TRIBUNJATIM.COM SURABAYA - Sebanyak 23 ribu ibu-ibu dan guru pemantau jentik nyamuk dikumpulkan di Lapangan THOR oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam rangka Gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Jumat (1/2/2019).
Dalam kesempatan itu, Risma meminta seluruh juru pemantau untuk lebih giat memantau jentik nyamuk mengingat adanya peningkatan intensitas curah hujan di Februari mendatang.
"Nyamuk ini nggak bisa di depan rumah ditulisi nyamuk dilarang masuk. Penyakit demam berdarah bisa menyerang orang kaya, cantik, orang tak punya, semuanya, tak pandang bulu," kata Risma memberi arahan.
• Dishub Kota Blitar Tertibkan Truk Angkutan Barang yang Bongkar Muat di Pinggir Jalan
• Terkait Jatah Rusunawa, DPRD Kota Mojokerto Meminta Pemkot Membuat Skala Prioritas
Ia mengatakan, setiap juru pemantau jentik memiliki tanggung jawab memantau satu rumah. Begitu juga guru dan siswa di sekolah bertugas memantau dan melaporkan jentik nyamuk yang ada di wilayahnya.
"Mereka ini memantau jentik, dan mencari kalau ada korban demam berdarah di sekitar rumahnya. Datanya dilaporkan ke lurah lalu dilaporkan ke saya berapa yang positif demam berdarah," kata Risma.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan sampai akhir Januari 2019, total sebanyak 23 penderita demam berdarah di Surabaya.
Angka ini menurun dibandingkan Januari 2018 lalu yang mencapai 42 orang dan satu orang meninggal, sedangkan tahun ini tidak ada korban meninggal.
• Bupati Pamekasan Badrut Tamam Makan di Pinggir Jalan, Pemilik Warung Sederhana Musyafiah Kagum
• Barisan Emak-Emak Jawa Timur Demo #SaveVanessaAngel di Polda Jatim Usut Tuntas Prostitusi Online
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, dari 23 penderita demam berdarah di Surabaya tertinggi terjadi di Kecamatan Tandes sebanyak 5 orang penderita. Sedangkan peringkat kedua di Kecamatan Wonokromo sebanyak 4 orang.
"Lalu di Kecamatan Sawahan 3 orang. Sawahan ini sudah menurun banyak. Sebab, kalau kecamatan yang lain seminggu sekali ada gerakan pemberantasan sarang nyamuk di Sawahan dua kali seminggu karena mobilitas warganya sangat tinggi dan terbukti bisa menurunkan angka penderita demam berdarah," tegasnya.
Surabaya menjadi daerah terendah di Jawa Timur untuk penderita demam berdarah pada 2019. Dikatakan Febria, tidak ada upaya lain yang dilakukan Surabaya selain pemberantasan sarang nyamuk.
Para juru pemantau jentik setiap minggu keliling melakukan pengecekan jentik nyamuk.
Terutama memastikan tidak ada genangan air. Yang biasa terlewat adalah genangan air di bawah disepenser yang kerap digunakan nyamuk untuk bertelur.
• Sinopsis Terlalu Tampan, Film Adaptasi Webtoon yang Dibintangi Ari Irham, Begini Kisah Mas Kulin
"Itu yang terus kami lakukan. Cuma kendalanya kerap kali juru mantik ditolak saat akan mengecek rumah, padahal mereka sudah ikhlas melakukan kerja sosial," kata Febria.
Sedangkan untuk fogging, tidak rutin dilakukan Surabaya. Pengasapan untuk menekan jumlah nyamuk dewasa hanya dilakukan di wilayah yang endemis. (Surya/Fatimatuz Zahroh)