wayang hasil kerajinan tangannya yang bernilai tinggi, Rabu (8/11/2017).

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Lima wayang Pandawa Lima tampak tertata rapi di rumah yang berada di Jalan Rumpuk 64 B, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Babadan, Ponorogo.

Tampak seorang pria sedang menggambar wayang di atas kertas putih.

Sudah 34 tahun, Isyanto (60) menjadi seniman pembuat wayang kulit. Ia adalah pemilik Sanggar Wayang Siwi Mandiri.

Ayah lima anak ini sudah mulai mencintai wayang sejak duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar.

Kecintaannya terhadap wayang kulit bermula dari kebiasaanya menonton pertunjukan wayang kulit.

Hampir setiap ada pertunjukan wayang kulit dia selalu menonton. Bahkan, tak jarang ia pergi keluar kota hanya untuk menonton pertunjukan wayang.

Yoga Privat yang Makin Digemari Istri Para Bos dan Pejabat, Fasilitas Inilah yang Didapat

Hingga akhirnya, ia mulai belajar membuat wayang kulit secara otodidak. Sekitar tahun 1983, dia memberanikan diri untuk membuka usaha pembuatan wayang kulit.

Tak mudah untuk merintis usaha pembuatan wayang kulit. Bahkan, pada tahun 1998 ia pernah mengalami bangkrut akibat krisis moneter.

Sejumlah pemesan wayang kulit tidak membayar pesanan. Pada saat itu, harga bahan baku pun naik hingga memaksana untuk menutup usahanya.

Namun, jiwanya sebagai perajin seni masih tetap ada. Ia pun berhasil mengumpulkan modal dan membayar hutangnya, dengan bekerja sebagai penyalur tenaga kerja Indonesia ke sejumlah negara.

Mangga Alpukat Pasuruan Makin Mendunia, Omzet Petani Tembus Setengah Miliar, Belum Lagi

Inilah 5 Pernikahan Anak Presiden Indonesia yang Paling Heboh, Sayang Nomor 4 Tak Langgeng

Setelah beberapa tahun bekerja sebagai penyalur tenaga kerja, Isyanto kemudian melunasi seluruh hutang dan dapat modal kembali untuk membuka usaha pembuatan wayang.

"Tahun 1998 saya sempat bangkrut akibat krisis moneter. Saya terpaksa beralih profesi, sebagai panyalur tenaga kerja," katanya saat ditemui, Rabu (8/11/2017) siang.

Halaman
123

Berita Terkini