TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gula tersembunyi menjadi faktor yang kerap diabaikan sehingga menyebabkan karies ataupun gigi berlubang.
Petis, merupakan satu di antara makanan yang mengandung gula tersembunyi dan banyak dijumpai di Surabaya.
drg Ratu Mirah Aflfah, Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia mengungkapkan, kuliner khas Surabaya yang meskipun tidak bercitarasa manis ini rupanya memiliki kandungan gula tersembunyi.
"Terutama aneka hidangan yang mengandung petis sebagai salah satu bumbu Iokal yang paling sering digunakan, seperti Rujak Cingur, Lontong Balap, Lontong Kupang, Tahu campur, Tahu Tek, Pecel Semanggi, dan banyak lainnya," ungkapnya dalam talkshow 'Lindungi Kesehatan Gigi Keluarga dari Risiko Gula Tersembunyi' di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Nala Husada Universitas Hang Tuah Surabaya, Kamis (1/11/2018).
• BREAKING NEWS: Black Box Lion Air JT-610 yang Jatuh di Perairan Karawang Ditemukan
Meskipun terasa gurih, lanjut Ratu, masyarakat banyak yang tidak mengetahui ternyata 100 gram petis mengandung gula tersembunyi sebanyak 1,23 gram.
Belum lagi, konsumsi karbohidrat dan protein yang juga mengandung gula.
"Menurut anjuran World Health Organization (WHO), konsumsi gula pada dewasa maksimal 50 gram dan untuk anak maksimal 30 gram. Sayangnya, data Survey Konsumsi Makanan lndividu (SKMl) Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa sebanyak 29.7 persen keluarga di Indonesia mengkonsumsi gula lebih dari anjuran," urainya.
drg Mirah, sapaan akrabnya mengungkapkan, selama ini masyarakat tidak menyadari bahwa konsumsi gula sehari-hari ternyata layaknya sebuah ’gunung es’.
Makanan dan minuman yang bercitarasa manis sebenarnya hanya sebagian kecil dari gula yang dikonsumsi.
"Faktanya begitu banyak jenis makanan dan minuman tidak manis namun mengandung gula tersembunyi yang menimbulkan berbagai risiko kesehatan, termasuk gigi berlubang," jelasnya.
• Pendapatan XL Axiata Tumbuh 6 Persen di Kuartal ke-3, Layanan Data Jadi Penyumbang Terbesar
Untuk itu, menurutnya, masyarakat harus menambah pengetahuan mengenai perawatan kesehatan gigi yang benar, karena konsumsi gula tersembunyi beresiko menimbulkan masalah karies.
"Idealnya sikat gigi pagi dan malam, tetapi bisa juga selalu bawa sikat gigi. Dan menyikat gigi saat dibutuhkan," tutur Ratu.
Pembahasan gula tersembunyi ini menjadi tema yang diangkat Pepsodent, brand perawatan kesehatan gigi dan mulut produksi PT Unilever Indonesia Tbk bekerjasama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGl) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) menggelar program Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2018.
”Setiap tahunnya, kami selalu mengangkat berbagai tema menarik dan terkini. Tahun ini, tema risiko gula tersembunyi terhadap kesehatan gigi dan mulut menjadi pilihan karena ternyata masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa makanan atau minuman yang tidak manis sekalipun dapat mengandung gula penyebab gigi berlubang," lanjut drg Mirah.
• 6 Tips Berwisata dengan Kapal Pesiar ala Princess Cruises, Soal Reservasi hingga Asuransi Perjalanan
Tahun ini merupakan tahun ke-9 pelaksanaan BKGN di kota Surabaya. BKGN tahun ini mentargetkan edukasi dan pelayanan kesehatan gigi ke 1.000 orang masyarakat Surabaya.
drg Lita Agustia, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hang Tuah menambahkan, masalah gigi berlubang atau karies seringkali digambarkan sebagai 4 mata rantai yang saling berinteraksi.
Yaitu host yang terdiri dari gigi dan air liur, mikroorganisme atau bakteri pada plak, substrat atau asupan makanan, dan waktu.
"Bicara mengenai substrat, gula yang telah dikonsumsi diubah oleh mikroorganisme di dalam mulut sehingga kondisi pH mulut otomatis berubah menjadi asam dan proses karies pun terjadi," paparnya.
• Hilangkan Keriput hingga Acne Scar dengan Treatment Laser Erbium di ZAP Clinic, Kulit Jadi Kencang!
Selain substrat, lanjutnya, faktor waktu juga penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan seberapa seringnya kita mengonsumsi gula, termasuk gula tersembunyi.
Namun, proses karies akibat gula ini dapat dikendalikan dengan lebih mewaspadai konsumsi gula dan menginterupsi waktu pembentukan karies.
Menginterupsi waktu ini dilakukan dengan rutin menyikat gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride, serta berkonsultasi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
"Karena semakin lama sisa makanan dimulut juga akan mengembangkan mikroorganisme. Jadi harus sering sikat gigi," tutupnya.