Untuk itu, Pemprov Jatim selaku owner Bank Jatim melalui Bank Jatim dan Bank UMKM memilih membesarkan pembiayaan murah dibanding membiarkan sesuai mekanisme pasar tentang suku bunga perbankan.
“Pengungkit inilah yang mempercepat perkembangan dan jumlah UMKM di Jatim,” imbuh Pakde Karwo.
Hal itu, kata mantan Sekdaprov Jatim ini, terbukti dengan terus naiknya peranan UMKM di Jatim. Jika tahun 2012, peranan UMKM di Jatim terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) 54,9 persen, tahun 2016 naik menjadi 57,52 persen.
Bahkan pada tahun 2017, dari PDRB Jatim yang mencapai Rp 2019 triliun, sebesar Rp 1290 triliun berasal dari kinerja UMKM.
“Ini peningkatan yang luar biasa,” tandasnya.
Data tersebut menunjukkan, bahwa bank punya peranan yang luar biasa terhadap pengembangan UMKM di Jatim. Karena memang tiga segitiga di dalam UMKM adalah produksi, pembiayaan, dan pasar.
Untuk produksi, dilakukan dengan memproduksi barang-barang yang sudah menjadi nilai tambah. Misalnya, dari pisang menjadi keripik pisang, dan kentang menjadi keripik kentang.
Di proses produksi itu dilakukan dengan pembiayaan murah. Demikian juga dengan di proses pemasaran, juga melalui pembiayaan murah dari segi pembiayaan.
“Karena itulah, peranan UMKM signifikan, baik dari jumlah (kuantitas) dan maupun dari peranan terhadap PDRB yang naik,” bebernya.
Selama empat tahun, dari 2012 ke 2016, peranan PDRB naik dari 54,9 persen menjadi 57,52 persen. Sedangkan dari segi jumlah, jumlah UMKM naik luar biasa dari 6,8 juta menjadi 9,59 juta.
“Artinya, lewat UMKM, Jatim menempatkan kemandirian ekonomi untuk menjadikan masyarakatnya lebih sejahtera,” imbuh Pakde.
Hal itulah, kata mantan Komisaris Bank Jatim ini, yang memperkuat ekonomi Jatim, sehingga tidak goyang disaat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rontok, yang sekarang tembus lebih Rp 14.500 per 1 dolar AS.
Karena bahan baku UMKM di agro. Sementara dari 9,59 juta UMKM di Jatim, 4,61 juta bahan bakunya dari pertanian, sedangkan 4,98 juta sisanya dari non pertanian.
“Tetapi itu (bahan baku) non pertanian semua juga masih bagian daripada bahan baku agro. Ada bahan baku yang non agro di situ. Dan peranannya sangat besar dengan pembiayaan murah,” katanya.
Kondisi tersebut, lanjut Pakde Karwo, membuat kompetisi dagang Jatim sangat kuat. Ini terbukti, bahwa lebih dari seperlima atau 20,70 persen beredarnya barang di Indonesia berasal dari Jatim.