Serangan Bom di Surabaya

Kisah Anton Bomber Rusun Sidoarjo, Sosok Cerdas yang Belasan Tahun Tak Mau Tinggali Rumah, Hingga. .

Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua RT beri pengakuan soal perilaku Anton Ferdiantono, pelaku bom di Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo, Minggu (13/5/2018) malam.

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Rumah terduga teroris Anton Ferdiantono yang terletak di Jalan Manukan Kulon Blok 19 H/19 RT 11 RW 5 kelurahan Manukan Kulon, kecamatan Tandes, Kota Surabaya kondisinya sangat memprihatinkan.

Karena rumah tersebut dibiarkan terbengkalai dan selama belasan tahun tak ditinggali.

Terdapat tumpukan batu dan genteng tanah liat di teras rumah. Atap rumah pun banyak yang runtuh serta rumput ilalang tumbuh liar di dalam rumah berpintu hitam itu.

Budi Santoso selaku Ketua RT 11 membenarkan bahwa Anton adalah warganya.

"Benar Anton warga sini, rumahnya itu di sebelah rumah saya Namun, rumah itu sudah lama tak ditinggali," ujarnya, Senin (14/5/2018) sambil menunjuk ke kanan.

Pelaku Ledakan di Rusun Sidoarjo 6 Orang, Semua Masih Sekeluarga, Kondisinya Mengerikan

Anton Ferdiantono, adalah pelaku ledakan bom di Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo, Minggu (13/5/2018) malam. 

Aksi itu dilakukan dia dengan keluarganya yang tinggal di lantai 5 blok B nomor 2 Rusun tersebut. Yakni, istrinya Puspitasari (47), dan empat anak mereka. Yaitu, Hilta Aulia Rahman (17), Ainur Rahman (15), Faisa putri (11), dan Garida Huda Akbar (10).

Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengatakan, pada ledakan pertama Anton mengalami luka parah namun masih hidup.

"Dia dalam keadaan memegang switching, sehingga terpaksa dilumpuhkan. Jadi, Anton tewas setelah dilumpuhkan petugas yang datang ke lokasi," ujarnya.

Puji Kuswati yang Ajak 2 Anaknya Ngebom Gereja, Ternyata Anak Orang Terpandang di Banyuwangi

Sedang dalam ledakan pertama itu, Puspitasari dan anaknya bernama Hilta Aulia Rahman tewas di lokasi kejadian. Lalu dua anak yang kecil, Faisa dan Garida mengalami luka parah.

Ainur Rahman, satu-satunya anak laki-laki selamat. Dia juga yang membawa dua adiknya ke rumah sakit. Sekarang, mereka di RS Bhayangkara Surabaya.

Budi Santoso menceritakan, semasa hidupnya Anton memang dikenal dengan pribadi yang tertutup.

"Anton jarang bersosialisasi dengan tetangga. Ngobrol sama tetangga juga jarang," katanya.

Ajak 4 Anaknya yang Bocah Bunuh Diri Bom 3 Gereja, Begini Perilaku Aneh Keluarga Dita dan Puji

Setelah menikah, Anton malah tidak pernah terlihat batang hidungnya. "Setelah menikah itu Anton sudah keluar dari rumah dan tak pernah kembali ke sini (Manukan Kulon)," terangnya.

Kata Budi, semasa mudanya, Anton pernah aktif menjadi remaja masjid RW 5. Tidak ada gelagat mencurigakan seperti terlibat jaringan teroris dari pribadi Anton.

"Tidak ada yang aneh, saya kaget tahunya baru tadi malam ada kasus ini. Saya langsung didatangi oleh Kapolsek, Kamtibmas, dan Camat pada pukul 01.00 dini hari untuk memberikan keterangan," jelasnya.

Tak itu saja, setelah menikah, Anton dan istrinya sering berpindah-pindah rumah.

Korban Tewas Pertama yang Teridentifikasi, Astaga Ternyata Seorang Bocah, Sedang Adiknya Kritis

Awalnya Anton pindah rumah di RT 9 lalu RT 11 yang berada di depan gang, lalu tidak diketahui lagi keberadaannya.

"Anton sudah lama pindah kira-kira tahun 2006-2008. Ia juga tidak mengirimkan surat laporan kepindahan," ungkap Budi.

Yuli Widiastutu, Ibu RT yang juga teman Anton semasa sekolah dasar menjelaskan, Anton menjadi aktivis remaja masjid saat duduk di bangku perkuliahan. "Anton itu terkenal aktivis remas (remaja masjid," ucapnya.

Anton, kata Yuli, juga sangat fanatik, sebab waktu saya bertemu dengannya saat berkunjung di rumah orang tuanya Anton tak mau berjabat tangan.

"Waktu ketemu itu tidak mau salaman. Melihat saya juga hanya sebentar lalu berpaling,'' imbuhnya.

Tiga Orang Bercadar Masuk Gereja Kristen Indonesia, Lalu Bom Meledak dan Menghancurkan Semua

Kefanatikan Anton, menurut Yuli muncul setelah menikah dengan istrinya.

"Waktu menjadi aktivis remaja masjid Anton masih biasa saja. Namun setelah menikah ia berubah dan sulit ditemui," terangnya.

Yuli menambahkan, Anton termasuk anak yang cerdas, pintar serta pendiam semenjak duduk di Sekolah dasar.

Dia pernah menimba ilmu di SDN 115, SMPN 29, SMAN 11, dan ITS. Semua sekolah ditempuhnya di Surabaya. "Waktu SD Anton sering mendapat rangking pertama," paparnya.

BREAKING NEWS - Satu Pelaku Teroris Diringkus Densus 88 di Graha Pena Surabaya

Kata Yuli, Anton dan ketiga adiknya bernama Atin, Dodik, Yayuk memiliki watak yang sama yakni tidak mudah bersosialisasi dengan tetangga.

"Adiknya itu kalau ngomong sama tetangganya sering bentak-bentak. Mereka juga tertutup. Berbeda dengan Teguh adik ketiganya. Ia masih aktif dan sering datang kesini, lebih terbuka juga, orang tuanya juga baik," jelasnya.

Warga yang rumahnya berjarak 100 meter dari kediaman Anton bernama Prawoto mengatakan, rumah Anton tidak ada gelagat radikal meski jarang kumpul dengan tetangga.

"Gak ada gelagat aneh, ya memang anaknya tertutup," jelasnya.

Ia menambahkan, rumah yang berada di Manukan Kulon Blok 19 H/19 RT 11 RW 5 sudah lama akan di jual.

"Tidak tahu kenapa kok tidak terjual-terjual, mungkin ada masalah. Sudah lama tidak ditempati," pungkasnya. (Surya/Nen)

Berita Terkini