Juari pulang dalam keadaan mabuk.
Bahkan, hingga berbusa dan muntah-muntah. Farida pun sempat panik.
Tiba-tiba dari arah luar rumah, sekelompok orang yang ditaksir berjumlah enam orang mendatangi rumahnya dengan suara ribut.
"Hei Juari metuo (keluarlah) aku onok (ada) urusan ambek awakmu," dengar Farida dari luar rumahnya.
Mendengar suara tersebut, Farida pun keluar pintu rumah dan mengatakan sesuatu.
"Ngapain sih mas malam-malam ramai-ramai di kampung orang. Wis (sudah) samean (anda) pulang saja. Apalagi ini ada anak kecil. Maaf jika kakak saya ada salah," ucap Farida menjawab para pria tak dikenal tersebut.
Tak hiraukan peeingatan Farida, enam orang tersebut justru merangsek masuk.
Mereka memecah kaca depan dan merusak rumah Juari.
Sebelum lancarkan aksi penganiayaan, kawanan tersebut mematikan lampu kampung sehingga begitu gelap.
"Kejadiannya begitu cepat. Saya belum sempat tutup pintun rumah. Semuanya sudah membawa celurit dan senjata lainnya," imbuhnya.
Satu di antara orang ada yang menyabetkan celurit, ada yang memukulkan tanpa ampun pentungan, gagang pacul, pacul dan cor-coran.
Tak puas begitu saja, mereka menganiaya korban yang sudah tak berdaya, dalam kondisi berlumur darah itu para pengeroyok tega menyeret Juari.
Posisi tubuh Juari telungkup dengan wajah menghadap aspal.
Tubuhnya diseret di jalan kampung dengan jarak 100 meter.
Juari akhirnya meninggal dunia.