Beberapa bulan awal Sujarni mempelajari perilaku lanceng.
Termasuk cara memisahkan koloni ke dalam kotak yang baru.
Setelah mencoba secara otodidak, Sujarni berhasil mengembangkan koloni lanceng.
Saat ini ia mempunyai 150 kotak di belakang rumahnya. Sedangkan 150 kotak lainnya ditaruh di rumah orang tuanya, masih di desa yang sama.
• TIPS CANTIK - Tren Warna Rambut 2019 yang Cocok untuk Kulit Sawo Matang, Perhatikan Undertone!
Mulailah lanceng-lanceng peliharaan Sujarni menghasilkan madu.
“Awalnya orang yang datang hanya minta, saya kasih gratis. Terus karena banyak yang minta, mulai
dibayar seiklasnya,” ungkap Sujarni.
Misalnya, madu dalam botol kemasan 250 mililiter kadang hanya dihargai Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Melihat itu warga lain pun mulai tergerak mengikuti jejak Sujarni.
Saat ini ada 30 orang yang ikut memelihara, empat di antara skala punya ratusan kotak seperti Sujarni.
• TIPS CANTIK - Masker Oatmeal dan Kopi Bisa Cerahkan Wajah Kusam, Ini Cara Mudah Membuatnya di Rumah
Produksi madu lanceng Banyon tersebar dari mulut ke mulut. Permintaan sangat tinggi, sementara produk masih terbatas.
Dengan 300 kotak, Sujarni hanya bisa menghasilkan 2 liter madu lanceng.
Sujarni pun aktif memantau harga di pasaran. Bersama warga lain sesama pemelihara lanceng, Sujarni mematok harga Rp 800 ribu per liter.
Khusus untuk madu lanceng dengan rasa pahit bunga kaliandra, harganya Rp 1.200.000 per liter.
“Punya saya yang 150 kotak menghasilkan madu kaliandra. Harganya istimewa, karena konon khasiatnya
juga lebih tinggi,” ucapnya.