Rumah Politik Jatim

Ada Kader PAN yang Dukung Jokowi-Ma'ruf, Partai Amanat Nasional Jatim: Ada Paksaan Eksternal

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendera PAN

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Partai Amanat Nasional (PAN) optimistis kadernya cukup solid mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di pemilihan presiden 2019 mendatang.

PAN menilai, kader yang bermain dua kaki, alias ingin mendukung Jokowi -Maruf disebabkan karena desakan dari luar partai. Bukan sekadar inisiatif pribadi.

Anggota Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Jatim, Didik Setyobudi mencontohkan beberapa kader di luar Jatim, di antaranya PAN Riau yang membelot ke kubu Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin.

"Mereka yang membelot sebenarnya cenderung karena ada tekanan dari luar partai," kata Didik kepada Surya.co.id ketika dikonfirmasi di Surabaya, Sabtu (29/12/2018).

(Hasil Rotasi di 29 Cabang Dinas, Dinas Pendidikan Jatim Kukuhkan 258 Kepala Sekolah)

(Setelah Puluhan Tahun, Taman Asem Manis di Pamekasan Kini Punya Papan Nama, ini Kata Warga Sekitar)

"Kita yang di luar saja tahu lah bagaimana instrumen yang dipakai kubu sebelah untuk memaksa kader rival memberikan dukungan ke mereka," lanjut Didik memperjelas.

Meskipun cukup solid mendukung Prabowo-Sandi, Didik tak memungkiri masih ada beberapa kader yang lebih mengutamakan pemilihan legislatif dibanding pemilihan presiden.

Menurut Didik, sikap itu disebut tak menguntungkan bagi partai, termasuk caleg yang bersangkutan.

Sebab, masyarakat menitipkan harapan perubahan di kandidat presiden, bukan di partai politik, temasuk para caleg.

Sehingga, apabila ikut menyosialisasikan capres, maka akan sekaligus meningkatkan elektabilitas para caleg yang bersangkutan.

"Bahasa rakyat yang seperti ini yang harus dibaca caleg. Bukan sekadar memikirkan diri sendiri," kata Didik.

(VIDEO: Tutorial Make Up Mata untuk ke Pesta ala LOreal Paris, Padukan Warna Pink-Gold, Anti Menor!)

(Pemkab Jember Gelar Kongres Takmir Masjid)

Ia tak memungkiri, bahwa pada pemilu serentak mendatang, tantangan para caleg cukup berat.

Sebab, masing-masing caleg harus berkompetisi bukan hanya dengan rekan satu partai namun juga caleg lain dari satu koalisi maupun rival koalisi.

"Solusinya, lima partai (oposisi) itu harus sama-sama. Nafasnya harus senada dengan harapan masyarakat. Saya kawatir, ambisi sesaat tiap parpol justru tidak mendapat simpati masyarakat," tandasnya.

Menurutnya, partai oposisi sebenarnya memiliki lebih banyak bahan untuk menarik antusias masyarakat.

"Ada banyak isu perubahan yang bisa diangkat oleh para caleg," tandasnya.

Halaman
12

Berita Terkini