“Pemilih ini otonom. Bisa saja mereka punya pilihan berbeda dengan dukungan partai mereka.Dalam banyak pilkada. Pemilh partai politik tidak linier dengan usungan partai. Karena pemilu kan otonomi punya metode sendiri punya penilaian sendiri. Bila terjadi posisi itu. Partai tidak punya kuasa 100 persen untuk menentukan pilihan, kader, simpatisan,” ucapnya.
Baca: Naik Motor, Pria Ini Tewas Terlindas Truk Gandeng, Pengakuan Sopir Truknya Miris, Lihat Kronologinya
Sementara Khofifah yang memiliki label Nahdlatul Ulama disebut akan terus memengaruhi pilihan kader partai. Kemudian, Puti Guntur Sukarno yang bukan warga Jawa Timur tidak memberi pengaruh elektabilitas.
“PDIP. Dibawah 50 persen. Itu menarik sisi itu tidak mengakar. Puti diimpor dari Jawa Barat. Karena tidak mengakar di Jawa Timur. Sementara PKB tidak begitu optimal karena basis lari ke Khofifah. Kalau Khofifah ambil suara PKB itu akan membantu Khofifah,” pungkasnya.
Baca: Heboh, Uang Nasabah BRI Ngadiluwih Kediri Hilang secara Misterius
Tidak hanya itu dari survei, ternyata partai pengusung Khofifah-Emil sangat mempengaruhi pilihan. Dari hasil survei menyebutkan PAN 78,6 persen, Hanura 66,7 persen, Partai Golkar 44,7 persen, Partai Demokrat 41,4 persen, Partai Nasdem 38,5 persen, PPP 33,3 persen. Sementara, Ipul-Puti dari Partai Gerindra 57,7 persen, PKB 47,5 persen, PDIP 45,5 persen, PKS 36,4 persen. (Fatimatuz Zahroh)