Atas kemacetan pencairan PKH itu, dia telah mengadukan ke Ombudsmen Republik Indonesia.
“Saya urus ke sana-ke mari, tidak ada kejelasan. Bukan hanya saya, banyak keluarga miskin lain yang mestinya menerima PKH juga mengalami kemacetan,” kata Maranata.
Saat bertemu Khofifah di Pasar Wiyung, ia nekat menanyakan langsung masalah itu. Kenapa jatah PKH dia diblokir dan tidak cair? Apakah karena dirinya pernah menjadi kader PDIP.
“Bu Khofifah berkata, Nggak Pak (tidak diblokir) Pendamping (PKH) suruh datang ke sini,” ujarnya menirukan Khofifah.
Namun, pendamping program PKH dia tempat tinggalnya di Perak, Surabaya. Karena letaknya jauh, sehingga tidak mungkin datang saat dirinya bertemu Khofifah.
Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, menerima 2 KTA lama dari Maranata.
Ia menyebut, isu kemacetan PKH dipelintir menjadi soal dukung-mendukung Pilkada sebagai bentuk kepanikan kubu Khofifah-Emil.
Ia menegaskan seluruh anggota, kader, pengurus dan simpatisan PDIP di Kota Surabaya dalam posisi utuh.
Yakni, mendukung Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno.
“Apalagi pasangan Gus Ipul adalah Mbak Puti Guntur Soekarno, cucu Bung Karno. Kami solid dan bergerak massif untuk memenangkan Pilkada Jawa Timur,” kata Whisnu Sakti Buana.