Ucapan pemimpin itu akan menjadi pegangan bagi rakyat dan pendukungnya.
3. Karena itu pula, ucapan pemimpin itu harus lahir dari hari yang tulus, bukan kata bersayap, yang seolah diucapkan dengan kejujuran, tetapi dibelakangnya mempunyai agenda pribadi yang tersembunyi.
Baca: Artis Ini Mantab Tutup Terus Auratnya Usai Dapat 1 Pertanyaan, Ustaz Abdul Somad Bocorkan Kisahnya
4. Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka ucapannya tidak boleh “mencla mencle, pagi ngomong dele, sore ngomong tempe”
artinya ucapannya berubah-ubah, inkonsisten, sehingga membingungkan rakyat dan pendukungnya.
5. Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka pemimpin itu tidak boleh “plintat plintut” alias “munafiqun”, dalam makna, lain yang diucapkan, lain pula yang dikerjakan.
Pemimpin seperti ini akan kehilangan kredibilitas di mata rakyat dan pendukungnya.
6. Berpedoman kepada pepatah Jawa “sabdo pandito ratu” itu, maka sejak awal saya tidak berminat ataupun tertarik dengan inisiatif Pak Amien Rais yang melakukan lobby sana-sini, untuk untuk memilih siapa yang akan maju dalam Pilpres 2019 hadapi petahana.
Baca: Angga Wijaya Ungkap Asal Candaan ‘Sayur Lodeh’ yang Bikin Dewi Perssik Marah, Bermula dari Pijit
7. Pengalaman, adalah guru yang paling bijak.
Tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Dr Fuad Bawazier, Pak Amien meyakinkan kami semua untuk mencalonkan Gus Dur.
Saya dan MS Kaban menolak.
Kami tidak ingin mempermainkan orang utk suatu agenda tersembunyi.
8. Tahun 2018 inipun saya tidak ingin ikut2an dengan manuver Pak Amien Rais,
bukan karena saya apriori, tetapi saya belajar dari pengalaman.
Baca: Mirip Via Vallen, Presenter Ini Pernah Dapat DM Pemain Bola, Reaksinya Bikin Netizen Ribut Sendiri
Saya kini Ketum Partai.
Saya ibarat nakhoda, yang harus membawa penumpang ke arah yang benar, dengan cara2 yang benar pula.