TRIBUNJATIM.COM - Pernahkah kalian mengalami "ketindihan" atau "sleep pralysis"?
Istilah itu dipakai saat anda merasa tak bisa bergerak, berbicara, hingga bernafas saat bangun tidur.
"Ketindihan" seringkali dikaitkan dengan hal-hal supranatural, seperti ada makhluk halus yang menindih kita.
Masuki Tahun 2018, 5 Zodiak ini Diramalkan Jadi yang Paling Beruntung, Kamu Juga Termasuk?
Namun, menurut penjelasan ilmiah, Dr Jan Dirk Blom mengatakan kelumpuhan tidur itu adalah hasil dari disosiasi fase tidur kita.
Kondisi ini biasanya terjadi saat kita akan tertidur atau baru terbangun.
Saat kelumpuhan tidur terjadi pada kita, dua aspek tidur REM (Rapid Eye Movement) muncul.
Ini Lho Sederet Shio yang Bakal Beruntung dan Sial di Tahun 2018, Mulai Soal Rezeki hingga Asmara
Otot-otot tubuh menjadi rileks ke tingkat seperti lumpuh, sementara pikirannya terbangun, meskipun orang tersebut masih bermimpi dan tubuhnya tidak bisa bergerak.
"Tidur berbaring dengan kondisi seperti lumpuh akan membangunkan sistem kewasdapaan dalam otak yang dapat menimbulkan halusinasi sesosok makhluk sedang duduk di dada," ujar Blom pada Livescience dilansir dari Kompas.com, Senin (18/12/2017).
Hal tersebut merupakan kombinasi dari memori lingkungan nyata dan mimpi buruk seseorang, yang diproyeksikan ke dunia nyata.
Cara Berhubungan Intim Kalian Ternyata Bisa Dilihat Lewat Bulan Kelahiran Lho! Siapa Paling Hot?
"Pengalaman itu terasa sangat nyata," tambahnya.
Walaupun terdengar sepele dan sangat dimengerti secara ilmiah, rupanya kelumpuhan tidur patut diseriusi oleh psikiater dan psikolog.
Sebuah hasil analisis yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Psychiatry pada bulan November menemukan bahwa kelumpuhan tidur lebih sering terjadi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Nggak Semua yang Besar Itu Enak! 15 Hal Ini Bikin Kamu Paham Betapa Susahnya Punya Payudara Besar
Para peneliti mengamati 13 studi tentang fenomena inkubus yang melibatkan 1.800 orang.
Penelitian dilakukan dari berbagai negara, termasuk Kanada, Amerika Serikat, China, Jepang, Italia dan Meksiko.
Hasilnya, sedikitnya 1 dari 10 orang, atau sekitar 11 persen dari populasi umum, pernah mengalami "ketindihan".
11 Fakta yang Terjadi di Balik Layar Film Porno, No 6 Dijamin Bikin Kalian Ogah Nonton Gituan Lagi!
"Itu berarti ada kemungkinan 11 persen bagi individu tertentu untuk mengalami fenomena 'ketindihan' ini setidaknya sekali selama hidup mereka," kata Blom.
Namun dalam kelompok tertentu, misalnya orang dengan gangguan kejiwaan, para pengungsi dan juga pelajar, kemungkinan "ketindihan" lebih tinggi dan mencapai 41 persen.
Blom juga menambahkan bahwa orang-orang yang tidur telentang, mengonsumsi alkohol, dan memiliki pola tidur yang beraturan memiliki kemungkinan "ketindihan" yang lebih tinggi.
15 Foto Ini Buktikan Pria Berjenggot atau Brewokan Ternyata Lebih Seksi dari yang Mulus, Setuju?
Berikut faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan "ketindihan":
1. Kurang tidur dan pola makan yang buruk
2. Waktu tidur yang berubah-ubah/pola tidur kacau
3. Stres atau gangguan bipolar
4. Tidur terlentang dalam waktu lama
5. Bentuk gangguan tidur lainnya (narkolepsi atau kram kaki pada malam hari)
6. Efek samping obat tertentu, seperti obat ADHD
7. Penyalahgunaan narkotika
8. Kurang olahraga
9. Penuh kecemasan berlebihan
Lalu, bisakah kelumpuhan tidur atau "ketindihan" menyebabkan seseorang mati mendadak saat tidur?
Para peneliti juga menduga adanya keterkaitan "ketindihan" dengan kematian mendadak saat tidur.
Namun, hal tersebut masih sulit dijelaskan sampai sekarang.
"Orang yang pernah mengalami 'ketindihan' sering melaporkan memiliki tingkat kecemasan yang luar biasa," kata Blom.
Banyak dari mereka memiliki perasaan bahwa mereka benar-benar akan mati ketika ketindihan, meskipun mereka tidak tahu apakah hal itu pernah terjadi atau tidak.