TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sebanyak 173 orang pengungsi korban gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah tiba di Bandara Juanda Surabaya pada Rabu (3/10/2018) malam.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Lanud Muljono Surabaya, Kapten (Sus) Prasetyo Aryo mengatakan, para korban tersebut tiba di Base Ops Lanudal Juanda dengan diangkut pesawat Herkules C-130/A-1337.
"Mereka tiba sekitar pukul 19.09 WIB tadi," ujarnya, Rabu (3/10/2018) malam lalu.
Kebanyakan korban gempa tersebut berasal dari berbagai kota di Jatim, seperti dari Lamongan dan Malang. Lalu dari Jawa Tengah, seperti Semarang, Boyolali, Yogjakarta, dan Solo.
"Meraka asalnya dari Jawa dan bekerja disana (Sulawesi Tengah)," jelas Aryo.
• Ditemukan, Jenazah Atlet Paralayang Asal Kota Malang Serda Fahmi Akan Dimakamkan Disamping Ardi
Usai pesawat mendarat, tim gabungan langsung mengevakuasi para korban ke beberapa titik yang ada di Surabaya dan sekitarnya.
"Ada yang diantar ke terminal, dan ada yang menunggu keluarganya," jelas Aryo.
Selain itu, sejumlah pengungsi juga untuk sementara waktu dievakuasi ke Kodim terdekat.
banyak peristiwa yang para pengungsi alami saat gempa menimpa mereka di Sulawesi Tengah.
TribunJatim.com berhasil merangkum berbagai kisah tersebut.
1. Kisah pasutri asal Mojokerto
Dian Permata Sari (27) dan Nur Afif (27), pasangan suami istri asal Dusun Sambisari, Kutorejo, Mojokerto adalah dua korban selamat bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) lalu.
Setelah mengalami perjuangan panjang dan bergelut dengan trauma, mereka sudah kembali ke keluarga di kampung halamannya, Mojokerto.
Saat ditemui Surya (TribunJatim Network) di kediamannya, Rabu (3/10/2018), Dian secara gamblang menceritakan detik-detik terjadinya gempa yang disusul tsunami.
Ia bersama suami dan seorang anaknya Rizky Wildan Maulana (8) sudah menetap di perumahan Petobo Permai, Palu selama 6 tahun.