Mengenang Seribu Hari Wafatnya Mbah Muchith, Diminta Gus Dur Tinggal di Jakarta Tapi Pilih di Jember

Penulis: Erwin Wicaksono
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Sunan Kalijaga Jember menggelar Tahlil 1000 hari wafatnya KH Achmad Muchith Muzadi, bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur'an, Minggu (3/5/2018).

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - 6 September 2015 lalu, seorang ulama sepuh Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahcmad Muchith Muzadi, wafat dan dipanggil Ilahi.

Ulama yang akrab dipanggil Mbah Muchith itu wafat dalam usia 90 tahun.

Untuk mengenang kepergian santri KH Hasyim Asyari tersebut, Masjid Sunan Kalijaga Jember yang berada di sekitar kediaman kakak kandung KH Hasyim Muzadi itu, menggelar Tahlil 1000 hari wafatnya KH Ahcmad Muchith Muzadi, bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur'an, Minggu (3/5/2018).

Tahlil tersebut dihadiri KH Azaim Ibrahimy dan KH Afifudin Muhajir dari Situbondo 

Sebagai penghormatan terhadap jasa Mbah Muchith, inilah beberapa epilog, prolog dan testimoni dari beberapa tokoh yang berhasil dihimpun dari Takmir Masjid, dan keluarga mendiang KH Ahcmad Muchith Muzadi.

Baca: Bahan Baku dari Perancis dan Jerman, Ustad Asal Lamongan 2 Tahun Bikin Alquran Terbesar di Dunia

Seribu Hari yang Pendek

Oleh Mahfud MD, Menteri Pertahanan era Presiden Abdurrahman Wahid

Sudah 1000 hari yang lalu Kyai Muchith Muzadi wafat. 1000 hari
kepergian beliau bisa dibilang sudah lama dan bisa dibilang baru

kemarin malam. 1000 hari tersebut bisa terasa lama karena berarti
memang selama itulah kita tidak berjumpa untuk mendengar dan melihat
langsung nasrhat dan perilaku beliau yang sangat arif dan bijaksana.

Tapi 1000 hari wafatnya Kyai Muchith itu bisa dibilang pendek dan
terasa baru tadi malam karena perilaku dan nasehat-nasehat beliau
masih terus memandu kita sampai hari ini. Rasanya beliau, dengan
kelembutannya, masih bersama kita sekarang. Itulah makna firman Allah,

“Walaa taquuluu liman yuqtalu fii sabiilillahi amwaat bal ahyaa”,

Jangan kalian kira mereka yang mati di jalan Allah (selalu bertaqwa)
itu mati, sebab sesungguhnya mereka masih hidup. Jazad Kyai Muchith
sudah tidak ada karena beliau sudah wafat, tetapi ucapan dan contoh
perilakunya yang penuh akhlaq mulia masih bersama kita sampai
sekarang. Saya beruntung pernah dekat dengan Kyai Muchith karena dari
beliaulah saya juga belajar bersikap bijaksana dalam menghadapi setiap
permasalahan. Insyaallah beliau diberi surga oleh Allah,"

Baca: Qibtiyah Pulang ke Jember Setelah 28 Tahun Hilang di Saudi, Anaknya Lupa si Ibu Malah Keceplosan

 Mbah Muchith, Santri Saklawase

Oleh Nur Hidayat, Humas Pesantren Tebuireng - Ketua Cabang IPNU Jember 1994-1996

Halaman
123

Berita Terkini