TRIBUNJATIM.COM - Gempa 7 skala richter di Lombok, Nusa Tenggara Barat ( NTB) pada Minggu (5/8/2018), membubarkan acara makan malam para menteri dari Indonesia dan Australia.
Selain itu, gempa yang berpotensi tsunami tersebut membuat warga trauma, dan lebih memilih mengungsi di luar rumah.
Seorang warga dilaporkan meninggal dunia dan sejumlah bangunan mengalami kerusakan.
• Usai Gempa Utama 7 SR, Lombok Diguncang 127 Gempa Susulan hingga Senin Pagi
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mencabut peringatan dini tsunami dua jam pasca terjadinya gempa.
Berikut sejumlah fakta akibat gempa bermagnitudo 7 yang terjadi di Lombok pada Minggu malam (5/8/2018).
1. Para menteri kalang kabut
Jamuan makan malam yang digelar oleh Pemerintah Provinsi NTB di Hotel Lombok Astoria dengan para peserta Indonesia-Australia Ministerial Council Meeting (MCM) on Law and Security dan Sub Regional Meeting on Counter Terrorism (SRM on CT), bubar ketika gempa terjadi.
Acara makan malam tersebut diikuti delegasi dari Indonesia, Australia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
"Kami lagi dinner. Cukup besar rombongannya. Dan tiba-tiba goyangan besar sekali terjadi. Langsung berhamburan semua, turun terus melalui emergency exit," tutur Yasonna kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu malam.
• Video Live Facebook Saat Gempa Viral, Imam Masjid Tak Tinggalkan Tempat Salat Meski Bangunan Getar
2. Lampu mati, warga menangis dan trauma
Gempa membuat panik warga, mereka berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
"Tadi gempanya kencang banget, sampai nangis. Lampu mati, anak-anak trauma," kata Septy, salah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Mataram, Minggu (5/8/2018).
Gempa juga membuat listrik padam dan situasi tersebut menambah kepanikan warga.
Reporter KompasTV, Fitri, melaporkan, warga berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri saat gempa terjadi.
Warga mencari tempat aman seperti tanah lapang atau masjid.