Banjir Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik, Ini Konsep Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin

Penulis: Hanif Manshuri
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolda Jatim, Irjen Machfud Arifin saat meninjau dan menyerahkan bantuan untuk korban banjir di 6 kecamatan, termasuk Babat, Selasa (27/2) Hanif Manshuri

 TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Ada banyak persoala untuk mengatasi musibah banjir yang kerap dialami masyarakat di tiga kabupaten di Jawa Timur akibat luapan air Bengawan Solo.

"Daya tampung sudetan perlu diperbesar dari yang sudah ada," ungkap Kapolda Jatim, Irjen Machfud Arifin saat meninjau masyarakat pasca korban banjir dan penyerahan bantuan di Banaran Babat, Lamongan, Selasa (27/2/2018).

Apa yang disampaikannya itu setelah ia mendapatkan penjelasan panjang lebar dari Bupati Lamongan.

Menurutnya, ada semacam sudetan yang daya tampungnya dari sekitar 600 menjadi 1.000.

Tentunya perlu pelebaran, perlu plengsengan dan sebagainya, dan ini yang harus ditangani di tingkat pusat.

Baca: Wasit Keluarkan Dua Kartu Merah, Arema FC Untuk Sementara Unggul 2-1

Semua itu memang butuh peran pemeritah, yang tentunya harus dibantu oleh masyarakat.
Dengan begitu akan mampu mengurangi terjadinya bencana banjir yang hampir setiap tahun terjadi.

Di Jawa Timur ini memang ada beberapa titik yang memang rawan banjir, diantaranya Lamongan, Bojonegoro dan Tuban.

Yang memang jalur sungai Bengawan Solo, dan masyarakatnya juga tinggal dibawah jalan besar.
Tapi disini tanahnya sudah oke, kalau di tujban itu tanahnya harus dibebaskan untuk membuat semacam tanggul.

Lamongan ini harus disentuh, karena ujungnya ini Lamongan terus sampai ke Gresik baru ke laut.

"Kan gitu. Kalau tidak ya setiap hujan mesti banjir," ungkapnya.

Bahkan, kata Machfud, ada juga yang tinggal bertahun-tahun di dalam bendungan yang dibuat untuk membendung luapan Bengawan Solo ini.

Baca: Emil Dardak Harapkan Industri Alat Pertanian Bisa Kuasai Negeri Sendiri

Namun ada juga sebagian masyarakat yang menunggu banjir.

"Kalau di Bojonegoro itu, malah ditunggu karena lumpur sisa banjir malah dimanfaatkan untuk membuat gerabah," ungkapnya.

Halaman
12

Berita Terkini