Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nurul Aini.
TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Dua tahun terakhir sejak mulai dibuka pertambangan emas tujuh bukit atau tumpang pitu di Banyuwangi, banyak perubahan yang terjadi.
Banyak pohon yang ditumbangkan untuk melakukan proses galian dan membuka lahan pengolahan.
Ida Nur Aini, adalah warga Pesanggaran yang turut dalam rombongan mengunjungi lokasi tambang yang berada di atasi Gunung Tumpang pitu tersebut.
Di dalam bus, saat memasuki area pengolahan dan pertambangan, Ida tak henti bergumam.
Meski tak terkena debu, Ida menutup setengah wajahnya dan hanya bisa melihat ke luar jendela.
(Main Voli dan Jadi Penentu Kemenangan, Gus Ipul Janji Gelar Car Free Day di Pusat Pariwisata)
"Saya kaget saja dulu tidak seperti ini, disini hanya ada jalan setapak dan pohon-pohon," kata Ida pada tribunjatim.
Ida adalah perempuan yang lahir dan besar di Pesanggaran.
Ia terbilang cukup mengenal baik gunung kawasan tempat tinggalnya yang kini menjadi area tambang emas itu.
"Karena banyak emasnya ya, itu ujungnya kalau gak salah jadi habis" kata Ida menunjuk satu titik yang merupakan bagian puncak gunung yang kini tinggal gundukan tanah.
Ida dan beberapa warga turut melihat-lihat lokasi pertambangan karena ingin mengetahui seperti apa kondisinya.
Ia dan warga yang turut juga merupakan warga yang mengikuti program CSR oleh PT BSI.
Namun menurut Ida program CSR yang diberikan belum setimpal dengan apa yang mereka ambil dari tumpang pitu.
"Tidak ada apa-apanya dari yang mereka ambil dari sini (tumpang pitu)," kata Ida.
(Tiket Pertandingan Arema FC vs Persib Bandung Masih Bisa Dibeli di Stadion Kanjuruhan)