3 Hacker Asal Surabaya Ditangkap FBI, Pakar IT Ungkap Cara Sepele Agar Tak Jadi Korban Selanjutnya

Penulis: Pipit Maulidiya
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Subdit IV Cyber Crime Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya pengungkapan perkara ilegal akses terhadap sistem elektronik milik orang lain yang dilakukan oleh Kelompok Hacker Asal Surabaya. Ketiga tersangka itu berinisial NA, KPS, ATP

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berhasil bobol ratusan server di berbagai negara, membuat tiga pemuda yang masih aktif menjadi mahasiswa Stikom harus berhadapan langsung dengan polisi.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, 3 orang tersebut adalah anggota Surabaya Black Hat bernama Katon Primadi Sasmitha (21), Nizar Ananta (21), dan Arnold Triwardhana Panggau (21).

Menurut Pakar Jaringan sekaligus Dosen Teknik Iformatika, Institut Teknologi 10 November Surabaya, Baskoro Adi Pratomo, S.Kom., M.Kom motif para hacker bermacam-macam.

Baca: Jelang Pileg 2019, Partai Politik Mulai Panaskan Mesin

Baca: Jangan Sampai Kena, 9 Foto Jebakan Ini Menipu Banget, Nomor 7 Jangan Dimakan!

Namun menurut dosen yang sedang S3 di Inggris ini, motif dari pelaku adalah uang.

Dari cara kerja hacking yang mereka lakukan, Baskoro menerangkan, mereka menahan sistem perusahaan, untuk mendapatan tembusan.

"Agar data mereka yang mereka tahan bisa dikembalikan lagi, harus ada tebusan. Kemampuan mereka sebetulnya kreatif dalam mencari uang tapi tidak dengan cara yang benar. Mereka memanfaatkan email saja, jadi mengirim email yang berisi ransonware, nah oleh pihak perusahaan yang tidak tahu bahaya email ini kemudian diakses, jadilah datanya tertahan para hacker," jelasnya.

Menurut Baskoro, setiap kampus yang mengajarkan mata kuliah sistem informasi atauinformatika di Indonesia punya materii yang berbeda-beda.

Baca: Dana Reward PNPM Desa Mangunsari Diadukan, Diduga Tidak Sesuai Proposal

Baca: BRI Cabang Kediri Laporan Resmi Kejahatan Skimming Terkait Kasus Saldo Nasabah

Baskoro mencontohkannya di ITS, para dosen juga memberikan pengetahuan soal hacking namun semacam gambaran besar atau sekilas saja.

"Kami mengedukasi mahasiswa yang bisa mereka lakukan dengan hacking itu sejauh apa, kami juga memberi tahu bahwa ini tidak boleh dilakakan tanpa izin, kalau mereka ingin melakukan ini, harus ke server sendiri jangan ke server orang lain karena itu melanggar," terangnya.

Untuk itu, Baskoro menjelaskan, pihak kampus selalu memberikan wadah kepada mahasiswa di kompetisi hacking. Di sini mahasiswa dapat menyalurkan kreativitas mereka tanpa harus merusak server orang atau perusahaan tertentu.

"Di sini mereka bisa leluasa melakukan kreasi sesuai yang mereka kehendaki," tambahnya.

Baca: Unggahan GG Bangkrut Kediri Miskin, Ditanggapi Manajemen PT GG

Baca: Laga Penutup Jakajaya, Persela Lawan BFC Keluarkan Skuad Terbaiknya

Menurut pengalaman Baskoro, Oranisasi Black Hat sebenarnya ada di mana-mana. Salah satunya di Inggris tepatnya menempuh pendidikan saat ini.

"Saya pernah hadir dalam diskusi Black Hat, mereka membicarakan teknik tertentu. Para pembicaranya menjelaskan hal-hal baru yang mereka lakukan, misalnya terkait cela-cela keamanan baru di komuter. Salah satunya wifi, mereka bisa menyadap informasi apa saja yang mereka kirim lewat sambungan ini juga bluethoot, Sehingga kita bisa waspada," terangnya.

Baca: Ketua Muslimat NU Jatim Ungkap Hasil Rapat dengan PWNU Soal Pilgub

Baca: KPU Provinsi Jawa Timur Lantik Satu PAW Anggota KPUD Sampang

(Pipit Maulidiya)

Berita Terkini