25 Orang di Kota dan Kabupaten Mojokerto Tercatat Bunuh Diri Mulai Tahun 2017 sampai 2019

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Bunuh Diri - Kompas.com

TRIBUNJATIM.COM - Kala hidup terbelenggu dengan sebuah masalah yang tak kunjung usai kerap membuat orang tak dapat berpikir dengan akal sehat.

Bahkan, beberapa orang menganggap nyawa tak lagi berarti dan menilai bunuh diri jadi satu-satunya jalan keluar.

Peristiwa bunuh diri masih marak dijumpai. Beberapa pekan lalu, empat orang di SUrabaya akhiri hidupnya sendiri dalam 4 hari berturut-turut.

Seorang pria paruh baya di Mojokerto juga ditemukan tewas gantung diri di teras rumahnya.

(Di Trenggalek Menteri Susi Punya Syarat Khusus untuk Berfoto Bareng, Jangan Coba-coba Melanggar)

(INFO SEHAT - Kaus Kaki Basah karena Kehujanan? Ini Risiko Penyakit Jika Tetap Dipakai)

Pria itu bernama Joko Santoso (71) Warga Miji Baru 1 RT 1 RW 1, Miji, Kota Mojokerto. Santoso sapaan akrab korban, nekat gantung diri diduga dipicu masalah keluarga.

Santoso ditemukan gantung diri oleh tetangganya sekitar pukul 05.00 WIB, Rabu (30/1/2019).

Santoso gantung diri dengan menggunakan tali tampar plastik jingga yang dikaitkan di tiang galvalum.

Di samping tubuh bapak 5 anak ini terdapat kursi kayu hitam yang diduga digunakan pijakan kaki.

Kasat Reskrim Kota Mojokerto AKP Ade Warokka mengatakan, perisitiwa ini, merupakan kasus bunuh diri pertama di awal tahun 2019.

"Di bulan Januari, ini adalah kasus bunuh diri pertama," katanya, Minggu (3/2).

Namun, pada tahun 2017 hingga 2018, Polres Mojokerto Kota mencatat ada 8 kasus bunuh diri.

"Tahun 2017 ada 4 orang yang bunuh diri. Tahun 2018 juga begitu, ada 4 orang yang bunuh diri. Jadi dari tahun 2017 hingga 2019 totalnya ada 9 orang," sebutnya.

(Pengedar Sabu dari Malang Ini Ditangkap Polisi di Rumah, Pesan Sabu Dari Napi Lapas Lowokwaru)

(Tips Cegah Aksi Bunuh Diri ala Kiai Halim: Pikirannya Harus Dibalik, Jangan Fokus ke Masalah)

Dari 9 kasus itu, para korban mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri. Rata-rata bunuh diri dilakukan di dalam rumah.

"Mayoritas menggunakan tali tampar untuk gantung diri. Sisanya menggunakan sarung," ucapnya.

Dirinya menerangkan, delapan orang di antaranya berusia 60-70 tahun dan satu orang berusia 30 tahun.

"Rata-rata korban didominasi pria. Hanya satu korban wanita," terangnya.

Polisi tidak bisa menyimpulkan motif bunuh diri, mengingat kasus semacam ini bukan tergolong tindak pidana.

"Selain itu, kasus bunuh diri tahun 2017 dan 2018 bukan saya yang menangani. Saya tak tahu pastinya," paparnya.

(Pasangan Tewas Bunuh Diri di Hotel Pamekasan, Kronologi Penemuan hingga Fakta Pecahan Lampu dan Kain)

(Pasangan Pria dan Wanita Diduga Bunuh Diri Bareng di Kamar Hotel, Namun Cara yang Dipilih Berbeda)

Sementara itu, jumlah korban bunuh diri di Kabupaten Mojokerto ternyata lebih banyak dibandingkan dengan Kota Mojokerto.

Dari data yang dapat dihimpun, di tahun 2017 sampai 2018 kasus bunuh diri di Kabupaten Mojokerto mencapai 16 kasus.

"Di tahun 2017 ada 6 kasus bunuh diri. Sedangkan di tahun 2018 ada 10 kasus bunuh diri. Di tahun 2019 belum ada kasus bunuh diri," kata Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Muhammad Solikhin Fery.

Serupa dengan kasus di Kota Mojokerto, seluruh kasus bunuh diri di Kabupaten Mojokerto dilakukan dengan cara gantung diri. Untuk lokasi bunuh diri variatif, di antaranya dilakukan di kamar, dapur, kebun, dan kandang ternak.

"Korban menggunakan seutas tali tampar, kabel, dan kain untuk bunuh diri," tambah Fery.

Terkait rentan usia korban, masih kata Fery, dari 35 sampai 80 tahun. Namun, ada satu korban yang masih remaja, usianya 17 tahun.

"Dari keterangan saksi, korban bunuh diri dipicu faktor frustasi karena masalah keluarga, ekonomi, dan penyakit," pungkasnya.

Reporter: Surya/Danendra Kusuma

(Pria 28 Tahun asal Mulyorejo Surabaya Tewas Jatuh dari Lantai 6 Hotel di Gubeng, Diduga Bunuh Diri)

(Cerita Novan Efendi, Pria Gresik yang Gagal Bunuh Diri 5 Kali dan Kini Gelar Pameran Lukisan Tunggal)

Berita Terkini